Skip to main content

Bye May, Welcome June ^^


Dunia adalah tempat bertemunya dua hal yang saling bersebrangan. Seperti hitam yang dipasangkan dengan putih, bahagia dengan sedih, yang baik dengan yang buruk, dan segala yang pergi telah dipersiapkan dengan kedatangan kembali.
Begitupun dengan segala rupa masalah yang diciptakan berikut dengan penyelesaiannya.
Adalah kita, manusia-manusia ciptaan-Nya yang memiliki kewajiban untuk menemukan pasangan dari tiap-tiap apa yang diberikan kepada kita.
Katakanlah kehilangan sesuatu yang sangat kita cintai adalah sakit yang paling menggigit seluruh sisa daya yang kita miliki. Dan pada saat itu, kerdilnya hati kita mulai mempertanyakan letak keadilan Tuhan.  
Kalau saja kita mau sedikit berlelah untu menengok apa yang telah Tuhan berikan pada kita...
Akal, yang seharusnya menjadi senjata untuk melawan segala pemikiran-pemikiran sempit yang bergaung dalam dada.
Iman, yang seharusnya menjadi tameng untuk bertahan dari kuatnya keinginan untuk berputus-asa.
Dan yang paling penting adalah cinta kita pada Tuhan. Cikal modal terbesar yang seharusnya mampu menghapus segala keragu-raguan kita pada-Nya.
Tuhan bukan manusia yang ucapannya akan berubah seiring perubahan suasana hatinya. Tuhan adalah satu-satunya yang akan menepati segala janji yang telah diucapkan-Nya. Bukankah dalam mencintai sesuatu dengan serta merta kita juga akan menaruh keercayaan yang cukup besar untuk sesuatu yang kita cintai tersebut?
Dan jika tiba saatnya Tuhan ingin sedikit menguji kecintaan kita pada-Nya, mengapa begitu sulit bagi kita untuk menaruh percaya atas janji-Nya? Itulah titik, dimana besarnya cinta kita (pada Tuhan) harus dipertanyakan.
Sangat manusiawi bagi kita untuk bersedih. Tapi percayalah, dengan cara-Nya, Tuhan jauh lebih tau pada titik sebelah mana kita akan menemukan bahagia kita kemudian. Tidak ada yang salah dari rasa sedih, dan tak ada salahnya sesekali mata kita basah untuk sesuatu yang mau tak mau harus kita relakan ketiadaannya. Karna kita manusia, segala kelemahan dan keterbatasan ada pada diri kita..

Ya Allah Ya Rabb... ampunilah keterbatasan manusia kami yang seringkali ingkar pada janji-janji yang kami buat sendiri. Ampuni kami tak mudah percaya pada besarnya cinta yang Kau curahkan pada kami. Ampuni kami atas segala prasangka buruk kami terhadap-Mu. Dan jika segala yang Kau ciptakan telah Kau cipta (pun) berikut pasangannya, maka berikan kami kekuatan dan kesabaran dalam menemukannya. Jadikan dari tiap-tiap detik yang kami lalui menjadi proses belajar untuk menambah kadar keimanan kami pada-Mu, yang mendewasakan pola pikir kami, menambah kecintaan kami, dan memperkuat jiwa-jiwa kami yang rapuh.
Tuhanku yang Maha pengasih, yang tak pernah pilih kasih...
Ya Rahmaan yang Maha penyayang, cinta-Mu tak terbilang..
Beri kami kemampuan untuk membaca bahasa hikmah dari balik tiap peristiwa yang terjadi disekitar kami.
Beri kami kecerdasan hati untuk membedakan yang hitam dan yang putih. Yang kotor dan yang bersih. Yang bermanfaat dan yang mudharat. Yang adil dan yang bathil.
Jika yang baik menurut kami adalah buruk menurut-Mu, maka gantilah keberadaanya dengan yang terbaik yang telah Kau persiapkan untuk kami.
Jika yang kami pertahankan hanya akan membawa kesia-siaan dalam hidup kami, maka jauhkanlah, dan gantikan dengan segala yang sedikit namun jauh lebih bermanfaat bagi kami.
Engkau yang Maha Pemurah, bekah-Mu senantiasa tercurah,
dan maka kabulkanlah segala permohonan tulus kami..
Aamiin..Ya Rabbal’alamiin.

Comments

  1. Amiin...,
    D0ax bguz binaz tp lbih bgus lgy kl0 d awl n akhir d0a brtawassuL dlu kpd nabi SAW cz seingtq itu trmzuk dlm adab brd0a
    * lgy s0k uin B-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe, thanks rofiiq.. tawassulnya udah dalam hati :p

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Untuk seorang teman yang sedang bersedih ;)

Akan ada saat dimana kamu merasa begitu rapuh, bahkan terlalu rapuh untuk sekedar membohongi diri bahwa kamu sedang baik-baik saja. Air mata itu tak dapat lagi kamu tahan dengan seulas senyum yang dipaksakan, hingga pada akhirnya wajahmu akan membentuk ekspresi bodoh dengan mata yang berulang-kali mengerjap demi menahan bulir-bulir air yang hendak membanjir dipipi, lalu mengalir kedasar hati. Itulah saatnya kamu untuk berhenti berlagak kuat. Akui saja kalau kamu sedang kalah, kalah pada penguasaan diri yang biasanya selalu kau lakukan dengan baik. Kadang, terus-menerus menipu diri dengan berkata bahwa kamu baik-baik saja -padahal kamu remuk-redam didalam- malah akan semakin membuatmu terluka. Lepaskan… tak perlu lagi kau tahan, Suarakan, untuk apa kau bungkam? Tunjukkan! Tak perlu lagi dipendam… Jujur pada diri sendiri adalah wujud penghargaan paling tinggi pada diri sendiri. Kamu tau? Walaupun seluruh dunia memalingkan wajahnya darimu, ketika kamu   jujur ...

Ini ceritaku, apa ceritamu?

Berawal dari kebencian saya terhadap sayur pare, saya jadi sensitive mendengar segala sesuatu tentang jenis sayuran tersebut. Entah apa dosa pare terhadap saya, kebencian saya terhadap sayur imut tersebut seolah sudah mendarah daging dalam diri saya sejak kecil. Tidak ada alasan mengkhusus mengapa saya begitu menaruh sikap antipati terhadap pare. Mungkin hanya karena rasanya yang sangat pahit dan penampilannya yang kurang menarik minat saya. Lagipula tidak banyak makanan olahan yang dihasilkan dari sayur pare, tidak seperti kebanyakan sayur lain seperti bayam yang juga tidak begitu menarik minat saya, tapi kemudian menjadi cemilan favorit saya ketika penampakannya berubah menjadi keripik, yang lebih tenar dengan nama ’keripik bayam’. Terlepas dari kebencian saya yang mendalam terhadap pare, ternyata diam-diam saya merasa penasaran terhadap sayur tersebut. Apalagi melihat kakak saya sendiri yang sangat menggemari sayur tersebut. Apakah rasa pare yang begitu pahit tersebut sangat w...

Mencari AKU

Dear, Lita.. Kamu adalah seorang yang sangat ku kenal, sebaik aku mengenal diriku sendiri. Namun kadang, kamu bisa menjadi seseorang yang sangat sulit dimengerti, sesulit aku berusaha mengerti diriku sendiri. Bolehkah aku sedikit menulis tokoh ’kita’ disini? Tiap pagi ketika mata kita baru saja terbuka, satu pertanyaan yang kita hafal diluar kepala selalu jadi hidangan pembuka bagi hari-hari panjang kita, hari-hari lelah kita: ” Tuhan, untuk apa aku diciptakan ?” Itu kan yang selalu kita pertanyakan? Tentang eksistensi kita. Tentang kepentingan kita didunia ini. Sebuah pertanyaan yang sebenarnya sudah kita ketahui jawabannya, namun kita masih belum dan tak pernah puas dengannya. Sebuah pertanyaan paling naif sebagai bentuk halus dari cara kita menyalahkan Tuhan karena beberapa ketidak-adilan-Nya pada kita. Iya kan?   Kadang, ah tidak, sering kita merasa Tuhan begitu tak adil dengan bolak-balik memberi kita cobaan. Seolah DIA sangat suka melihat betapa susahnya kita memera...