Dunia adalah tempat bertemunya dua hal yang saling bersebrangan. Seperti
hitam yang dipasangkan dengan putih, bahagia dengan sedih, yang baik dengan
yang buruk, dan segala yang pergi telah dipersiapkan dengan kedatangan kembali.
Begitupun dengan segala rupa masalah yang diciptakan berikut dengan
penyelesaiannya.
Adalah kita, manusia-manusia ciptaan-Nya yang memiliki kewajiban untuk
menemukan pasangan dari tiap-tiap apa yang diberikan kepada kita.
Katakanlah kehilangan sesuatu yang sangat kita cintai adalah sakit yang
paling menggigit seluruh sisa daya yang kita miliki. Dan pada saat itu, kerdilnya
hati kita mulai mempertanyakan letak keadilan Tuhan.
Kalau saja kita mau sedikit berlelah untu menengok apa yang telah Tuhan
berikan pada kita...
Akal, yang seharusnya menjadi senjata untuk melawan segala
pemikiran-pemikiran sempit yang bergaung dalam dada.
Iman, yang seharusnya menjadi tameng untuk bertahan dari kuatnya
keinginan untuk berputus-asa.
Dan yang paling penting adalah cinta kita pada Tuhan. Cikal modal
terbesar yang seharusnya mampu menghapus segala keragu-raguan kita pada-Nya.
Tuhan bukan manusia yang ucapannya akan berubah seiring perubahan
suasana hatinya. Tuhan adalah satu-satunya yang akan menepati segala janji yang
telah diucapkan-Nya. Bukankah dalam mencintai sesuatu dengan serta merta kita
juga akan menaruh keercayaan yang cukup besar untuk sesuatu yang kita cintai
tersebut?
Dan jika tiba saatnya Tuhan ingin sedikit menguji kecintaan kita
pada-Nya, mengapa begitu sulit bagi kita untuk menaruh percaya atas janji-Nya? Itulah
titik, dimana besarnya cinta kita (pada Tuhan) harus dipertanyakan.
Sangat manusiawi bagi kita untuk
bersedih. Tapi percayalah, dengan cara-Nya, Tuhan jauh lebih tau pada titik
sebelah mana kita akan menemukan bahagia kita kemudian. Tidak ada yang salah
dari rasa sedih, dan tak ada salahnya sesekali mata kita basah untuk sesuatu
yang mau tak mau harus kita relakan ketiadaannya. Karna kita manusia, segala kelemahan dan
keterbatasan ada pada diri kita..
Ya Allah Ya Rabb... ampunilah keterbatasan manusia kami yang seringkali ingkar pada janji-janji yang kami buat sendiri. Ampuni kami tak mudah percaya pada besarnya cinta yang Kau curahkan pada kami. Ampuni kami atas segala prasangka buruk kami terhadap-Mu. Dan jika segala yang Kau ciptakan telah Kau cipta (pun) berikut pasangannya, maka berikan kami kekuatan dan kesabaran dalam menemukannya. Jadikan dari tiap-tiap detik yang kami lalui menjadi proses belajar untuk menambah kadar keimanan kami pada-Mu, yang mendewasakan pola pikir kami, menambah kecintaan kami, dan memperkuat jiwa-jiwa kami yang rapuh.
Tuhanku yang Maha pengasih, yang tak pernah pilih kasih...
Ya Rahmaan yang Maha penyayang, cinta-Mu tak terbilang..
Beri kami kemampuan untuk membaca bahasa hikmah dari balik tiap
peristiwa yang terjadi disekitar kami.
Beri kami kecerdasan hati untuk membedakan yang hitam dan yang putih. Yang
kotor dan yang bersih. Yang bermanfaat dan yang mudharat. Yang adil dan yang
bathil.
Jika yang baik menurut kami adalah buruk menurut-Mu, maka gantilah
keberadaanya dengan yang terbaik yang telah Kau persiapkan untuk kami.
Jika yang kami pertahankan hanya akan membawa kesia-siaan dalam hidup
kami, maka jauhkanlah, dan gantikan dengan segala yang sedikit namun jauh lebih
bermanfaat bagi kami.
Engkau yang Maha Pemurah, bekah-Mu
senantiasa tercurah,
dan maka kabulkanlah segala permohonan tulus kami..
Aamiin..Ya Rabbal’alamiin.
Amiin...,
ReplyDeleteD0ax bguz binaz tp lbih bgus lgy kl0 d awl n akhir d0a brtawassuL dlu kpd nabi SAW cz seingtq itu trmzuk dlm adab brd0a
* lgy s0k uin B-)
hehe, thanks rofiiq.. tawassulnya udah dalam hati :p
Delete