Skip to main content

AKU Adalah.........ANUku


Aku adalah aku.
Hasrat, asa, mimpi, marah, bahagia, adalah aku. Kepunyaanku.
Mimpi adalah mimpiku. Sekalipun hanya mimpi kosong tentang sekelebat bayang tak berwajah, ia tetaplah mimpiku.
Hasrat menggapai pagi yang tak kunjung kuraih, sekalipun pada beribu penghujung malam kutemui hitam, pagi tetap meninggi dari hari ke hari. Menjauhiku.

Namun apakah aku menyerah?

Belum. Belum saatnya kuletakkan baju zirah dan pedangku.
Belum saatnya kugantungkan harapan pada muramnya malam-malamku.
Aku merasa masih punya satu pagi lagi esok, hari setelahnya, dan hari-hari setelahnya lagi sampai nyawa pada tubuh renta ini diambil pemiliknya. Nanti.

Aku adalah nafsuku. Nafsu untuk menang dari segala belenggu yang memasung aku. Nafsu untuk lepas dari jeratan sisi hitamku. Nafsu yang ingin terbebas dari ke-aku-anku. Sekalipun terkadang aku tak bisa membedakan mana nafsu baik dan nafsu birahiku, aku tetaplah nafsuku. Keduanya mengarahkanku pada kesenangan dan kemerdekaanku. Cukup aku.

Aku adalah pikiran-pikiranku. Yang bergejolak dalam tempurung kecil kepalaku. Yang meluap-luap tak sabar untuk segera dijabarkan. Namun kelu diujung lidahku. Terkadang lincah menari pada ujung-ujung jemariku. Begitulah caraku melahirkan anak-anak hatiku lewat tulisanku yang bisu.
Aku adalah pikiran masa depanku. Masa depan yang menggambarkan dirinya sendiri sebagai tebing yang harus kutaklukkan dengan keakuanku. Lagi-lagi aku.

Aku adalah marahku. Marah pada aku yang tak kunjung beranjak dari belenggu kemunafikan yang ada padaku. Aku marah pada hidup yang kusia-siakan hanya untuk memenuhi hasrat bejatku. Aku marah pada malam yang tanpa ampun membiarkanku meraba-raba dalam gelapnya. Terkadang dengan baik hati ia berikan petunjuk, namun aku terlalu marah untuk berpikir tentang petunjuk itu, petunjuk untuk aku.

Jika hidup memang terkotak-kotak dalam hitam dan putih. Maka tak mengapa jika kuibaratkan malam sebagai sisi hitamku. Dan pagi adalah sisi putihku. Boleh jadi putih itu pula yang akan menjadi titik terang dari gelapnya jalan yang kutempuh saat ini.
Aku terkadang merasa lelah mencoba menggamit lengan pagi yang terus-menerus menjauhiku. Mungkinkah ia marah padaku? Pada aku yang mana? Aku? Mimpiku? Marahku? Nafsuku? Pikiranku? Yang mana?

Pagi adalah cintaku. Dan seorang pecinta sejati takkan pernah lelah mengejar paginya, walau harus sakit dan sesekali terpincang-pincang ditengah jalan, suatu saat akan kudapati pagiku akan memeluk mesra, aku.

Comments

  1. Seperti biasa..selalu bisa membangkitkan semangat :">

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kamarku Istanaku

Aku memang lebih suka seperti ini, memaku diri dalam penjara imajiner yang kuciptakan sendiri. Kubiarkan diam mengajakku bicara semaunya, hingga ia lelah, hingga tak kudengar lagi bingar suaranya ditelingaku. Hanya di kamar ini kutemukan waktu istimewaku untuk bercakap dengan pikiranku sendiri. Apa yang ku mau, apa yang ku rasa, dan apa yang ingin ku katakan, yang sebisa mungkin tak ku ungkapkan saat berada diluar sana kini membuncah bak air bah, di kamar ini. Dan aku sangat menikmati saat-saat seperti ini... Berbeda dengan mereka, aku memang  punya caraku sendiri untuk melegakan sesaknya hati. Dan disini, di kamar ini, aku memenjara diri dan membiarkan sedihku bebas berkelana, mengudara, untuk kemudian menjelma hujan dikedua pipiku. Biarlah. Aluna Maharani

Mencari AKU

Dear, Lita.. Kamu adalah seorang yang sangat ku kenal, sebaik aku mengenal diriku sendiri. Namun kadang, kamu bisa menjadi seseorang yang sangat sulit dimengerti, sesulit aku berusaha mengerti diriku sendiri. Bolehkah aku sedikit menulis tokoh ’kita’ disini? Tiap pagi ketika mata kita baru saja terbuka, satu pertanyaan yang kita hafal diluar kepala selalu jadi hidangan pembuka bagi hari-hari panjang kita, hari-hari lelah kita: ” Tuhan, untuk apa aku diciptakan ?” Itu kan yang selalu kita pertanyakan? Tentang eksistensi kita. Tentang kepentingan kita didunia ini. Sebuah pertanyaan yang sebenarnya sudah kita ketahui jawabannya, namun kita masih belum dan tak pernah puas dengannya. Sebuah pertanyaan paling naif sebagai bentuk halus dari cara kita menyalahkan Tuhan karena beberapa ketidak-adilan-Nya pada kita. Iya kan?   Kadang, ah tidak, sering kita merasa Tuhan begitu tak adil dengan bolak-balik memberi kita cobaan. Seolah DIA sangat suka melihat betapa susahnya kita memeras ai