Skip to main content

Untuk seorang teman yang sedang bersedih ;)



Akan ada saat dimana kamu merasa begitu rapuh, bahkan terlalu rapuh untuk sekedar membohongi diri bahwa kamu sedang baik-baik saja. Air mata itu tak dapat lagi kamu tahan dengan seulas senyum yang dipaksakan, hingga pada akhirnya wajahmu akan membentuk ekspresi bodoh dengan mata yang berulang-kali mengerjap demi menahan bulir-bulir air yang hendak membanjir dipipi, lalu mengalir kedasar hati.

Itulah saatnya kamu untuk berhenti berlagak kuat. Akui saja kalau kamu sedang kalah, kalah pada penguasaan diri yang biasanya selalu kau lakukan dengan baik.

Kadang, terus-menerus menipu diri dengan berkata bahwa kamu baik-baik saja -padahal kamu remuk-redam didalam- malah akan semakin membuatmu terluka.

Lepaskan… tak perlu lagi kau tahan,
Suarakan, untuk apa kau bungkam?
Tunjukkan! Tak perlu lagi dipendam…

Jujur pada diri sendiri adalah wujud penghargaan paling tinggi pada diri sendiri. Kamu tau? Walaupun seluruh dunia memalingkan wajahnya darimu, ketika kamu  jujur mengakui kelemahanmu setidaknya pada diri sendiri, kamu akan merasa jauh lebih ringan setelahnya.

Berhentilah berkata “tidak apa-apa, aku baik-baik saja..” pada dirimu sendiri. Itu hanyalah tugas orang lain yang benar-benar perduli padamu untuk mengatakannya. Jangan memaksakan diri untuk menghibur diri seperti itu, karena dengan begitu sama saja dengan menunjukkan pada seluruh dunia betapa kesepiannya dirimu disaat terpuruk begini..

Sudah terlanjur luka, maka rasakan sakitnya. Nikmati sampai kesakitan itu tak lagi benar-benar terasa sakit.
Tapi tenang saja, kesakitan itu nantinya akan menemui titik ujung, titik dimana kesakitan itu tak lagi terasa sakit, dan sebagai gantinya kamu tidak akan merasakan apa-apa lagi..
lalu, seiring dengan berjalannya waktu luka itu akan sembuh sendiri.

Waktukah yang menyembuhkannya? Tidak. Luka itu sembuh karena kamu, karena kamu memiliki tekad dan kemauan untuk sembuh, karena kamu tak lagi merasakan ada bagian yang sakit di tubuhmu, dan itulah saat kamu bsa dikatakan benar-benar sembuh.

Bersabarlah, meski sulit..
Bersabarlah menunggu……hingga kesedihan itu bosan bermain denganmu ;) 

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kamarku Istanaku

Aku memang lebih suka seperti ini, memaku diri dalam penjara imajiner yang kuciptakan sendiri. Kubiarkan diam mengajakku bicara semaunya, hingga ia lelah, hingga tak kudengar lagi bingar suaranya ditelingaku. Hanya di kamar ini kutemukan waktu istimewaku untuk bercakap dengan pikiranku sendiri. Apa yang ku mau, apa yang ku rasa, dan apa yang ingin ku katakan, yang sebisa mungkin tak ku ungkapkan saat berada diluar sana kini membuncah bak air bah, di kamar ini. Dan aku sangat menikmati saat-saat seperti ini... Berbeda dengan mereka, aku memang  punya caraku sendiri untuk melegakan sesaknya hati. Dan disini, di kamar ini, aku memenjara diri dan membiarkan sedihku bebas berkelana, mengudara, untuk kemudian menjelma hujan dikedua pipiku. Biarlah. Aluna Maharani

Mencari AKU

Dear, Lita.. Kamu adalah seorang yang sangat ku kenal, sebaik aku mengenal diriku sendiri. Namun kadang, kamu bisa menjadi seseorang yang sangat sulit dimengerti, sesulit aku berusaha mengerti diriku sendiri. Bolehkah aku sedikit menulis tokoh ’kita’ disini? Tiap pagi ketika mata kita baru saja terbuka, satu pertanyaan yang kita hafal diluar kepala selalu jadi hidangan pembuka bagi hari-hari panjang kita, hari-hari lelah kita: ” Tuhan, untuk apa aku diciptakan ?” Itu kan yang selalu kita pertanyakan? Tentang eksistensi kita. Tentang kepentingan kita didunia ini. Sebuah pertanyaan yang sebenarnya sudah kita ketahui jawabannya, namun kita masih belum dan tak pernah puas dengannya. Sebuah pertanyaan paling naif sebagai bentuk halus dari cara kita menyalahkan Tuhan karena beberapa ketidak-adilan-Nya pada kita. Iya kan?   Kadang, ah tidak, sering kita merasa Tuhan begitu tak adil dengan bolak-balik memberi kita cobaan. Seolah DIA sangat suka melihat betapa susahnya kita memeras ai