Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2015

Samsara - Dewi Lestari

Samsara Sebuah tulisan yang sangat menyentuh dari seorang Dewi Lestari, yang saat membacanya membuat saya ingin segera memeluk Endang. Ya, entah kenapa saya merasakan kesedihannya dalam tulisan ini… Dewi Lestari selalu berhasil membuat aksara-aksara bicara dalam rangkaian kalimat dengan caranya sendiri dan mengaduk-aduk emosi saya. Oleh karena itu secara khusus tulisan ini saya abadikan dalam blog ini, semoga kalian, seperti halnya saya, dapat memetik sesuatu yang berharga setelah membacanya. Terimakasih, Dee ^^ Nama penyu itu Endang. Saya beri nama demikian karena saya belum sempat tahu Endang itu jantan atau betina, dan nama "Endang" cukup fleksibel mewakili keduanya. Endang dengan 'e' taling untuk perempuan, dan Endang versi 'e' pepet untuk laki-laki. Pertemuan saya dengan Endang terjadi tanpa rencana. Saat saya ke Manado beberapa waktu lalu untuk talk show bersama seorang biksu perempuan, Ayya Santini, saya diberi tahu bahwa panitia ing...

Beberapa hal sederhana yang saya lakukan saat sedang tidak bahagia.

1.    Berada didekat Ibu, melakukan banyak hal bersamanya, melihatnya sehat, tertawa dan selalu ceria. Dalam setiap do’a yang saya panjatkan ditiap usai sembahyang, nama ibu selalu menjadi yang pertama saya sebutkan. Memohon segala yang baik-baik untuknya, seperti kesehatan, kemudahan ditiap urusan, kebahagiaan, kemurahan rezeki, kesabaran dan kekuatan untuk menghadapi apapun yang mampu melemahkannya. Kemudian baru saya sebutkan nama ayah, kakak-kakak, keponakan, teman-teman, semuanya dengan pengharapan yang sama. Kadang, mencintai mereka, terutama ibu saya dalam do’a adalah cinta paling sederhana yang entah bagaimana membuat saya bahagia. Selalu. 2.    Melihat langit . Saat saya merasa sedang terhimpit jauh didalam hati saya, langit akan menjadi pelarian yang melegakan dengan seketika. Entah saat ia berwarna biru disiang hari, jingga diwaktu senja, atau dimalam hari saat ia gelap pekat. Memandangnya saja sudah cukup membuat saya kembali berpikir: Tuhan a...

Karena saya percaya.

Jika kita jatuh cinta, maka sudah semestinya kita percaya pada apa yang kita cinta dan pada cinta itu sendiri: percaya bahwa cinta hanya membawa kebaikan. Dan taukah kamu? terkadang, kebaikan yang kita dapat tak selalu seperti apa yang kita harapkan. Tanpa kita sadari, terkadang kita hanya mengharapkan sesuatu dan menyangka bahwa hal itulah yang terbaik bagi kita, padahal nyatanya ‘kebaikan’ itu tak lebih dari pemenuhan ‘keinginan’ yang kita bungkus rapi diatas nama ‘kebutuhan’. Dan saat ‘kebutuhan’ itu tak kita dapat dengan cara yang kita inginkan, kita akan kecewa… hingga pada akhirnya dengan mudahnya kita menudingkan telunjuk untuk melempar kesalahan pada apapun yang tak memuaskan keinginan kita tersebut. Dan pada akhir kesimpulan kita akan berkata: cinta hanya membuat kita sedih! Benarkah cinta yang salah? Benarkah kita telah salah menjatuhkan cinta pada sesuatu yang terlanjur kita anggap benar? Entah. Mari kita ambil contoh dari pengalaman pribadi saya berikut ini...