Kalau dipikir-pikir kembali, sebenarnya kita hidup dengan begitu banyak pertanyaan yang menggantung dikepala. Sebagian mati-matian kita usahakan jawabannya, sebagian yang lain menjadi bandul yang terus berayun diatas kening kita pada malam-malam ketika kita kesulitan mendapatkan tidur yang nyenyak. Pertanyaan yang kerap membuat kita gelisah, hingga menggiring kita selangkah demi selangkah semakin dekat menuju batas daya kita sebagai manusia.
Pada akhirnya kita hanya harus mengakui, menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu rupanya tak semudah yang dapat dijangkau nalar manusia kita yang serba kekurangan ini. Lalu sekali lagi kita akan tersadar, pertanyaan-pertanyaan itu sebenarnya hanyalah penunjuk arah yang sengaja dibuat Tuhan agar kita tetap menuju-Nya, disaat kita kesulitan menalar, menemukan, dan atau pada saat kita telah begitu lelah untuk merumuskan berbagai kemungkinan jawaban. Kita, hanya diminta untuk bertanya pada-Nya. Sesederhana itu yang seharusnya kita lakukan sebagai manusia........ entahlah!
Aku memang lebih suka seperti ini, memaku diri dalam penjara imajiner yang kuciptakan sendiri. Kubiarkan diam mengajakku bicara semaunya, hingga ia lelah, hingga tak kudengar lagi bingar suaranya ditelingaku. Hanya di kamar ini kutemukan waktu istimewaku untuk bercakap dengan pikiranku sendiri. Apa yang ku mau, apa yang ku rasa, dan apa yang ingin ku katakan, yang sebisa mungkin tak ku ungkapkan saat berada diluar sana kini membuncah bak air bah, di kamar ini. Dan aku sangat menikmati saat-saat seperti ini... Berbeda dengan mereka, aku memang punya caraku sendiri untuk melegakan sesaknya hati. Dan disini, di kamar ini, aku memenjara diri dan membiarkan sedihku bebas berkelana, mengudara, untuk kemudian menjelma hujan dikedua pipiku. Biarlah. Aluna Maharani
Comments
Post a Comment