Kalau dipikir-pikir kembali, sebenarnya kita hidup dengan begitu banyak pertanyaan yang menggantung dikepala. Sebagian mati-matian kita usahakan jawabannya, sebagian yang lain menjadi bandul yang terus berayun diatas kening kita pada malam-malam ketika kita kesulitan mendapatkan tidur yang nyenyak. Pertanyaan yang kerap membuat kita gelisah, hingga menggiring kita selangkah demi selangkah semakin dekat menuju batas daya kita sebagai manusia.
Pada akhirnya kita hanya harus mengakui, menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu rupanya tak semudah yang dapat dijangkau nalar manusia kita yang serba kekurangan ini. Lalu sekali lagi kita akan tersadar, pertanyaan-pertanyaan itu sebenarnya hanyalah penunjuk arah yang sengaja dibuat Tuhan agar kita tetap menuju-Nya, disaat kita kesulitan menalar, menemukan, dan atau pada saat kita telah begitu lelah untuk merumuskan berbagai kemungkinan jawaban. Kita, hanya diminta untuk bertanya pada-Nya. Sesederhana itu yang seharusnya kita lakukan sebagai manusia........ entahlah!
Akan ada saat dimana kamu merasa begitu rapuh, bahkan terlalu rapuh untuk sekedar membohongi diri bahwa kamu sedang baik-baik saja. Air mata itu tak dapat lagi kamu tahan dengan seulas senyum yang dipaksakan, hingga pada akhirnya wajahmu akan membentuk ekspresi bodoh dengan mata yang berulang-kali mengerjap demi menahan bulir-bulir air yang hendak membanjir dipipi, lalu mengalir kedasar hati. Itulah saatnya kamu untuk berhenti berlagak kuat. Akui saja kalau kamu sedang kalah, kalah pada penguasaan diri yang biasanya selalu kau lakukan dengan baik. Kadang, terus-menerus menipu diri dengan berkata bahwa kamu baik-baik saja -padahal kamu remuk-redam didalam- malah akan semakin membuatmu terluka. Lepaskan… tak perlu lagi kau tahan, Suarakan, untuk apa kau bungkam? Tunjukkan! Tak perlu lagi dipendam… Jujur pada diri sendiri adalah wujud penghargaan paling tinggi pada diri sendiri. Kamu tau? Walaupun seluruh dunia memalingkan wajahnya darimu, ketika kamu jujur ...
Comments
Post a Comment