Aku tak
pernah baik, dan takkan pernah ‘terlihat’ baik dimatamu. Bukannya aku suka
membantah ucapanmu, hanya kadang otak bebalku tak sejalan dengan argumenmu. Maka
yang terjadi adalah penyangkalan ini itu dariku, dan jelas kau tak pernah suka
akan hal itu.
Sering kau katakan kepalaku ini terbuat dari batu, bukan? Yah..memang benar aku begitu keras kepala dalam beberapa hal. Terutama dengan ketidak-legaaan hati yang selalu kau biarkan mengambang. Ada hal yang tak cukup diendapkan dengan kata ’nanti’, atau ’lihat saja’.
Bukankah segalanya bisa berubah secepat kedipan mata kita?
Lantas kenapa kau selalu begitu percaya diri dengan keyakinanmu yang masih sering goyah diombang-ambing beberapa masalah? Karenanya aku selalu membantah, dan terlihat berkepala batu.
Semua kelembutan-wanitaku seolah sirna dimatamu. Tidakkah kau berpikir bagaimana perasaanku ketika kau ucapkan itu dihadapanku?
Aku tak ingin menghakimi dirimu seperti ini. Hanya saja sudah tak ada satupun bahasa kebaikanku yang bisa merubah persepsimu tentangku kini. Tak satupun.
Puluhan kali aku berusaha meyakinkanmu, namun selalu penolakan yang ku dapat. Mereka bilang sebaiknya aku harus bersabar... namun nyatanya reaksiku selalu barbar.
Ketahuilah, sayang, keinginan terbesarku adalah membahagiakanmu. Namun nyatanya cinta tak selamanya membahagiakan.
Seperti potongan puzzle yang dipasangkan tidak pada tempatnya, tak akan pernah selaras gambar pada puzzle tersebut. Cintaku pun mungkin salah tempat. Aku memasangkan potongan cinta pada susunan yang tak tepat. Perbedaan demi perbedaan yang selalu kau besar-besarkan membuat segalanya menjadi semakin rumit.
Akh, kalau saja kau mau sedikit berlelah bersamaku dalam usaha untuk memperbaiki keadaan ini, mungkin tak akan begini jadinya.
Tapi yasudahlah. Aku dan kamu memang berbeda. Aku batu dan kau selalu menjadi air untuk dirimu sendiri. Aku hanyalah sepotong tulang rusuk entah milik siapa. Aku akan terus bengkok jika kau tak berusaha meluruskanku. Namun jika kau terlalu memaksaku untuk menjadi lurus sesuai dengan keinginanmu, aku akan patah dan tersakiti juga.
Tulisan ini
takkan pernah kau baca... sampai kapanpun kau takkan pernah tau isi hatiku yang
sebenarnya. Jika kebahagianmu yang selalu aku usahakan adalah dengan
ketiadaanku dalam hidupmu, aku akan pergi walau sakitku bukan main hebatnya. Kalau
saja kau tau bagaimana aku menyayangimu, ..namun kau takkan pernah tau.
Nanti, pada saat aku bahagia dengan hati yang lain, aku hanya akan mengenangmu sebagai sebuah pelajaran tentang bagaimana menjadi batu berharga untuk pasanganku nanti. ......................
Siiip mantaph
ReplyDeleteLanjutkan!!!
Siiip mantaph
ReplyDeleteLanjutkan!!!