Skip to main content

Ini ceritaku, apa ceritamu?


Berawal dari kebencian saya terhadap sayur pare, saya jadi sensitive mendengar segala sesuatu tentang jenis sayuran tersebut. Entah apa dosa pare terhadap saya, kebencian saya terhadap sayur imut tersebut seolah sudah mendarah daging dalam diri saya sejak kecil.
Tidak ada alasan mengkhusus mengapa saya begitu menaruh sikap antipati terhadap pare. Mungkin hanya karena rasanya yang sangat pahit dan penampilannya yang kurang menarik minat saya. Lagipula tidak banyak makanan olahan yang dihasilkan dari sayur pare, tidak seperti kebanyakan sayur lain seperti bayam yang juga tidak begitu menarik minat saya, tapi kemudian menjadi cemilan favorit saya ketika penampakannya berubah menjadi keripik, yang lebih tenar dengan nama ’keripik bayam’.
Terlepas dari kebencian saya yang mendalam terhadap pare, ternyata diam-diam saya merasa penasaran terhadap sayur tersebut. Apalagi melihat kakak saya sendiri yang sangat menggemari sayur tersebut. Apakah rasa pare yang begitu pahit tersebut sangat wajar jika digambarkan dengan perilaku ’menyimpang’ kakak saya yang selalu menambah porsi makannya ketika ibu saya menyediakan sayur pare tumis sebagai menu utama. Sekali saya beranikan diri mencobanya sedikit, dan ternyata.... rasanya memang pahit. Saya langsung muntah pemirsa!
Beberapa waktu berlalu, saya pun jatuh sakit. Dokter memvonis sebuah penyakit yang berkaitan dengan rahim saya. Memang, sebagai seorang wanita yang memiliki rahim jelaslah vonis tersebut membuat saya agak stress dalam beberapa waktu. Semangat hidup saya menurun, dan saya jadi melupakan sedikit kisah kebencian saya terhadap si Pare.
Obat-obatan dari dokter menjadi cemilan saya sehari-hari sejak vonis tersebut ditimpakan pada saya. Beberapa kali melakukan pengobatan alternatif pun sudah saya coba, namun hasilnya tetap sama. Saya masih kehilangan sedikit semangat hidup saya.
Untuk sedikit memperjelas kisah nyata ini, vonis yang diberikan pada dokter kepada saya sebenarnya bukanlah penyakit yang begitu serius untuk membuat seorang seperti saya jatuh stress. Pada rahim saya dinyatakan positif terdapat kista mungil yang akan segera tumbuh menjadi tumor jika tidak segera diambil tindakan. Bukan tidak mungkin jika saya terlambat memeriksakan diri, bibit kista tersebut lama-kelamaan akan menjadi kanker yang dapat membuat kondisi saya semakin memburuk.
Akhirnya, setelah berbagai cara dilakukan oleh keluarga untuk menghibur duka-lara saya, suatu hari ibu saya berinisiatif untuk membuatkan ramuan yang konon katanya dapat meningkatkan kesehatan saya.
Tanpa bertanya tentang komposisi ramuan tersebut, saya minum saja dengan cuek seperti berbagai ramuan lain yang telah ’dicobakan’ pada saya. Namun ramuan yang satu ini ternyata terasa pahit luar biasa. Segelas ramuan tersebut saya habiskan dengan dua-tiga kali tegukan dan sedikit bujukan ibu saya yang sangat memaksa. Seminggu tiga kali saya mengkonsumsi ramuan tersebut, lama-lama akhirnya saya terbiasa dan mulai suka. Entah kenapa saya menjadi suka, padahal saya sangat membenci segala sesuatu yang terasa pahit.
Minggu ke dua tanpa sengaja saya melihat ibu saya sedang meracik ramuan yang biasa diberikan pada saya tersebut. Dan ternyata, ramuan pahit yang selama ini saya gemari tidak lain berasal dari air perasan pare yang hanya dicampur dengan satu sendok teh madu. Hanya pare dan madu.
Saat itu saya merasa dibohongi sekaligus merasa senang. Dan ada perasaan terharu yang seketika merasuk dalam ruang pikir saya, ternyata sebuah pare yang selama ini selalu saya jauhi ternyata bermanfaat banyak bagi kesehatan saya. Hal ini terbukti dari rasa sakit pada bagian perut saya yang sedikit demi sedikit berkurang dari hari-kehari.
Sejak saat itu, hati saya pun menjatuhkan pilihan pada jenis sayuran berasa pahit tersebut, beserta segala olahan yang dibuat darinya. Dan sejak saat itu pula, saya mengkonsumsi obat saya dengan cara yang lebih menyenangkan yang malah membuat saya ketagihan. Terimakasih pare, terimakasih ibu, terimakasih klinik tong fang.. #eeh :P

Begitulah saudara-saudara. Mungkin sedikit hikmah yang dapat kita petik dari tumbuhan merambat jenis pare tersebut adalah agar kita tidak terlampau jauh menilai segala sesuatu hanya dari penampakan luar dan perkenalan singkat saja. Ada kalanya sesuatu yang terlihat buruk diluar, ternyata mampu memberikan kebaikan yang berpengaruh luar biasa bagi diri kita yang selalu merasa lebih baik.
Kenali diri kita dulu, maka alam dan sekeliling kita akan mengenalkan diri mereka dengan cara yang baik kepada kita.
Yang sakit semoga cepat diberi kesembuhan, dan semoga budi-daya pare di Indonesia ini semakin berkembang pesat menginagt manfaatnya yang luar biasa bagi kesehatan. Aaaaamiiinnnnnnn J


Sedikit bocoran tentang khasiat Pare dan cara pengolahannya sebagai obat yang diambil dari berbagai sumber yang saya baca:

v     Diabetes atau kencing manis
Siapkan 200 gram buah pare yang telah dicuci dan diiris tipis-tipis.Rebus dengan 3 gelas air hingga tersisa 1 gelas.Minum air rebusan tersebut tiap hari.
Cacingan Seduh 7 gram daun pare dengan air panas,dinginkan lalu saring air rebusannya.Tambahkan satu sendok the madu,minum sebelum sarapan.
v     Demam
Ambil 3 lembar daun pare segar,cuci bersih,dan lumatkan.tambahkan segelas air dan sedikit garam lalu seduh.Peras dan saring lalu minum 2 kali sehari sebanyak setengah gelas.
v     Bisul
Ambil segenggam daun pare,cuci lalu rebus bersama 3 gelas air hingga tersisa satu gelas.Dinginkan,minum hingga sembuh.
v     Disentri Amuba
Rebus 300 gram akar pare yang telah dicuci bersih dan dipotong-potong .Rebus dengan tiga gelas air sampai tersisa satu gelas.lalu minum.Tambahkan sedikit gula bila perlu.
v     Wasir
Lumatkan akar pare yang telah dicuci bersih sampai halus.oleskan ramuan ini pada wasir.
v     Bronkhitis
Sediakan dua buah pare, lalu ambil sarinya.Tambahkan satu sendok makan madu.minum sekali sehari.lakukan selama tiga bulan.Ramuan ini juga baik untuk menyembuhkan anemia,radang perut,sakit pada hati,nyeri haid,reumatik dan melangsingkan tubuh.

Meskipun pare begizi tinggi dan  dapat mengobati berbagai macam penyakit, namun bagi wanita hamil,tidak dianjurkan mengkonsumsi pare. Pasalnya pare,mengandung senyawa yang dapat menggugurkan kandungan. Selain itu, batasi juga konsumsi pare pada anak-anak, karena pare dapat menurunkan kadar gula dalam darah. Dikawatirkan kadar gula anak akan anjlok atau menurun,padahal gula berperan dalam penting dalam pertumbuhan anak. 


Semoga bermanfaat :)

Comments

  1. jadi ingat sebuah nasihat yang terkait dengan khasiat sayur pare,
    yang manis jangan langsung ditelan, yang pahit jangan langsung dimuntahkan... :)

    ReplyDelete
  2. karena yang pahit gak selalu merugikan. ya kan? hehe.. ngmong2, trimakasih sudah mampir ke blog saya.. salam kenal, dan smangat menulis :)

    ReplyDelete
  3. Aku paling tidak suka sama sayur tuh sob, entah apa rasanya...heheh

    salam kenal sob

    ReplyDelete
  4. cobain dulu skali2, bnyak manfaatnya loh :)


    salam kenal jg ^^

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kamarku Istanaku

Aku memang lebih suka seperti ini, memaku diri dalam penjara imajiner yang kuciptakan sendiri. Kubiarkan diam mengajakku bicara semaunya, hingga ia lelah, hingga tak kudengar lagi bingar suaranya ditelingaku. Hanya di kamar ini kutemukan waktu istimewaku untuk bercakap dengan pikiranku sendiri. Apa yang ku mau, apa yang ku rasa, dan apa yang ingin ku katakan, yang sebisa mungkin tak ku ungkapkan saat berada diluar sana kini membuncah bak air bah, di kamar ini. Dan aku sangat menikmati saat-saat seperti ini... Berbeda dengan mereka, aku memang  punya caraku sendiri untuk melegakan sesaknya hati. Dan disini, di kamar ini, aku memenjara diri dan membiarkan sedihku bebas berkelana, mengudara, untuk kemudian menjelma hujan dikedua pipiku. Biarlah. Aluna Maharani

Mencari AKU

Dear, Lita.. Kamu adalah seorang yang sangat ku kenal, sebaik aku mengenal diriku sendiri. Namun kadang, kamu bisa menjadi seseorang yang sangat sulit dimengerti, sesulit aku berusaha mengerti diriku sendiri. Bolehkah aku sedikit menulis tokoh ’kita’ disini? Tiap pagi ketika mata kita baru saja terbuka, satu pertanyaan yang kita hafal diluar kepala selalu jadi hidangan pembuka bagi hari-hari panjang kita, hari-hari lelah kita: ” Tuhan, untuk apa aku diciptakan ?” Itu kan yang selalu kita pertanyakan? Tentang eksistensi kita. Tentang kepentingan kita didunia ini. Sebuah pertanyaan yang sebenarnya sudah kita ketahui jawabannya, namun kita masih belum dan tak pernah puas dengannya. Sebuah pertanyaan paling naif sebagai bentuk halus dari cara kita menyalahkan Tuhan karena beberapa ketidak-adilan-Nya pada kita. Iya kan?   Kadang, ah tidak, sering kita merasa Tuhan begitu tak adil dengan bolak-balik memberi kita cobaan. Seolah DIA sangat suka melihat betapa susahnya kita memeras ai