Kadang merah tak semerah yang terlihat,
Pun putih tak seputih yang nampak,
Ada kalanya aku ragu pada mataku sendiri
Yang melihat sesuatu bukanlah yang sebenarnya
Aku ragu pada telingaku, yang mendengar suara bukan aslinya
Manakah yang benar dan manakah yang tidak benar?
Hari semakin menua, begitupun aku yang beranjak dewasa
Seiring jingga matahari terasa dingin pada sore-sore mendung, murung
Tapi tak banyak yang ku dapat.
Aku tetaplah aku yang sama di sore kemarin
Tak beranjak meski sejengkal dari tempat aku berteduh
Bukan ini mauku!
Aku ingin sore ini aku menjadi lebih baik dari pagi tadi,
Dengan waktu yang selalu tak sabar mengajariku ini itu
Menjejaliku dengan penyesalan-penyesalan masa-laluku
Seharusanya aku beranjak, dan protes tehadap waktu yang terlalu cepat mendewasakanku!!!
Tapi Ia tetap berlalu, melengang sombong tak mau tau
Detik berganti menit dan kemudian berganti hari
Belum selesai aku mebenahi diriku,
Dan waktu sudah menghentak-hentakkan kakinya, menyuruhku bergegas lagi.
Kenapa kau selalu terburu-buru?
Aku belum sempat mempercayai mata dan telingaku,
Belum matang dewasaku.
AMPUNNNNN…waktu, diamlah sejenak! biarkan aku berbenah barang sejenak
Aku tak ingin begitu tergesa-gesa
Aku hanya ingin melihat jingga sore-ku dalam warna aslinya
Dalam hangat yang sebenarnya
Menikmatinya dengan hati, bukan dengan kaki yang terus-menerus kau ajak berlari!
Sajak hening kini hilang nadanya, dalam diriku
Aku larut dalam diamku yang terdalam, rapuh
Memandang hampa sang waktu berlalu
Menjauh,
Meninggalkanku yang semakin ragu pada diriku
Jika saja kamu dan aku bisa sedikit berdamai, maka kita bisa berjalan beriringan
Dan aku takkan pernah menyesali satupun sore yang telah ku lewati., bersamamu.
Pun putih tak seputih yang nampak,
Ada kalanya aku ragu pada mataku sendiri
Yang melihat sesuatu bukanlah yang sebenarnya
Aku ragu pada telingaku, yang mendengar suara bukan aslinya
Manakah yang benar dan manakah yang tidak benar?
Hari semakin menua, begitupun aku yang beranjak dewasa
Seiring jingga matahari terasa dingin pada sore-sore mendung, murung
Tapi tak banyak yang ku dapat.
Aku tetaplah aku yang sama di sore kemarin
Tak beranjak meski sejengkal dari tempat aku berteduh
Bukan ini mauku!
Aku ingin sore ini aku menjadi lebih baik dari pagi tadi,
Dengan waktu yang selalu tak sabar mengajariku ini itu
Menjejaliku dengan penyesalan-penyesalan masa-laluku
Seharusanya aku beranjak, dan protes tehadap waktu yang terlalu cepat mendewasakanku!!!
Tapi Ia tetap berlalu, melengang sombong tak mau tau
Detik berganti menit dan kemudian berganti hari
Belum selesai aku mebenahi diriku,
Dan waktu sudah menghentak-hentakkan kakinya, menyuruhku bergegas lagi.
Kenapa kau selalu terburu-buru?
Aku belum sempat mempercayai mata dan telingaku,
Belum matang dewasaku.
AMPUNNNNN…waktu, diamlah sejenak! biarkan aku berbenah barang sejenak
Aku tak ingin begitu tergesa-gesa
Aku hanya ingin melihat jingga sore-ku dalam warna aslinya
Dalam hangat yang sebenarnya
Menikmatinya dengan hati, bukan dengan kaki yang terus-menerus kau ajak berlari!
Sajak hening kini hilang nadanya, dalam diriku
Aku larut dalam diamku yang terdalam, rapuh
Memandang hampa sang waktu berlalu
Menjauh,
Meninggalkanku yang semakin ragu pada diriku
Jika saja kamu dan aku bisa sedikit berdamai, maka kita bisa berjalan beriringan
Dan aku takkan pernah menyesali satupun sore yang telah ku lewati., bersamamu.
Comments
Post a Comment