Skip to main content

SANTET


Santet



Diantara kisah santet yang kian merentet tak berujung ini, kubaca berulang kali SMS darimu semalam. Hanya dua baris kata yang menghantam dinding hatiku dengan begitu hebatnya. Aku remuk seketika, luluh lantak berserak. Bahkan dengan kedua kaki yang masih utuh ini aku merasa tak sanggup untuk berdiri. Jiwaku seakan mati suri.
Sampai hati Ia mengakhiri semuanya malam tadi. Membuatku terjaga melewati detik demi menit dengan perasaan hampa, papa. Bagaimana aku bisa melupakanmu? Sedang namamu selalu melagu merdu dalam kalbu.
Bagaimana bisa aku menjauhimu? Anginmu masih berarak-arak dihatiku, membuatku terbang tiap kali terngiang kata-kata cinta diawal cerita kita. Katakan padaku, bagaimana aku melupakanmu, bila tiap hela nafas ini hanya ada dirimu?
Terserah bila katamu aku terlalu rapuh. Katakanlah kau telah begitu lelah dengan rajuk manjaku yang tak henti-hentinya merindumu dari pagi sampai pagi keesokan harinya, pun begitu seterusnya. Bilang saja padaku kalau-kalau kau jenuh dengan keakuanku ini. TERSERAH. Tapi aku bisa apa? Kemana aku harus berlari untuk bersembunyi dari rasa cinta yang begitu dahsyat ini? Katakan padaku aku harus bagaimana untuk benar-benar jauh darimu?
Aneh-aneh saja yang kau mau, lelakiku. Kau mau aku pergi, aku tak mau pergi. Kau mau aku mengerti, aku bingung harus seperti apalagi aku mengertimu. Kau mau kita bersama, pun kau mau aku tiada dari jarak pandangmu. Aneh. Kau manusia aneh. Dan aku jatuh cinta kepada orang aneh yang tak suka berada dekat denganku!
Sempat terlintas dalam benakku untuk berpaling kepada hati yang lain. Diantara lelaki-lelaki baik hati yang menawarkan kebahagiaan untukku, hatiku hanya terpaku pada sosokmu. Membuatku merasa serba salah dengan kebaikan mereka yang berusaha mengambil hatiku ini. HUH, lama-lama aku kesal padamu, lebih-lebih pada diriku ini.
Mungkin aku bodoh karena terlalu mencintai keanehanmu. Boleh kukatakan aku ini dungu karena tak perduli betapapun sakitnya hatiku padamu, aku selalu luluh dengan sedikit kata manis darimu. Aku t’lah banyak membasahi malam-malamku dengan tangis dan hati yang setengah mati menahan rindu. Bukan inginku bertemu, aku hanya merindukan kehangatan kita yang dulu. ...
Namun SMS darimu ini sungguh hebat memukul kesadaranku. Aku terluka bukan hanya karena kau menjauh, tapi karena cinta ini kita harus berpisah.
Kembali terbersit tanya dalam benakku, kenapa kisah cintaku tak semanis Rangga dan Cinta?
Mengapa cintaku menjadi begitu membosankan? Bahkan brownies kesukaanku menjadi hambar tiap saat otak bebal ini kembali mengingat namamu. Aku patah hati. Aku terpuruk semakin dalam. Bahkan dongeng santet disekitarku tak mampu menghiburku. Luka ini hanya bisa sembuh sekembalinya kamu, membawa janji-janji ketika kau minta aku menjauh sejenak dari hidupmu. Aku terluka karena cintaku padamu. Pun ku tahan luka ini karena cintaku padamu jua. Tak perduli seberapa sakitpun, hatiku akan menunggu sampai hari itu tiba. Di hari yang hanya ada kemungkinan, kita bersatu..atau aku t’lah benar-benar lupakanmu dengan luka ini. Akh, aku seperti t’lah terkena sengat santetmu!

Friday, 2012-07-06

Comments

  1. Oooww... tempat curhatnya disini ternyata. hahahah

    ReplyDelete
  2. cuma menggalau dengan cara yang sdikit lebih kreatif. ^^v

    ReplyDelete
  3. jejak kambing jantan akan terulang,,,sukses..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aminnn..trimakasih, mohon kritik & sarannya jg hehe ^^

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kamarku Istanaku

Aku memang lebih suka seperti ini, memaku diri dalam penjara imajiner yang kuciptakan sendiri. Kubiarkan diam mengajakku bicara semaunya, hingga ia lelah, hingga tak kudengar lagi bingar suaranya ditelingaku. Hanya di kamar ini kutemukan waktu istimewaku untuk bercakap dengan pikiranku sendiri. Apa yang ku mau, apa yang ku rasa, dan apa yang ingin ku katakan, yang sebisa mungkin tak ku ungkapkan saat berada diluar sana kini membuncah bak air bah, di kamar ini. Dan aku sangat menikmati saat-saat seperti ini... Berbeda dengan mereka, aku memang  punya caraku sendiri untuk melegakan sesaknya hati. Dan disini, di kamar ini, aku memenjara diri dan membiarkan sedihku bebas berkelana, mengudara, untuk kemudian menjelma hujan dikedua pipiku. Biarlah. Aluna Maharani

kejutan

Malam itu saya nyaris tidak bisa tidur memikirkan sebuah benda kecil yang saya beli beberapa jam sebelumnya. Pikiran saya nyaris tidak teralihkan dari benda kecil itu.. memikirkan kemungkinan apa yang akan terjadi, kejutan apa yang sedang menanti saya, dan perubahan apa yang akan dia bawa nantinya. Berjam-jam sibuk memikirkan itu hingga tanpa sadar saya pun jatuh tertidur, dengan mimpi tentang benda kecil tersebut. Subuh mengetuk jendela, dan seketika saya membuka mata. Inilah saatnya! Kata saya dalam hati. Ini saat yang saya tunggu-tunggu sejak kemarin. Saya pun beranjak dari kamar dan meraih benda kecil yang kemarin saya beli kemudian masuk ke kamarmandi tanpa pertimbangan apapun lagi. Dan benar saja, benda kecil itu memunculkan dunia garis merah yang sangat saya nantikan. Dan astaga, kalau saja saya tidak sedang berada di kamarmandi, mungkin saya sudah berteriak sejadi-jadinya!  Dengan senyum mengembang lebar saya tunjukkan benda kecil itu pada suami, dan Ia tersenyum..