............................................ ada kalanya sinar mentari
tak sehangat musim semi. Pun hujan, tak lagi sejuk seperti saat rintik
pertama membasahi ilalang. Saat angin tak berhembus sepoi-sepoi, namun
menghempasmu seolah kau tak lebih berharga dari sekedar debu tak
terlihat, yang terbang untuk kemudian lenyap entah kemana.. akankah kau
katakan padaku untuk tidak bersedih..!!" ? tidak! tidak akan pernah ku
katakan lagi tentang sedihku. tidak dihadapanmu, pun dihadapan pantulan
diriku di cermin. karena kesedihanku t'lah pupus dihapus musim. bersama
tawaku, bersama rinduku. aku kini tak merasakan apa-apa. hampa. bahkan
rasa t'lah jauh meninggalkanku. biarlah waktu menempaku seperti ini.
biarlah musim berganti aku akan tetap seperti ini. sampai saat waktu
menyerah untuk melihat air mataku lagi. lihat saja kawan, keluh kesah
ini hanya akan jadi debu. biar waktu yang membawanya, biar angin
menjemputnya. aku hanya akan menunggu saat itu.
Akan ada saat dimana kamu merasa begitu rapuh, bahkan terlalu rapuh untuk sekedar membohongi diri bahwa kamu sedang baik-baik saja. Air mata itu tak dapat lagi kamu tahan dengan seulas senyum yang dipaksakan, hingga pada akhirnya wajahmu akan membentuk ekspresi bodoh dengan mata yang berulang-kali mengerjap demi menahan bulir-bulir air yang hendak membanjir dipipi, lalu mengalir kedasar hati. Itulah saatnya kamu untuk berhenti berlagak kuat. Akui saja kalau kamu sedang kalah, kalah pada penguasaan diri yang biasanya selalu kau lakukan dengan baik. Kadang, terus-menerus menipu diri dengan berkata bahwa kamu baik-baik saja -padahal kamu remuk-redam didalam- malah akan semakin membuatmu terluka. Lepaskan… tak perlu lagi kau tahan, Suarakan, untuk apa kau bungkam? Tunjukkan! Tak perlu lagi dipendam… Jujur pada diri sendiri adalah wujud penghargaan paling tinggi pada diri sendiri. Kamu tau? Walaupun seluruh dunia memalingkan wajahnya darimu, ketika kamu jujur ...
Comments
Post a Comment