............................................ ada kalanya sinar mentari
tak sehangat musim semi. Pun hujan, tak lagi sejuk seperti saat rintik
pertama membasahi ilalang. Saat angin tak berhembus sepoi-sepoi, namun
menghempasmu seolah kau tak lebih berharga dari sekedar debu tak
terlihat, yang terbang untuk kemudian lenyap entah kemana.. akankah kau
katakan padaku untuk tidak bersedih..!!" ? tidak! tidak akan pernah ku
katakan lagi tentang sedihku. tidak dihadapanmu, pun dihadapan pantulan
diriku di cermin. karena kesedihanku t'lah pupus dihapus musim. bersama
tawaku, bersama rinduku. aku kini tak merasakan apa-apa. hampa. bahkan
rasa t'lah jauh meninggalkanku. biarlah waktu menempaku seperti ini.
biarlah musim berganti aku akan tetap seperti ini. sampai saat waktu
menyerah untuk melihat air mataku lagi. lihat saja kawan, keluh kesah
ini hanya akan jadi debu. biar waktu yang membawanya, biar angin
menjemputnya. aku hanya akan menunggu saat itu.
Aku memang lebih suka seperti ini, memaku diri dalam penjara imajiner yang kuciptakan sendiri. Kubiarkan diam mengajakku bicara semaunya, hingga ia lelah, hingga tak kudengar lagi bingar suaranya ditelingaku. Hanya di kamar ini kutemukan waktu istimewaku untuk bercakap dengan pikiranku sendiri. Apa yang ku mau, apa yang ku rasa, dan apa yang ingin ku katakan, yang sebisa mungkin tak ku ungkapkan saat berada diluar sana kini membuncah bak air bah, di kamar ini. Dan aku sangat menikmati saat-saat seperti ini... Berbeda dengan mereka, aku memang punya caraku sendiri untuk melegakan sesaknya hati. Dan disini, di kamar ini, aku memenjara diri dan membiarkan sedihku bebas berkelana, mengudara, untuk kemudian menjelma hujan dikedua pipiku. Biarlah. Aluna Maharani
Comments
Post a Comment