Skip to main content

Miracle



Gerimis yang sesekali diselingi gemuruh Guntur yang bersahutan dan rumah yang lengang membuat saya ingin sedikit menorah beberapa hal yang semenjak beberapa waktu ini begitu mendesak ingin segera dituliskan.

Kalau diingat-ingat lagi, saya memang sudah agak lama tidak lagi duduk dan bercerita di Bale Bengong  ini kepada kalian yang tanpa sengaja tersesat disini.
Dan kalau dipikir-pikir lagi, rumah ini tak terlalu lengang sekarang ini karena saya tidak sedang sendirian. Suami memang masih di kantor dan belum pulang, namun didalam rahim saya ada sesosok janin mungil yang kini genap berusia tiga bulan sedang menemani saya yang kesepian. “Halo sayang, sehat-sehat selalu didalam perut ibu ya J

Bicara tentang janin, hati saya mengembang lagi sekarang. Senang? Tentu saja.. tiga bulan ini telah menjadi saat-saat paling ajaib sejak kehadirannya. Janin mungil yang sebelumnya selalu kami sebut dalam do’a kini tengah meringkuk tenang didalam rahim saya, sedang tumbuh dan terus berkembang setiap saat. Kadang ia membuat saya tumbang karena terlalu payah merasakan mual dan berulang-kali muntah setelah makan sedikit. Namun tak jarang Ia membuat saya kegirangan saat kembali disadarkan akan keberadaannya didalam perut saya yang membuat saya semakin meyakini, bahwa tak ada do’a yang tidak dikabulkan-NYA.

Bukankah ajaib… didalam rahim yang sempit ini ada sesosok janin yang nanti akan terus berkembang sehingga Ia menjelma menjadi bayi mungil dan dengan seiizin-NYA ia hidup dan bernafas didalam sana? 

Bukankah ajaib… sosoknya yang kecil itu telah memberikan kekuatan yang begitu besar bagi saya untuk terus berjuang melawan rasa sakit yang kerap membuat saya merasa tidak nyaman, dan malah menggantinya dengan ketenangan dan kebahagiaan yang meletup-letup didalam dada?

Dan bukankah ia merupakan sebuah keajaiban, yang membuat saya begitu jatuh cinta padahal belum sekalipun saya melihat seperti apa wajahnya? 

Sungguh, saya merasa menjadi seorang wanita paling bahagia saat ini. Ditengah kesakitan ini, ada sesuatu yang membuat semangat saya terus hidup untuk berjuang agar Janin ini selalu sehat..

Tubuh ini mungkin terlalu ringkih untuk menopang kebahagiaan yang begitu besar ini, namun kehadirannya telah membuat saya pantang untuk menyerah. Sebisa mungkin saya lakukan semua yang terbaik untuk menjaganya. Bagaimanapun juga, Tuhan telah mempercayakan karunia yang luar biasa ini pada saya.. yang harus saya lakukan hanya berusaha sebaik-baiknya untuk menjaganya tetap sehat dan terus berkembang dengan baik hingga tiba saatnya Ia lahir nanti.
Malaikat kecil titipan tuhan,

Yang membawa Surga mungil dalam bening kedua matanya,

Terimakasih telah hadir ditengah-tengah kami.

Terima kasih, Tuhan.. untuk keajaiban ini.

Comments

Popular posts from this blog

kejutan

Malam itu saya nyaris tidak bisa tidur memikirkan sebuah benda kecil yang saya beli beberapa jam sebelumnya. Pikiran saya nyaris tidak teralihkan dari benda kecil itu.. memikirkan kemungkinan apa yang akan terjadi, kejutan apa yang sedang menanti saya, dan perubahan apa yang akan dia bawa nantinya. Berjam-jam sibuk memikirkan itu hingga tanpa sadar saya pun jatuh tertidur, dengan mimpi tentang benda kecil tersebut. Subuh mengetuk jendela, dan seketika saya membuka mata. Inilah saatnya! Kata saya dalam hati. Ini saat yang saya tunggu-tunggu sejak kemarin. Saya pun beranjak dari kamar dan meraih benda kecil yang kemarin saya beli kemudian masuk ke kamarmandi tanpa pertimbangan apapun lagi. Dan benar saja, benda kecil itu memunculkan dunia garis merah yang sangat saya nantikan. Dan astaga, kalau saja saya tidak sedang berada di kamarmandi, mungkin saya sudah berteriak sejadi-jadinya!  Dengan senyum mengembang lebar saya tunjukkan benda kecil itu pada suami, dan Ia terseny...

Palangka Menguning

Foto diambil dari depan Polres Palangka Terhitung sejak pertengahan Agustus lalu sampai hari ini asap masih mengepung disegala penjuru hingga ke sudut-sudut kota Palangka Raya. Nggak cuma diluar, kadang asap juga masuk sampai kedalam rumah sampai-sampai untuk bernapas saja rasanya sakit. Menyalakan kipas angin sepanjang waktu juga tidak banyak menolong. Dan hari ini asap berwarna kuning kemerahan disini. Bisa dibayangkan bagaimana sesaknya kami? Dada dan mata terasa perih, tenggorokan sakit, dan kepala jadi gampang pusing. Kami rindu langit biru, kami juga rindu bernapas lega. Kalau saja paru-paru ini bisa bicara, tentu ia sudah menjerit setiap saat. Tapi kami tetap bertahan, karena kami percaya Tuhan akan segera menyudahi bencana ini. Hari ini saya menulis catatan ini agar saya selalu ingat untuk bersyukur. Ketika Tuhan mengkaruniai saya dengan udara bersih dan lingkungan yang aman serta nyaman, terkadang saya luput untuk sekadar mengucap kata terimakasih pada-Ny...