Skip to main content

kejutan

Malam itu saya nyaris tidak bisa tidur memikirkan sebuah benda kecil yang saya beli beberapa jam sebelumnya. Pikiran saya nyaris tidak teralihkan dari benda kecil itu.. memikirkan kemungkinan apa yang akan terjadi, kejutan apa yang sedang menanti saya, dan perubahan apa yang akan dia bawa nantinya. Berjam-jam sibuk memikirkan itu hingga tanpa sadar saya pun jatuh tertidur, dengan mimpi tentang benda kecil tersebut.

Subuh mengetuk jendela, dan seketika saya membuka mata. Inilah saatnya! Kata saya dalam hati. Ini saat yang saya tunggu-tunggu sejak kemarin. Saya pun beranjak dari kamar dan meraih benda kecil yang kemarin saya beli kemudian masuk ke kamarmandi tanpa pertimbangan apapun lagi.

Dan benar saja, benda kecil itu memunculkan dunia garis merah yang sangat saya nantikan. Dan astaga, kalau saja saya tidak sedang berada di kamarmandi, mungkin saya sudah berteriak sejadi-jadinya! 

Dengan senyum mengembang lebar saya tunjukkan benda kecil itu pada suami, dan Ia tersenyum.. lalu memeluk saya dengan hangat. Saya hampir menangis saat ia mencium kening saya saat itu.. belum apa-apa rasanya hati saya telah penuh sesak oleh rasa bahagia yang teramat sangat. Dan hari itu segera saya tandai sebagai pagi yang paling indah dalam kehidupan saya.

Saya sedang hamil. Ya, saya sedang mengandung anak pertama kami..

Rasanya begitu ajaib. Membayangkan sesosok makhluk mungil akan tumbuh dan hidup dalam rahim saya yang sempit ini. Segala hayalan indah berkejaran begitu saja. Bayangan melihat wajahnya, membayangkan betapa mungil tangan dan kakinya,membayangkan mendengar suara tangisnya untuk pertama kali... Ya Tuhan, apakah menjadi ibu hamil memang semenyenangkan ini?

Saya seperti tidak perduli dengan nyeri yang kadang terasa di perut saya. Atau kadang saya pura-pura tidak terjadi apa-apa saat tubuh saya merasa lebih cepat lelah tidak  seperti biasanya. Saya menikmati itu semua, karena itu adalah pertanda bahwa buah hayi kami tengah berkembang didalam perut saya.

Tuhan... Entah bagaimana harus ku katakan, namun Engkau selalu memberi lebuh dari apa yang aku minta. Engkau selalu menunjukkan apa yang terlihat gelap dimataku. Engkau selalu memberi bukti, bahwa meyakini janji-Mu tidak akan pernah mengecewakanku. 

terimakasih, Tuhan.. terimakasih telah menitipkan janin ini dalam rahimku. Beri aku kekuatan untuk menjaganya.. berikan kami kecukupan untuk bisa memberi penghidupan padanya nanti. Dan sebagaimana yang selalu kami minta pada-Mu, jadikanlah ia sebagai anak yang sholeh/sholeha.. yang kelahirannua akan membawa kebaikan dimuka bumi ini dan juga di akhirat nanti. Jadikan ia sebagai anak yang kuat imannya, yang jernih hatinya sehingga selalu pada-Mu hatinya terpaut dimanapun Ia berada.

Terimakasih atas kesempatan untuk merasakan sensasi ini..

Hanya saja saya terlalu bahagia untuk bisa berkata-kata lebih banyak lagi 😁

Comments

  1. Alhamdulillaah., selamat ya..
    Banyak2 minum degan ijo ^_^

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Untuk seorang teman yang sedang bersedih ;)

Akan ada saat dimana kamu merasa begitu rapuh, bahkan terlalu rapuh untuk sekedar membohongi diri bahwa kamu sedang baik-baik saja. Air mata itu tak dapat lagi kamu tahan dengan seulas senyum yang dipaksakan, hingga pada akhirnya wajahmu akan membentuk ekspresi bodoh dengan mata yang berulang-kali mengerjap demi menahan bulir-bulir air yang hendak membanjir dipipi, lalu mengalir kedasar hati. Itulah saatnya kamu untuk berhenti berlagak kuat. Akui saja kalau kamu sedang kalah, kalah pada penguasaan diri yang biasanya selalu kau lakukan dengan baik. Kadang, terus-menerus menipu diri dengan berkata bahwa kamu baik-baik saja -padahal kamu remuk-redam didalam- malah akan semakin membuatmu terluka. Lepaskan… tak perlu lagi kau tahan, Suarakan, untuk apa kau bungkam? Tunjukkan! Tak perlu lagi dipendam… Jujur pada diri sendiri adalah wujud penghargaan paling tinggi pada diri sendiri. Kamu tau? Walaupun seluruh dunia memalingkan wajahnya darimu, ketika kamu   jujur ...

Ini ceritaku, apa ceritamu?

Berawal dari kebencian saya terhadap sayur pare, saya jadi sensitive mendengar segala sesuatu tentang jenis sayuran tersebut. Entah apa dosa pare terhadap saya, kebencian saya terhadap sayur imut tersebut seolah sudah mendarah daging dalam diri saya sejak kecil. Tidak ada alasan mengkhusus mengapa saya begitu menaruh sikap antipati terhadap pare. Mungkin hanya karena rasanya yang sangat pahit dan penampilannya yang kurang menarik minat saya. Lagipula tidak banyak makanan olahan yang dihasilkan dari sayur pare, tidak seperti kebanyakan sayur lain seperti bayam yang juga tidak begitu menarik minat saya, tapi kemudian menjadi cemilan favorit saya ketika penampakannya berubah menjadi keripik, yang lebih tenar dengan nama ’keripik bayam’. Terlepas dari kebencian saya yang mendalam terhadap pare, ternyata diam-diam saya merasa penasaran terhadap sayur tersebut. Apalagi melihat kakak saya sendiri yang sangat menggemari sayur tersebut. Apakah rasa pare yang begitu pahit tersebut sangat w...

Mencari AKU

Dear, Lita.. Kamu adalah seorang yang sangat ku kenal, sebaik aku mengenal diriku sendiri. Namun kadang, kamu bisa menjadi seseorang yang sangat sulit dimengerti, sesulit aku berusaha mengerti diriku sendiri. Bolehkah aku sedikit menulis tokoh ’kita’ disini? Tiap pagi ketika mata kita baru saja terbuka, satu pertanyaan yang kita hafal diluar kepala selalu jadi hidangan pembuka bagi hari-hari panjang kita, hari-hari lelah kita: ” Tuhan, untuk apa aku diciptakan ?” Itu kan yang selalu kita pertanyakan? Tentang eksistensi kita. Tentang kepentingan kita didunia ini. Sebuah pertanyaan yang sebenarnya sudah kita ketahui jawabannya, namun kita masih belum dan tak pernah puas dengannya. Sebuah pertanyaan paling naif sebagai bentuk halus dari cara kita menyalahkan Tuhan karena beberapa ketidak-adilan-Nya pada kita. Iya kan?   Kadang, ah tidak, sering kita merasa Tuhan begitu tak adil dengan bolak-balik memberi kita cobaan. Seolah DIA sangat suka melihat betapa susahnya kita memera...