Skip to main content

Sudah siapkah saya menjadi seorang ibu?



Buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau ujung-ujungnya CUMA jadi ibu rumah tangga?”

Mana orangnya yang ngomong kayak gitu? Mana?! Gue beliin terang bulan lu biar kapok! I mean, hellaaaaww?? Memangnya untuk menjadi ibu rumah tangga nggak perlu sekolah, gitu? Kebalik, justru karena kamu akan jadi ibu rumah tangga, sebaiknya tuntutlah ilmu setinggi mungkin, yah.. meskipun ilmu nggak punya salah apa-apa sama kamu~

Saya memang baru saja menikah, kurang lebih baru tiga bulanan lah. Tapi saya sadar, menjadi ibu rumah tangga itu nggak gampang. Kita jadi punya tanggung jawab baru. Kalau dulunya cuma mikirin diri sendiri, sekarang ada satu orang lagi yang harus dipikirkan, yaitu pasangan kita. Mikirin besok dia mau dimasakin apa, mikirin gimana caranya untuk menciptakan suasana rumah yang nyaman, mikirin gimana caranya mengelola keuangan, dan masih banyak hal lagi yang kesemuanya itu sangat-sangat berbeda dari sewaktu kita masih single.

Itu baru mikirin suami. Lah, nanti kalau sudah punya anak? Kita bukan cuma dituntut untuk menjadi wanita strong yang bisa mengerjakan semua pekerjaan rumah, tapi juga dituntut untuk menjadi Ibu yang baik untuk buah hati kita. Bagaimanapun caranya! Jelas kita nggak mau kan kalau anak-anak kita akan tumbuh dengan didikan yang ‘kurang’ dari orangtuanya? Disinilah orangtua, terutama kita para wanita dituntut untuk menjadi wanita yang pintar, mau tidak mau, suka tidak suka, it’s a must. 

Semua orang tentu ingin melakukan yang terbaik untuk keluarganya. Terutama untuk buah hati tercinta. Begitupun saya. Dalam masa-masa penantian seorang buah hati seperti sekarang ini, saya sering merasa nervous bukan main. Disatu sisi ada rasa penasaran ingin segera menimang bayi, merawat dan membesarkannya. Tapi disisi lain saya juga merasa takut, takut kalau belum bisa menjadi orangtua yang baik untuk anak-anak saya nanti.

Banyak pertanyaan yang terlintas dalam kepala, apakah saya sudah benar-benar siap? Apakah sudah cukup bekal yang saya punya untuk merawat bayi yang akan Tuhan titipkan pada saya? Dan apakah kondisi tubuh saya telah benar-benar sehat untuk menjadi tempat tumbuh dan berkembang calon bayi saya nantinya selama kurang lebih Sembilan bulan? Dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan lainnya yang benar-benar membuat saya gugup.

Tapi kemudian ada satu hal yang membuat saya sadar. Mungkin ini cara Tuhan agar saya mau untuk terus dan terus belajar tanpa henti tentang apapun, kapanpun dan dimanapun. Saya memang tidak diharuskan untuk menjadi wanita yang jenius, tapi setidaknya saya belajar untuk membekali diri sendiri agar saya benar-benar siap jika sudah sampai waktunya untuk tuhan menitipkan amanah-Nya pada saya dan suami.  And it’s a lifetime commitment to learning.


Toh, tidak ada ruginya belajar terus kan? 

Memang belajarnya belajar apa sih? Ya banyak. Belajar memasak, belajar ilmu agama lebih banyak lagi terutama mengingat kembali pelajaran mengaji dari hal yang paling dasar, belajar cara merawat dan mendidik anak, belajar tentang kesehatan, belajar apa saja. Tidak ada batasan untuk seseorang untuk belajar apa yang disukainya.

Kalau semasa sekolah kita belajar untuk menghadapi ujian, esok hari kita akan menghadapi pertanyaan-pertanyaan dari buah hati kita. bayangkan betapa berbahayanya jika dalam pertanyaan mereka itu kita memberikan jawaban yang kurang tepat. Hal itu sama saja dengan menanamkan konsep yang salah pada anak sejak dini, dan hal itu akan terus diingatnya sampai dewasa nanti. Karena dalam dunia anak-anak, apa yang dikatakan orangtua sudah pasti benar, dan itu mutlak.

Tulisan ini saya buat karena merasa tergelitik oleh pertanyaan dari seseorang yang saya tuliskan diawal tadi. Saya hanya merasa perlu untuk menuliskannya, karena siapa tau, saya mungkin akan menemukan titik jenuh dalam proses belajar saya ini. saya hanya ingin menjadikan tulisan ini sebagai jejak agar saya mengingat kembali, kearah mana kaki saya akan melangkah.

Dan untuk semua wanita di dunia ini, kuatlah. Naikkan kualitas diri kita dengan terus belajar. Karena menjadi pintar itu jauh terlihat lebih seksi daripada riasan dan pernak-pernik yang kita gunakan. Explore keahlian kita, gali lebih dalam lagi semua ilmu yang kita butuhkan sampai keakarnya, dan mari kita sama-sama berjuang melawan kebodohan pola pikir mereka yang memandang ‘ibu rumah tangga’ dengan sebelah mata.

Karena rumah adalah madrasah pertama bagi anak-anak kita, dan seorang ibu adalah pilar terpenting dalam menopang proses tumbuh kembang mereka. Semoga Tuhan mengkaruniai kita dengan keturunan yang sholeh sholeha, dan berbakti bagi keluarga, nusa dan bangsanya kelak. Aamiin.

 yah, kurang lebih mungkin seperti itu. Silahkan ambil benarnya dan salahnya dibuang jauh-jauh, karena saya juga masih belajar.. kalau ada yang bersedia memberi kritik atau ingin menambahi, saya akan sangat berterimakasih. 
sampai berjumpa lagi dalam tulisan saya selanjutnya! ;)

Comments

Popular posts from this blog

Miracle

Gerimis yang sesekali diselingi gemuruh Guntur yang bersahutan dan rumah yang lengang membuat saya ingin sedikit menorah beberapa hal yang semenjak beberapa waktu ini begitu mendesak ingin segera dituliskan. Kalau diingat-ingat lagi, saya memang sudah agak lama tidak lagi duduk dan bercerita di Bale Bengong   ini kepada kalian yang tanpa sengaja tersesat disini. Dan kalau dipikir-pikir lagi, rumah ini tak terlalu lengang sekarang ini karena saya tidak sedang sendirian. Suami memang masih di kantor dan belum pulang, namun didalam rahim saya ada sesosok janin mungil yang kini genap berusia tiga bulan sedang menemani saya yang kesepian. “ Halo sayang, sehat-sehat selalu didalam perut ibu ya J ” Bicara tentang janin, hati saya mengembang lagi sekarang. Senang? Tentu saja.. tiga bulan ini telah menjadi saat-saat paling ajaib sejak kehadirannya. Janin mungil yang sebelumnya selalu kami sebut dalam do’a kini tengah meringkuk tenang didalam rahim saya, sedang tumbuh dan ter...

kejutan

Malam itu saya nyaris tidak bisa tidur memikirkan sebuah benda kecil yang saya beli beberapa jam sebelumnya. Pikiran saya nyaris tidak teralihkan dari benda kecil itu.. memikirkan kemungkinan apa yang akan terjadi, kejutan apa yang sedang menanti saya, dan perubahan apa yang akan dia bawa nantinya. Berjam-jam sibuk memikirkan itu hingga tanpa sadar saya pun jatuh tertidur, dengan mimpi tentang benda kecil tersebut. Subuh mengetuk jendela, dan seketika saya membuka mata. Inilah saatnya! Kata saya dalam hati. Ini saat yang saya tunggu-tunggu sejak kemarin. Saya pun beranjak dari kamar dan meraih benda kecil yang kemarin saya beli kemudian masuk ke kamarmandi tanpa pertimbangan apapun lagi. Dan benar saja, benda kecil itu memunculkan dunia garis merah yang sangat saya nantikan. Dan astaga, kalau saja saya tidak sedang berada di kamarmandi, mungkin saya sudah berteriak sejadi-jadinya!  Dengan senyum mengembang lebar saya tunjukkan benda kecil itu pada suami, dan Ia terseny...

Palangka Menguning

Foto diambil dari depan Polres Palangka Terhitung sejak pertengahan Agustus lalu sampai hari ini asap masih mengepung disegala penjuru hingga ke sudut-sudut kota Palangka Raya. Nggak cuma diluar, kadang asap juga masuk sampai kedalam rumah sampai-sampai untuk bernapas saja rasanya sakit. Menyalakan kipas angin sepanjang waktu juga tidak banyak menolong. Dan hari ini asap berwarna kuning kemerahan disini. Bisa dibayangkan bagaimana sesaknya kami? Dada dan mata terasa perih, tenggorokan sakit, dan kepala jadi gampang pusing. Kami rindu langit biru, kami juga rindu bernapas lega. Kalau saja paru-paru ini bisa bicara, tentu ia sudah menjerit setiap saat. Tapi kami tetap bertahan, karena kami percaya Tuhan akan segera menyudahi bencana ini. Hari ini saya menulis catatan ini agar saya selalu ingat untuk bersyukur. Ketika Tuhan mengkaruniai saya dengan udara bersih dan lingkungan yang aman serta nyaman, terkadang saya luput untuk sekadar mengucap kata terimakasih pada-Ny...