Foto diambil dari depan Polres Palangka |
Terhitung sejak pertengahan Agustus lalu sampai
hari ini asap masih mengepung disegala penjuru hingga ke sudut-sudut kota
Palangka Raya. Nggak cuma diluar, kadang asap juga masuk sampai kedalam rumah
sampai-sampai untuk bernapas saja rasanya sakit. Menyalakan kipas angin
sepanjang waktu juga tidak banyak menolong.
Dan hari ini asap berwarna kuning kemerahan
disini. Bisa dibayangkan bagaimana sesaknya kami? Dada dan mata terasa perih,
tenggorokan sakit, dan kepala jadi gampang pusing. Kami rindu langit biru, kami
juga rindu bernapas lega. Kalau saja paru-paru ini bisa bicara, tentu ia sudah
menjerit setiap saat.
Tapi kami tetap bertahan, karena kami percaya
Tuhan akan segera menyudahi bencana ini.
Hari ini saya menulis catatan ini agar saya
selalu ingat untuk bersyukur. Ketika Tuhan mengkaruniai saya dengan udara
bersih dan lingkungan yang aman serta nyaman, terkadang saya luput untuk sekadar mengucap kata terimakasih pada-Nya. Mungkin bencana ini adalah alarm bagi diri saya pribadi, dan semoga
bagi kita semua juga, agar kita bisa lebih menghargai apa yang telah Tuhan
berikan kepada kita.
Udara bersih itu bukan hal yang sepele, disini,
di kota berasap ini, udara bersih menjadi angan-angan setiap orang. Maka tidak
ada salahnya kita sama-sama mengucap syukur saat ini juga untuk udara bersih
yang masih bisa kalian hirup disana… Alhamdulillah..
Do’akan kami disini. Do’akan paru-paru kami kuat.
Do’akan hujan lekas turun membasahi perihnya dada kami. Dan do’akan juga agar
Tuhan membalas tangan-tangan jahat pembakar hutan itu agar tidak mengulangi
perbuatannya lagi lain kali.
Karena kami masih manusia, yang butuh udara
bersih untuk bernapas lega.
Palangka raya, 15 Oktober 2015
Ya beginilah nazz palangkaraya mau gimna lagi karena hutannya selalu merok terus sehingga penduduknya pada batuk2
ReplyDelete