Duhai gaduh suara-suara di kepala, tenanglah sejenak
Biarkan tenang mendekap hati yang sedari tadi meledak-ledak
Aku ingin mendengar
hening do’aku sendiri
Meski ku tau Tuhan pastilah tidak tuli, tapi biarkan hening ini
kian bening
Untuk ku perdengarkan do’aku yang paling do’a pada-Nya
Duhai diri yang kerap dirasuk amarah
Wajahmu memerah, darah
Tak terlihat lagi senyummu itu, yang ramah
Duduklah disampingku dan mari kita bicara
Pejamkan mata, dan biarkan detak jantungmu seirama tarikan
nafasmu yang memburu
Pejamkan matamu dalam-dalam dan jumpai kegelapan itu begitu
terangnya
Lihat, kemarahanmu itu bukanlah apa-apa melainkan kerugian yang
maha rugi
Duhai diri, ladang segala ilmu yang Ia tanam
Tumbuhkanlah keyakinan bahwa aku tak pernah sendirian
Buat ia merimbun rindang hingga tak lagi ada kesepian dalam diri
ini bersemayam
Buahkan keyakinan yang manis rasanya, hingga tak kurasakan lagi
pahitnya keragu-raguan
Lapangkan dada seluas samudera dan angkasa raya,
Hingga dapat ku kepakkan sayapku dan bebas berkelana dalam
semesta yang menyajikan berjuta alasan untukku semakin dan semakin jatuh cinta
pada-Nya,
Duhai diri,
Mencintai adalah perkara mempercayakan hati
Pada sesuatu yang semestinya melebihi kemampuanmu dalam
menjaganya
Maka kamulah satu-satunya yang mengetahui, diatas tangan siapa
hatimu akan baik-baik saja.
La Tahzan, Robbuna ma’ana~
Comments
Post a Comment