Angin mengetuk
jendelaku lagi malam ini. Harus ku apakan serpih ingatan ini? Merangkainya lagi
untuk kesekian-ribu kalinya kian membuatku nyaris menepi pada batas asaku.
Ada satu hal
yang kerap menggangguku tiap malam. Hal yang pelan tapi pasti membuatku
melewatkan hangatnya selimutku beberapa malam ini hanya untuk merenung dan duduk berlama-lama
didepan laptop tua ini dan mencoba menyusun serpih ingatan kedalam sebuah
catatan sederhana.
Ah, bagaimana
bisa kusebut sederhana jika sebenarnya Ia begitu kusut di kepala?
Malam ini
angin mengetuk jendelaku lagi.
Laptop tua,
lampu belajar yang bersinar terang dan sebuah lagu cinta dari Adele mengiringi
jariku menari diatas tuts keyboard ini. Apa yang membuatku begitu risau? Hingga
tak ku hirau kantuk yang sedari tadi menggelayut dikedua kelopakku yang mulai
menghitam ini?
Aku merindukannya.
Dia.
Malam ini
angin benar-benar terasa dingin ketika aku begitu ingin Ia berada di dekatku.
Maaf. aku
masih belum tau harus bagaimana menuliskannya. Perasaanku ini, begitu sederhana
untuknya…namun entah mengapa begitu sulitnya ku temukan kata-kata untuk
menjabarkannya.
Ku rasa angin
malam ini lebih mengerti. Tentang rindu yang tak harus diungkapkan selalu. Tentang
beberapa ingatan yangseharusnya kubiarkan berlalu. Atau bahagia yang Ia bawa,
ya, seharusnya kubiarkan Ia terbang ditiup angin dan terdampar disebuah
hati yang telah siap menumbuhkannya.
Mungkin dihatimu
bahagiaku akan tumbuh lebih subur.
Mungkin saat ini? Nanti? Entahlah.
Mungkin saat ini? Nanti? Entahlah.
Comments
Post a Comment