Aku
masih terpaku pada suara detak yang muncul dari benda kecil itu. Setiap
detaknya adalah detak serupa yang muncul dari dalam rongga dadaku. Setiap
detaknya adalah detik yang berkurang dari usiaku.
Tik..tok..tik..tok...
Pada
detak pertama ada perasaan asing yang datang menghampiriku, dan pada detak yang
sama itu pula aku merasa ada sesuatu yang bergerak menjauhiku.
Dan
aku menikmati semua pergerakan datang dan pergi itu sembari mendengarkan suara
detak dari benda kecil itu, pun detak dari rongga dadaku.
Tik..tok..tik..tok..
Waktu
meninggalkanku, selangkah, dua langkah lalu beribu langkah jauh dariku.
Tik..tok..tik..tok..
Penyesalan
datang memelukku.
Sebelum
aku sadar akan segala yang telah kulakukan dimasa lalu, detak itu kembali
terdengar memburu telingaku. Seolah Ia ingin berkata ‘maaf, aku tak dapat
menunggumu..’
Tik..tok..tik..tok..
Detak
itu terus bergerak, merangkak, kemudian berlari ketika dengan sekuat tenaga berusaha
ku tahan Ia. Detakku dan detaknya tak lagi seirama. Aku berdetak perlahan, Ia
semakin membuat langkah panjang-panjang, menjauh..meninggalkanku.
Tik..tok..tik..tok..
Aku
mulai membenci suara itu.
Tik..tok..tik..tok..
Ia
mulai membentak galak, membuatu tersentak.
Tik..tok..tik..tok..
Ia
semakin jauh meninggalkanku. Detakku memburu, mempercepat langkahnya untuk
mengejar detak yang berlari itu. Namun detak itu tak mau tau. Aku telah jauh
tertinggal dibelakang. Dan sejenak kemudian Detak itu menghilang. Ia t’lah benar-benar
hilang.
Benda
kecil dengan suara berdetak itu kini diam. Detak yang kudengar kini hanyalah
detak yang muncul dari dalam dadaku. Tik......tok.... terdengar serak, semakin samar.
Detakku
tak dapat berlari cepat. Kedua kakinya terikat oleh ingatan yang menjerat.
Detakku
sekarat.
Dan
waktu kembali, saat detakku tak terdengar lagi.
Comments
Post a Comment