Dia yang dalam tiap do'aku namanya selalu kusebut,
mencintainya adalah perjuangan paling menyenangkan
yang tak boleh tak kulakukan disepanjang hidupku.
Ia
tak pernah bilang padaku seberapa besar tepatnya Ia mencintaiku, karena
katanya.. Cinta itu bukan suatu yang dapat diukur dengan sejumlah bilangan
angka. Lalu bagaimana dengan aksara? Tanyaku. Ia jawab dengan selengkung senyum
dibibir keriputnya, sembari menatapku dalam. Dan tatapan itu, adalah satu
jawaban dari sejuta tanya yang berhamburan dalam benakku, bahwa tanpa
angka-angka, tanpa harus menyusun aksara.. Cintanya utuh, penuh, seluruhnya
untukku.
Dia
yang sedihnya membuatku berduka berlama-lama., melihatnya menangis adalah
sebuah petaka maha besar dalam hidupku, apalagi jika tangis itu disebabkan
olehku. Aku rela menghukum diri demi melihat ia tersenyum lagi, lalu
memaafkanku. Namun entah karena memang dia seorang malaikat, atau hatinya
memang baik, atau karena ia begitu mencintaiku..maaf itu selalu dia beri jauh
sebelum aku memintanya. Maka malu lah aku tiap kali berbuat salah padanya. Malu
pada diri sendiri, dan malu pada seorang yang begitu pemaaf sepertinya..
Dia
yang tak ingin ku buat khawatir karena berbagai himpitan hidup yang kian
menjepitku, malah rajin mendo'akanku ditiap malam dalam tiap sujudnya. Pernah
ku dengar dalam lirih do'anya, namaku disebutnya berulang-ulang.. Sembari
berloncatan air matanya dan menahan isak yang mengguncang dadanya, ia rela
bersujud lama..demi aku. .
dia
yang rela terjaga semalaman menunggui demamku yang tak kunjung reda, sedangkan
aku lelap disampingnya. Dia, yang kerap menahan lapar dahaganya demi memuaskan
lambungku yang selalu merasa kurang. Namun adakah yang telah kulakukan padanya
yang membuat hatinya tenang?
Dia
yang tak boleh ku buat marah dengan kebodohanku, meskipun rupanya aku belum
cukup pintar untuk tak mengecewakannya dengan sikapku. Namun ia tetap merangkul
aku, aku dengan segala kekuranganku ini.
Begitu
besarnyakah cintanya padaku, hingga apapun yang kulakukan untuknya masih selalu
terasa tak sebanding dengan apa yang selalu dia lakukan untukku?
Ku
pikir cintaku padanya begitu besarnya, namun yang kurasa adalah cinta yang
bertubi-tubi selalu darinya untukku.
Ku pikir aku bisa membahagiakannya, namun yang ku dapat
adalah kebahagiaan tiada tara karena terlahir
menjadi bagian dari dirinya.
Ku pikir akulah satu-satunya yang bersedih, namun
tanpa ku tahu.. rupanya ia yang paling menderita saat tak dijumpainya raut
bahagia terpahat diwajahku.
Dia, yang rinduku padanya membuat jemariku senantiasa
bergetar diatas kertas ini.. Membuat kata berlari-lari dan menghambur pada
Tuhan mewujud permohonan demi permohonan, untuk segala kebaikan atasnya: wanita
paling mulia dalam hidupku.. Ibu.
Comments
Post a Comment