Skip to main content

Later better than Never..


Dengarkan dia saat kalimat yang keluar dari mulutnya hanya diam. Ulurkan tangan padanya saat Ia tak mampu lagi berjalan dengan kedua kakinya. Peluk tubuhnya saat Ia minta padamu sebuah ruang untuk sendirian. Dan hapus air matanya saat tak seorangpun mau meluangkan waktu mereka untuk melihatnya bersedih.
Karena tak ada yang dapat kamu percayai melainkan hanya waktu.
Suatu saat Ia tak akan ada lagi. Ia mungkin pergi dengan semua kesedihan yang Ia pendam dalam diamnya.
Suatu saat kamu dan dia akan terpisah oleh sekat yang takkan memungkinkan lagi untuk kalian saling bersentuhan, tak lagi saling mendengarkan, dan tak pula saling berucap kata-kata penghiburan.
Bisa jadi ini hari-hari terakhirnya.. atau hari-hari terakhirmu..
Bukankah dia, kamu, dan aku terlahir menjadi makhluk yang begitu rindu akan kematian namun terlalu takut untuk membayangkan kedatangannya?
Dia pun sama sepertimu, memiliki ketakutan yang sama. Sama-sama takut menjemput mati. Namun bukan hal itu yang sekarang Ia takutkan. Ia takut sendirian. Ia takut tak seorangpun akan mendengarkannya. Tak seorangpun mengulurkan tangan padanya. Ia benar-benar tengah takut. Takut mati dipeluk kesedihan tanpa seorangpun tau apa yang membuatnya begitu bersedih.
Kalau besok benar-benar hari terakhirnya, akankah kamu bersedia menjadi orang terakhir yang akan melakukan semua seperti inginnya? Dia butuh kamu......

Comments

Popular posts from this blog

Kamarku Istanaku

Aku memang lebih suka seperti ini, memaku diri dalam penjara imajiner yang kuciptakan sendiri. Kubiarkan diam mengajakku bicara semaunya, hingga ia lelah, hingga tak kudengar lagi bingar suaranya ditelingaku. Hanya di kamar ini kutemukan waktu istimewaku untuk bercakap dengan pikiranku sendiri. Apa yang ku mau, apa yang ku rasa, dan apa yang ingin ku katakan, yang sebisa mungkin tak ku ungkapkan saat berada diluar sana kini membuncah bak air bah, di kamar ini. Dan aku sangat menikmati saat-saat seperti ini... Berbeda dengan mereka, aku memang  punya caraku sendiri untuk melegakan sesaknya hati. Dan disini, di kamar ini, aku memenjara diri dan membiarkan sedihku bebas berkelana, mengudara, untuk kemudian menjelma hujan dikedua pipiku. Biarlah. Aluna Maharani

kejutan

Malam itu saya nyaris tidak bisa tidur memikirkan sebuah benda kecil yang saya beli beberapa jam sebelumnya. Pikiran saya nyaris tidak teralihkan dari benda kecil itu.. memikirkan kemungkinan apa yang akan terjadi, kejutan apa yang sedang menanti saya, dan perubahan apa yang akan dia bawa nantinya. Berjam-jam sibuk memikirkan itu hingga tanpa sadar saya pun jatuh tertidur, dengan mimpi tentang benda kecil tersebut. Subuh mengetuk jendela, dan seketika saya membuka mata. Inilah saatnya! Kata saya dalam hati. Ini saat yang saya tunggu-tunggu sejak kemarin. Saya pun beranjak dari kamar dan meraih benda kecil yang kemarin saya beli kemudian masuk ke kamarmandi tanpa pertimbangan apapun lagi. Dan benar saja, benda kecil itu memunculkan dunia garis merah yang sangat saya nantikan. Dan astaga, kalau saja saya tidak sedang berada di kamarmandi, mungkin saya sudah berteriak sejadi-jadinya!  Dengan senyum mengembang lebar saya tunjukkan benda kecil itu pada suami, dan Ia tersenyum..