Dengarkan dia saat kalimat yang
keluar dari mulutnya hanya diam. Ulurkan tangan padanya saat Ia tak mampu lagi
berjalan dengan kedua kakinya. Peluk tubuhnya saat Ia minta padamu sebuah ruang
untuk sendirian. Dan hapus air matanya saat tak seorangpun mau meluangkan waktu
mereka untuk melihatnya bersedih.
Karena tak ada yang dapat kamu
percayai melainkan hanya waktu.
Suatu saat Ia tak akan ada lagi.
Ia mungkin pergi dengan semua kesedihan yang Ia pendam dalam diamnya.
Suatu saat kamu dan dia akan
terpisah oleh sekat yang takkan memungkinkan lagi untuk kalian saling
bersentuhan, tak lagi saling mendengarkan, dan tak pula saling berucap
kata-kata penghiburan.
Bisa jadi ini hari-hari
terakhirnya.. atau hari-hari terakhirmu..
Bukankah dia, kamu, dan aku
terlahir menjadi makhluk yang begitu rindu akan kematian namun terlalu takut
untuk membayangkan kedatangannya?
Dia pun sama sepertimu, memiliki
ketakutan yang sama. Sama-sama takut menjemput mati. Namun bukan hal itu yang
sekarang Ia takutkan. Ia takut sendirian. Ia takut tak seorangpun akan
mendengarkannya. Tak seorangpun mengulurkan tangan padanya. Ia benar-benar
tengah takut. Takut mati dipeluk kesedihan tanpa seorangpun tau apa yang
membuatnya begitu bersedih.
Kalau besok benar-benar hari
terakhirnya, akankah kamu bersedia menjadi orang terakhir yang akan melakukan
semua seperti inginnya? Dia butuh kamu......
Comments
Post a Comment