Skip to main content

Gak Usah Dibaca...


Ku akhiri malamku dengan gelas susu yang telah tandas isinya, dan buku bacaan yang ku biarkan tengkurap di lantai serta beberapa kertas berisi catatan yang ku tulis setengah malas. Jarum jam yang sedari tadi berkejaran kini memaku diri di angka dua, dini hari.
Aku lelah.
Aku terlalu mengantuk untuk meletakkan kembali semua barang yang berserak ini ketempat aslinya.
Kemudian mataku memejam.
Ku biarkan kantuk memelukku perlahan. Lalu aku mati suri dan hidup kembali di dunia yang kusebut mimpi. Kaki tak menjejak bumi, sedang tangan tak menggapai awan. Aku berada diambang pertengahan diantara dua alam. Melayang, dan sesekali bergoyang diterpa angin dingin.
Suara-suara perlahan menjauh dari telingaku. Dan waktu, entah harus ku sebut pagi atau malam, aku tak tau. Dalam dunia mimpi waktu berhenti. Tak lagi berlari-lari seperti saat kakiku menjejak bumi. Aneh. Aku merasa sesak saat waktu berhenti berputar disini. Dadaku meronta minta diisi udara. Tapi rasanya, aku hanya tak terbiasa dengan waktu yang diam, yang membiarkanku mengambang diruang hampa. Maya.
Akh, sepertinya aku mulai ngelantur.
Pikiranku tak lagi teratur.
Kata-kataku ngawur.
Pandanganku kabur.
Blur.
Ini mimpi, dan semua yang kulihat disini adalah ilusi. Ini hanya dunia abu-abu yang dengan cepat akan berganti-ganti warna semau dan sesukanya. Begitu kuyakinkan diri sendiri.
Namun yang kulihat tampak begitu nyata. Aku melihat sosok diriku, yang walaupun jijik tapi tetap asik melahap daging anjing. Iya, aku makan anjing. Ku potong tubuh anjing itu menjadi beberapa bagian. Yang ku sisakan hanya bagian kepala sampai lehernya, dan buntut sampai ekornya. Dan yang ku makan hanya bagian tengahnya saja. Bagian-bagian yang tak ku makan itu kembali hidup, lalu memasukkan dirinya sendiri kedalam kantong plastik berwarna hitam. Kataku pada anjing itu ”aku sudah kenyang”.
Menjijikkan.
Belum tuntas mualku, mimpi ini berganti warna lagi. Bukan lagi anjing yang kulihat, tapi dia. Sosok pria -entah siapa namanya- yang rasa-rasanya begitu ku kenal sejak lama. Kami akrab satu-samalain, begitu dekatnya. Bicara apa saja. Sampai ku kira aku telah jatuh cinta padanya. Tapi sayang ini hanya mimpi dan dia adalah ilusi yang dicipta alam bawah sadarku sendiri. Ia hanyalah bagian kecil dari mimpi abu-abuku ini. Lalu tiba-tiba Ia mewujud gelembung sabun dan melayang-layang satu senti dekat dengan keningku. Perlahan kusentuhkan jari padanya dan plash, Ia pecah menjadi titik-titik air dan meninggalkan perciknya dipipiku. Kemudian warna mimpi ini berganti lagi.
Aku terlempar ketempat yang jauh. Ketempat yang membuat mataku melihat hijau disekelilingku. Aku berada di hamparan padang rumput, mungkin di puncak bukit. Aku sendirian menghirup udara dalam-dalam. Memenuhi rongga dada yang sedari tadi terasa sesak. Terasa segar.
Dan waktu, masih terhenti ditempat yang sama. Masih tak dapat ku bedakan entah itu pagi atau malam. Aku masih ada di dunia mimpi. Terjebak dalam ilusiku sendiri. Aku mati suri. Dan jiwaku berpetualang membebaskan diri.
Benar. Saat terbangun nanti hatiku tak akan merasa seringan ini. Untuk bernafaspun mungkin akan berat lagi. Jadi ku nikmati dulu saat-saat ini. Mengasingkan diri di dunia sepi ini.
Bangun kembali kedunia nyata berarti aku tlah siap membunuh ilusi. Ini hanya perkara memilih: bertahan mati dan hidup dalam mimpi, atau hidup kembali di dunia nyata sembari menunggu nyawa meregang dengan sendirinya.
Lalu aku memilih bangun. Membuka mata. Dan yang pertama kali kulihat adalah pagi. Waktu pun berjalan kembali, dan bahkan berlari. Tubuhku menyentuh bumi, pertanda gravitasi berlaku padaku lagi. Aku tak lagi mengambang. Dan untuk itu, aku agak senang.
Disebelah bantalku buku bacaan itu masih tengkurap. Dan catatan yang semula ingin ku buat pendek ini ternyata masih ku tulis hingga titik ini.
Sudah lama sejak terakhir kali aku menulis dibawah tekanan kantuk seperti saat ini. Mau bagaimana lagi, kerumunan kata dalam kepalaku tak mau sedikitpun mengalah pada mata. Aku sebenarnya lelah.
Tapi sudahlah... Ini hanya tulisan seorang pemabuk, mabuk kata. Tak usah kau perdulikan aku. Pergi tidur sana! alami mimpi yang sama seperti mimpiku semalam. Selamat malam, dan selamat mengapung di dunia terapung semalaman. Besok saat kau bangun kembali, jangan biarkan lupa menghapus jejak mimpimu seperti aku yang lupa pada mimpiku. Ceritakan padaku semua yang kau lihat pada mimpi itu. Jika kau jumpai perempuan asing disana, bisa jadi itu aku.

Comments

  1. Great..!!!
    U've created fantastic words through u'r heart,
    I'm really appreciate with u'r work and won't ever stop to give support..
    Go ahead my beloved sista..
    ★this is me, cempe's girlfriend★

    ReplyDelete
  2. Hahaha..thankyou so much for ur support,sis ♡

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kamarku Istanaku

Aku memang lebih suka seperti ini, memaku diri dalam penjara imajiner yang kuciptakan sendiri. Kubiarkan diam mengajakku bicara semaunya, hingga ia lelah, hingga tak kudengar lagi bingar suaranya ditelingaku. Hanya di kamar ini kutemukan waktu istimewaku untuk bercakap dengan pikiranku sendiri. Apa yang ku mau, apa yang ku rasa, dan apa yang ingin ku katakan, yang sebisa mungkin tak ku ungkapkan saat berada diluar sana kini membuncah bak air bah, di kamar ini. Dan aku sangat menikmati saat-saat seperti ini... Berbeda dengan mereka, aku memang  punya caraku sendiri untuk melegakan sesaknya hati. Dan disini, di kamar ini, aku memenjara diri dan membiarkan sedihku bebas berkelana, mengudara, untuk kemudian menjelma hujan dikedua pipiku. Biarlah. Aluna Maharani

kejutan

Malam itu saya nyaris tidak bisa tidur memikirkan sebuah benda kecil yang saya beli beberapa jam sebelumnya. Pikiran saya nyaris tidak teralihkan dari benda kecil itu.. memikirkan kemungkinan apa yang akan terjadi, kejutan apa yang sedang menanti saya, dan perubahan apa yang akan dia bawa nantinya. Berjam-jam sibuk memikirkan itu hingga tanpa sadar saya pun jatuh tertidur, dengan mimpi tentang benda kecil tersebut. Subuh mengetuk jendela, dan seketika saya membuka mata. Inilah saatnya! Kata saya dalam hati. Ini saat yang saya tunggu-tunggu sejak kemarin. Saya pun beranjak dari kamar dan meraih benda kecil yang kemarin saya beli kemudian masuk ke kamarmandi tanpa pertimbangan apapun lagi. Dan benar saja, benda kecil itu memunculkan dunia garis merah yang sangat saya nantikan. Dan astaga, kalau saja saya tidak sedang berada di kamarmandi, mungkin saya sudah berteriak sejadi-jadinya!  Dengan senyum mengembang lebar saya tunjukkan benda kecil itu pada suami, dan Ia tersenyum..