Skip to main content

Aquatic


Mungkin karena aku adalah makhluk aquatic, yang setiap pergerakan air selalu turut membuatku larut, mencair.
Aku selalu menyukai hujan yang turun selepas subuh, hingga pagi pukul delapan. Jika mungkin orang lain merasa tidurnya menjadi lebih lelap karena hujan, aku lebih memilih untuk duduk di tepi jendela, memandang lurus kearah kaca yang buram, menembus keluar.. menari bersama hujan. Menikmati dingin yang menelusup kedalam tiap pori-pori, membiarkan keheningan memelukku diam-diam, dan membuka telinga hanya untuk gemericik air yang berjatuhan..

Karena aku begitu aquatic, yang bahkan suara sungai dapat membuatku betah duduk berlama-lama ditepinya. Seorang diri saja, khusuk mengakrabkan diri pada arus yang terus mengalir kesatu arah, selalu ketempat yang lebih rendah. Kepada arus sungai yang tak pernah bicara itu aku dapat bercerita tentang apa saja. Apa saja yang ada di kepala.

Ceritaku takkan membuat sungai menjadi keruh, karena setiap cerita yang meruah dari lubuk hatiku akan selalu terbawa bersama arusnya, terbawa sampai ke muara terakhirnya, berakhir di pantai untuk kemudian menguap bersama mendung. Esok pagi ku nantikan lagi ia turun berupa hujan. Itulah saat aku berkesempatan mendengar ceritaku sendiri dari sudut pandang oranglain. Terdengar lucu kadang, namun demikianlah adanya.

Aku begitu mencintai air, bahkan air laut yang asin itu. Pantai selalu menjadi tempat kedua setelah sungai yang ku tuju saat aku ingin sendirian. Sejenak ingin melarikan diri dari keramaian yang memekakkan telinga. Pantai membuatku damai. Yang sepi, yang terdengar hanya pasir yang berbisik, yang terlihat hanya daun kelapa yang bergoyang-goyang,... dan beberapa kepiting kecil yang berjalan kesamping.

Dan pagi ini, adalah pagi kesekian yang begitu aku sukai. Hujan turun sejak subuh mengetuk daun jendelaku. Aku terbangun dengan perasaan terceraduk, namun cukup tenang untuk mendengar ceritaku sendiri dari sang hujan.

Dan entah kenapa, cerita ini belum membuatku bosan. Cerita tentang sebuah kenangan yang erat melekat dalam ingatan. Tentang beberapa tempat, dan seseorang yang kerap kuajak pergi bersama kesana. Seperti hujan pagi ini yang kian menyuburkan rindu yang telah sekian lama ku kubur bersama keinginan untuk menepisnya, namun ia malah semakin tumbuh meninggi dari hari kehari. Menancapkan akarnya kuat-kuat di dasar hati, dan selalu berhasil mebuatku bungkam, diam untuk beberapa saat.

Mungkin karena aku adalah makhluk aquatic yang cinta pada air, tak ada bantahan sedikitpun dariku saat ia mengajakku larut bersamanya, dan mencair bersama segala cerita yang ia bawa...

Falling In Love At A Coffee Shop
-Landon Pigg-
I think that possibly, maybe I'm falling for you
Yes there's a chance that I've fallen quite hard over you.
I've seen the paths that your eyes wander down
I want to come too

I think that possibly, maybe I'm falling for you

No one understands me quite like you do
Through all of the shadowy corners of me

I never knew just what it was about this old coffee shop
I love so much
All of the while I never knew
I never knew just what it was about this old coffee shop
I love so much
All of the while I never knew

I think that possibly, maybe I'm falling for you
Yes there's a chance that I've fallen quite hard over you.
I've seen the waters that make your eyes shine
Now I'm shining too

Because oh because
I've fallen quite hard over you

If I didn't know you, I'd rather not know
If I couldn't have you, I'd rather be alone

I never knew just what it was about this old coffee shop
I love so much
All of the while I never knew
I never knew just what it was about this old coffee shop
I love so much
All of the while, I never knew

All of the while, all of the while,
it was you


Comments

Popular posts from this blog

Miracle

Gerimis yang sesekali diselingi gemuruh Guntur yang bersahutan dan rumah yang lengang membuat saya ingin sedikit menorah beberapa hal yang semenjak beberapa waktu ini begitu mendesak ingin segera dituliskan. Kalau diingat-ingat lagi, saya memang sudah agak lama tidak lagi duduk dan bercerita di Bale Bengong   ini kepada kalian yang tanpa sengaja tersesat disini. Dan kalau dipikir-pikir lagi, rumah ini tak terlalu lengang sekarang ini karena saya tidak sedang sendirian. Suami memang masih di kantor dan belum pulang, namun didalam rahim saya ada sesosok janin mungil yang kini genap berusia tiga bulan sedang menemani saya yang kesepian. “ Halo sayang, sehat-sehat selalu didalam perut ibu ya J ” Bicara tentang janin, hati saya mengembang lagi sekarang. Senang? Tentu saja.. tiga bulan ini telah menjadi saat-saat paling ajaib sejak kehadirannya. Janin mungil yang sebelumnya selalu kami sebut dalam do’a kini tengah meringkuk tenang didalam rahim saya, sedang tumbuh dan ter...

kejutan

Malam itu saya nyaris tidak bisa tidur memikirkan sebuah benda kecil yang saya beli beberapa jam sebelumnya. Pikiran saya nyaris tidak teralihkan dari benda kecil itu.. memikirkan kemungkinan apa yang akan terjadi, kejutan apa yang sedang menanti saya, dan perubahan apa yang akan dia bawa nantinya. Berjam-jam sibuk memikirkan itu hingga tanpa sadar saya pun jatuh tertidur, dengan mimpi tentang benda kecil tersebut. Subuh mengetuk jendela, dan seketika saya membuka mata. Inilah saatnya! Kata saya dalam hati. Ini saat yang saya tunggu-tunggu sejak kemarin. Saya pun beranjak dari kamar dan meraih benda kecil yang kemarin saya beli kemudian masuk ke kamarmandi tanpa pertimbangan apapun lagi. Dan benar saja, benda kecil itu memunculkan dunia garis merah yang sangat saya nantikan. Dan astaga, kalau saja saya tidak sedang berada di kamarmandi, mungkin saya sudah berteriak sejadi-jadinya!  Dengan senyum mengembang lebar saya tunjukkan benda kecil itu pada suami, dan Ia terseny...

Palangka Menguning

Foto diambil dari depan Polres Palangka Terhitung sejak pertengahan Agustus lalu sampai hari ini asap masih mengepung disegala penjuru hingga ke sudut-sudut kota Palangka Raya. Nggak cuma diluar, kadang asap juga masuk sampai kedalam rumah sampai-sampai untuk bernapas saja rasanya sakit. Menyalakan kipas angin sepanjang waktu juga tidak banyak menolong. Dan hari ini asap berwarna kuning kemerahan disini. Bisa dibayangkan bagaimana sesaknya kami? Dada dan mata terasa perih, tenggorokan sakit, dan kepala jadi gampang pusing. Kami rindu langit biru, kami juga rindu bernapas lega. Kalau saja paru-paru ini bisa bicara, tentu ia sudah menjerit setiap saat. Tapi kami tetap bertahan, karena kami percaya Tuhan akan segera menyudahi bencana ini. Hari ini saya menulis catatan ini agar saya selalu ingat untuk bersyukur. Ketika Tuhan mengkaruniai saya dengan udara bersih dan lingkungan yang aman serta nyaman, terkadang saya luput untuk sekadar mengucap kata terimakasih pada-Ny...