Aku merasa cukup puas menjadi kenanganmu. Tersempil kecil disebuah
ruang dihati yang kini penuh sesak oleh kebahagiaan baru. Setidaknya, waktu
nantinya akan membuatmu ingat lagi padaku, mungkin disaat sepi, atau saat kau
rindu aku namun mati-matikan kau tepis itu.
Aku rasa tak mengapa.
Sangat tak mengapa. Daripada benar-benar tiada karena terlupa, atau
sengaja kau buat dirimu lupa.
Padaku.
Yang selalu megingatmu dalam susah senangku. Sekalipun aku tak pernah
menjadi seseorang, melainkan hanya sesuatu untuk kau dapatkan –karena kebetulan
saat itu kau adalah seorang yang menyukai tantangan-
Tantangan itu berupa aku. Sayangnya aku terlalu lugu untuk segera
menjatuhkan hati pada wajah rupawan dan otak brilian yang adalah kamu. Aku
hanya untuk kau dapatkan, untuk kau miliki. Dan sejak pertama kamu telah
menjadi sesorang yang ku perjuangkan, dan ku sayangi dengan sepenuh hati.
Hati ini.
Cukup luas untuk menerimamu kembali namun kau lebih memilih pergi.
Bagimu, untuk apa bersama dengan sesuatu jika ada seseorang lain yang lebih
layak untuk dicintai?
Cinta ini.
Adalah cinta yang cukup jahat untuk
memeras air dari kedua kelopak mataku.
Mataku ini.
Telah terbiasa menatapmu lama, dan kini harus maklum dengan ketiadaan
yang sakitnya selalu terasa sama.
Samasekali tak mengapa.
Cinta memang begini, terkadang gila.
Comments
Post a Comment