Skip to main content

Mata Itu...


Aku selalu lupa caranya bersedih, saat kulihat kedua mata itu.. kedua mata yang memancarkan keteduhan dan kelapangan hati yang sangat itu. Kesedihan terasa seperti selintas angin yang hanya sekedar lewat, meremangkan tengkuk beberapa saat dan kemudian pergi berlalu begitu saja, tiap saat kulihat mata itu.

Kedua mata itu, mata yang selalu jernih.. Mata yang membuatku leluasa menelusup kedalamnya, membaca sejuta rahasia yang tak pernah sekalipun terungkap dalam rangkai kata demi kata.

Mata itu, mata yang bercerita tentang kepedihan yang sudah-sudah, kepedihan yang kerap membasahi keduanya ditiap malam saat kantuk tak lagi ia rasa..

Mata itu, mata yang selalu menatapku dengan penuh kasih, penuh rasa sayang.. Mata yang membuatku merasa aman dan nyaman, meskipun hidup kadang terlihat begitu gelap dan menakutkan untuk kulalui seorang diri.

Mata itu selalu siap meneduhkan hatiku, mata yang seolah berkata.. 'anakku yang hebat, tak ada alasan untuk menjadi tak kuat.. Tetaplah bersemangat. Ibu ada disini, melihatmu dari belakang dan selalu menyertakan do'a ditiap jengkal langkahmu, saat kau dekat dipangkuan ibu.. Maupun saat kau berada jauh dari jarak pandang ibu. Ibu selalu ada untukmu nak..'

Dan pemilik kedua mata ajaib itupun tak pernah ingkar janji. Ia benar-benar selalu ada untukku.. diwaktu sehat dan sakitku, diwaktu bahagia dan sedihku, disaat ramai pun saat sendiriku..

Pemilik mata yang teduh itu selalu menyertakan do'a-do'anya untuk separuh nafas yang kadang terasa berat untuk ku hela. Ia benar-benar selalu ada, bahkan disaat ego kekanakanku dengan sengaja melukai halus perasaannya, Ia selalu ada dengan kedua lengan yang terbuka, memaafkanku..

Ia selalu ada.
Dimanapun aku berdiri, Ia selalu ada. Terasa nyata mendekapku dengan segenap cinta yang Ia punya. Ia adalah ibuku.. :)

Comments

Popular posts from this blog

Untuk seorang teman yang sedang bersedih ;)

Akan ada saat dimana kamu merasa begitu rapuh, bahkan terlalu rapuh untuk sekedar membohongi diri bahwa kamu sedang baik-baik saja. Air mata itu tak dapat lagi kamu tahan dengan seulas senyum yang dipaksakan, hingga pada akhirnya wajahmu akan membentuk ekspresi bodoh dengan mata yang berulang-kali mengerjap demi menahan bulir-bulir air yang hendak membanjir dipipi, lalu mengalir kedasar hati. Itulah saatnya kamu untuk berhenti berlagak kuat. Akui saja kalau kamu sedang kalah, kalah pada penguasaan diri yang biasanya selalu kau lakukan dengan baik. Kadang, terus-menerus menipu diri dengan berkata bahwa kamu baik-baik saja -padahal kamu remuk-redam didalam- malah akan semakin membuatmu terluka. Lepaskan… tak perlu lagi kau tahan, Suarakan, untuk apa kau bungkam? Tunjukkan! Tak perlu lagi dipendam… Jujur pada diri sendiri adalah wujud penghargaan paling tinggi pada diri sendiri. Kamu tau? Walaupun seluruh dunia memalingkan wajahnya darimu, ketika kamu   jujur ...

kejutan

Malam itu saya nyaris tidak bisa tidur memikirkan sebuah benda kecil yang saya beli beberapa jam sebelumnya. Pikiran saya nyaris tidak teralihkan dari benda kecil itu.. memikirkan kemungkinan apa yang akan terjadi, kejutan apa yang sedang menanti saya, dan perubahan apa yang akan dia bawa nantinya. Berjam-jam sibuk memikirkan itu hingga tanpa sadar saya pun jatuh tertidur, dengan mimpi tentang benda kecil tersebut. Subuh mengetuk jendela, dan seketika saya membuka mata. Inilah saatnya! Kata saya dalam hati. Ini saat yang saya tunggu-tunggu sejak kemarin. Saya pun beranjak dari kamar dan meraih benda kecil yang kemarin saya beli kemudian masuk ke kamarmandi tanpa pertimbangan apapun lagi. Dan benar saja, benda kecil itu memunculkan dunia garis merah yang sangat saya nantikan. Dan astaga, kalau saja saya tidak sedang berada di kamarmandi, mungkin saya sudah berteriak sejadi-jadinya!  Dengan senyum mengembang lebar saya tunjukkan benda kecil itu pada suami, dan Ia terseny...

Mencari AKU

Dear, Lita.. Kamu adalah seorang yang sangat ku kenal, sebaik aku mengenal diriku sendiri. Namun kadang, kamu bisa menjadi seseorang yang sangat sulit dimengerti, sesulit aku berusaha mengerti diriku sendiri. Bolehkah aku sedikit menulis tokoh ’kita’ disini? Tiap pagi ketika mata kita baru saja terbuka, satu pertanyaan yang kita hafal diluar kepala selalu jadi hidangan pembuka bagi hari-hari panjang kita, hari-hari lelah kita: ” Tuhan, untuk apa aku diciptakan ?” Itu kan yang selalu kita pertanyakan? Tentang eksistensi kita. Tentang kepentingan kita didunia ini. Sebuah pertanyaan yang sebenarnya sudah kita ketahui jawabannya, namun kita masih belum dan tak pernah puas dengannya. Sebuah pertanyaan paling naif sebagai bentuk halus dari cara kita menyalahkan Tuhan karena beberapa ketidak-adilan-Nya pada kita. Iya kan?   Kadang, ah tidak, sering kita merasa Tuhan begitu tak adil dengan bolak-balik memberi kita cobaan. Seolah DIA sangat suka melihat betapa susahnya kita memera...