Bahkan ketika bulan dimatamu
melelehkan darah, aku tak jua terkesan dengan kesedihan barumu itu
Sedihmu itu tak lain adalah
kesedihan lama yang bersembunyi, dan muncul kembali sewaktu-waktu, merenggut bahagiamu
yang mulai jarang nampak olehku
Sedihmu telah tua
Sedihmu terlalu sering kulihat,
hingga ia tak lagi asing
Ia seperti saudara kandung yang tiap saat ku jumpai di rumah
Hingga aku terbiasa melihatnya ada padamu, merenggut ceria diwajahmu
itu
Aku mengenal kesedihan itu sebaik aku mengenalmu
Aku bahkan mulai akrab dengan kesedihan yang kerap ku usahakan
ketiadaannya,
Seperti pintamu
Kali ini apa lagi yang membuatmu sedih, duhai puan?
Katakanlah, aku mendengarkanmu seperti hari yang sudah-sudah
Bicaralah, biarkan kesedihan itu bebas mengudara bersama tiap kata yang
telah sedari tadi kau pendam itu
Aku disini untuk mendengar segala sampah hatimu yang nyaris membusuk
itu
Barangkali dengan berbicara hatimu menjadi sedikit lebih lega,
Dan setidaknya, untuk kali ini dapat kulihat bahagia kembali berkerlip dimatamu, dan bahkan bertahan lebih
lama dari biasanya
Kau cantik, juga rupawan.. ..
Dunia tak akan menyakitimu
selamanya
Dan kesedihan itu nantinya akan
lelah memelukmu lebih lama
Ia terlalu tua untuk jiwa muda mu
yang seharusnya bahagia
Sedihmu itu terlalu egois untuk
pribadimu yang selalu berlapang dada
Kau cantik,
Bukankah kecantikanmu itu berhak diutarakan lewat sebuah senyuman?
Tersenyumlah pada kesedihan itu
Tersenyumlah pada air mata itu, dan selalu katakan kalau kau baik-baik
saja, dan akan selalu baik-baik saja!
Bukankah hidup akan terasa lebih mudah bila kau, aku, kita.. bahagia?
Comments
Post a Comment