Skip to main content

Titik Dua Kurung Buka


Bahkan ketika bulan dimatamu melelehkan darah, aku tak jua terkesan dengan kesedihan barumu itu
Sedihmu itu tak lain adalah kesedihan lama yang bersembunyi, dan muncul kembali sewaktu-waktu, merenggut bahagiamu yang mulai jarang nampak olehku

Sedihmu telah tua
Sedihmu terlalu sering kulihat, hingga ia tak lagi asing
Ia seperti saudara kandung yang tiap saat ku jumpai di rumah
Hingga aku terbiasa melihatnya ada padamu, merenggut ceria diwajahmu itu

Aku mengenal kesedihan itu sebaik aku mengenalmu
Aku bahkan mulai akrab dengan kesedihan yang kerap ku usahakan ketiadaannya,
Seperti pintamu

Kali ini apa lagi yang membuatmu sedih, duhai puan?
Katakanlah, aku mendengarkanmu seperti hari yang sudah-sudah
Bicaralah, biarkan kesedihan itu bebas mengudara bersama tiap kata yang telah sedari tadi kau pendam itu
Aku disini untuk mendengar segala sampah hatimu yang nyaris membusuk itu
Barangkali dengan berbicara hatimu menjadi sedikit lebih lega,
Dan setidaknya, untuk kali ini dapat kulihat bahagia kembali  berkerlip dimatamu, dan bahkan bertahan lebih lama dari biasanya

Kau cantik, juga rupawan.. ..
Dunia tak akan menyakitimu selamanya
Dan kesedihan itu nantinya akan lelah memelukmu lebih lama
Ia terlalu tua untuk jiwa muda mu yang seharusnya bahagia
Sedihmu itu terlalu egois untuk pribadimu yang selalu berlapang dada

Kau cantik,
Bukankah kecantikanmu itu berhak diutarakan lewat sebuah senyuman?

Tersenyumlah pada kesedihan itu
Tersenyumlah pada air mata itu, dan selalu katakan kalau kau baik-baik saja, dan akan selalu baik-baik saja!
Bukankah hidup akan terasa lebih mudah bila kau, aku, kita.. bahagia?

Comments

Popular posts from this blog

Miracle

Gerimis yang sesekali diselingi gemuruh Guntur yang bersahutan dan rumah yang lengang membuat saya ingin sedikit menorah beberapa hal yang semenjak beberapa waktu ini begitu mendesak ingin segera dituliskan. Kalau diingat-ingat lagi, saya memang sudah agak lama tidak lagi duduk dan bercerita di Bale Bengong   ini kepada kalian yang tanpa sengaja tersesat disini. Dan kalau dipikir-pikir lagi, rumah ini tak terlalu lengang sekarang ini karena saya tidak sedang sendirian. Suami memang masih di kantor dan belum pulang, namun didalam rahim saya ada sesosok janin mungil yang kini genap berusia tiga bulan sedang menemani saya yang kesepian. “ Halo sayang, sehat-sehat selalu didalam perut ibu ya J ” Bicara tentang janin, hati saya mengembang lagi sekarang. Senang? Tentu saja.. tiga bulan ini telah menjadi saat-saat paling ajaib sejak kehadirannya. Janin mungil yang sebelumnya selalu kami sebut dalam do’a kini tengah meringkuk tenang didalam rahim saya, sedang tumbuh dan ter...

kejutan

Malam itu saya nyaris tidak bisa tidur memikirkan sebuah benda kecil yang saya beli beberapa jam sebelumnya. Pikiran saya nyaris tidak teralihkan dari benda kecil itu.. memikirkan kemungkinan apa yang akan terjadi, kejutan apa yang sedang menanti saya, dan perubahan apa yang akan dia bawa nantinya. Berjam-jam sibuk memikirkan itu hingga tanpa sadar saya pun jatuh tertidur, dengan mimpi tentang benda kecil tersebut. Subuh mengetuk jendela, dan seketika saya membuka mata. Inilah saatnya! Kata saya dalam hati. Ini saat yang saya tunggu-tunggu sejak kemarin. Saya pun beranjak dari kamar dan meraih benda kecil yang kemarin saya beli kemudian masuk ke kamarmandi tanpa pertimbangan apapun lagi. Dan benar saja, benda kecil itu memunculkan dunia garis merah yang sangat saya nantikan. Dan astaga, kalau saja saya tidak sedang berada di kamarmandi, mungkin saya sudah berteriak sejadi-jadinya!  Dengan senyum mengembang lebar saya tunjukkan benda kecil itu pada suami, dan Ia terseny...

Palangka Menguning

Foto diambil dari depan Polres Palangka Terhitung sejak pertengahan Agustus lalu sampai hari ini asap masih mengepung disegala penjuru hingga ke sudut-sudut kota Palangka Raya. Nggak cuma diluar, kadang asap juga masuk sampai kedalam rumah sampai-sampai untuk bernapas saja rasanya sakit. Menyalakan kipas angin sepanjang waktu juga tidak banyak menolong. Dan hari ini asap berwarna kuning kemerahan disini. Bisa dibayangkan bagaimana sesaknya kami? Dada dan mata terasa perih, tenggorokan sakit, dan kepala jadi gampang pusing. Kami rindu langit biru, kami juga rindu bernapas lega. Kalau saja paru-paru ini bisa bicara, tentu ia sudah menjerit setiap saat. Tapi kami tetap bertahan, karena kami percaya Tuhan akan segera menyudahi bencana ini. Hari ini saya menulis catatan ini agar saya selalu ingat untuk bersyukur. Ketika Tuhan mengkaruniai saya dengan udara bersih dan lingkungan yang aman serta nyaman, terkadang saya luput untuk sekadar mengucap kata terimakasih pada-Ny...