Skip to main content

confusion


Titik cahaya itu tiba-tiba menjadi kecil, kian mengecil, namun memanjang serupa benang metalik yang terang dikegelapan. Benakku yang sejak semula abu-abu pun kian meragu untuk semakin jauh menyeret langkah, aku membatu. Hanya ada dua kemungkinan yang akan ku temui jika ku ikuti benang cahaya itu, namun aku terlalu takut untuk memilih satu diantaranya.

Sejenak kudapati tubuhku mengecil, lalu kembali normal seperti sedia kala. Sebentar kemudian tubuhku bergetar, pun jantungku gemetar. Lalu sedetik kemudian kutemukan tenang merambat pelan-pelan dari ujung kaki hingga ubun-ubunku.
Mataku panas, kebingungan ini membuat bulir-bulir air dimataku mendidih, lalu meleleh seperti lilin yang perlahan lumer dijilat api berwarna biru kemerahan. Dan aku masih terperangkap dalam gelap.

Didepan sana, diujung cahaya memanjang ini, ada Tuhan. Aku tahu itu. Tuhan sedang menungguku dengan tenang. Kegelapan ini membuatku ingin segera berlari mendekat kepada-Nya,  namun ketakutan mencengkram kedua kakiku erat-erat, langkahku menjadi berat. Aku takut bertemu Tuhan, dan Tuhan masih menunggu, dengan sabar.

Seharusnya kebingungan ini tak perlu ada sejak awal. Dimana-mana, orang seharusnya cukup percaya pada satu-satunya cahaya yang mereka lihat ditengah gelap yang kian merapat. Lalu aku semakin bingung, kenapa aku malah bingung? Tinggal berjalan ikuti cahaya itu, atau tetap terpaku disuatu lorong tak berkesudahan ini dan betah dicumbu gelap berkali-kali, lagi dan lagi. Sejenak aku mati, mati suri. Setengah ingin pergi, setengah aku yang lain ingin tetap ada disini.

Aku tak mengerti mengapa Tuhan ingin menemuiku secepat ini? Tadinya aku sedang tidur, setelah lelah melumat hari. Lalu kutemukan gelap merayap dari sudut mataku, dan tak lama kemudian telah mendekap seluruh tubuhku. Hingga tiba-tiba titik cahaya itu muncul, mengambang beberapa senti dari keningku. Seolah berkata ’ikuti aku!’ namun aku malah didera ketakutan yang sangat untuk beranjak barang beberapa inci.

Apakah aku akan mati? Atau Tuhan punya hal lain yang ingin ditawarkan padaku? Selain mati, selain kesakitan lain yang lebih sakit, selain kegelisahan, selain apapun melainkan ketenangan yang kuharap-harap kemunculannya sejak hiruk pikuk dunia kian terdengar sumbang ditelinga. .

Haruskah aku pergi?
Atau tinggal saja disini?

Haruskah aku berlari ke pelukan terang?
Atau membiarkan gelap mencumbuku lebih dalam?

Entahlah.


Comments

Popular posts from this blog

Untuk seorang teman yang sedang bersedih ;)

Akan ada saat dimana kamu merasa begitu rapuh, bahkan terlalu rapuh untuk sekedar membohongi diri bahwa kamu sedang baik-baik saja. Air mata itu tak dapat lagi kamu tahan dengan seulas senyum yang dipaksakan, hingga pada akhirnya wajahmu akan membentuk ekspresi bodoh dengan mata yang berulang-kali mengerjap demi menahan bulir-bulir air yang hendak membanjir dipipi, lalu mengalir kedasar hati. Itulah saatnya kamu untuk berhenti berlagak kuat. Akui saja kalau kamu sedang kalah, kalah pada penguasaan diri yang biasanya selalu kau lakukan dengan baik. Kadang, terus-menerus menipu diri dengan berkata bahwa kamu baik-baik saja -padahal kamu remuk-redam didalam- malah akan semakin membuatmu terluka. Lepaskan… tak perlu lagi kau tahan, Suarakan, untuk apa kau bungkam? Tunjukkan! Tak perlu lagi dipendam… Jujur pada diri sendiri adalah wujud penghargaan paling tinggi pada diri sendiri. Kamu tau? Walaupun seluruh dunia memalingkan wajahnya darimu, ketika kamu   jujur ...

Ini ceritaku, apa ceritamu?

Berawal dari kebencian saya terhadap sayur pare, saya jadi sensitive mendengar segala sesuatu tentang jenis sayuran tersebut. Entah apa dosa pare terhadap saya, kebencian saya terhadap sayur imut tersebut seolah sudah mendarah daging dalam diri saya sejak kecil. Tidak ada alasan mengkhusus mengapa saya begitu menaruh sikap antipati terhadap pare. Mungkin hanya karena rasanya yang sangat pahit dan penampilannya yang kurang menarik minat saya. Lagipula tidak banyak makanan olahan yang dihasilkan dari sayur pare, tidak seperti kebanyakan sayur lain seperti bayam yang juga tidak begitu menarik minat saya, tapi kemudian menjadi cemilan favorit saya ketika penampakannya berubah menjadi keripik, yang lebih tenar dengan nama ’keripik bayam’. Terlepas dari kebencian saya yang mendalam terhadap pare, ternyata diam-diam saya merasa penasaran terhadap sayur tersebut. Apalagi melihat kakak saya sendiri yang sangat menggemari sayur tersebut. Apakah rasa pare yang begitu pahit tersebut sangat w...

Mencari AKU

Dear, Lita.. Kamu adalah seorang yang sangat ku kenal, sebaik aku mengenal diriku sendiri. Namun kadang, kamu bisa menjadi seseorang yang sangat sulit dimengerti, sesulit aku berusaha mengerti diriku sendiri. Bolehkah aku sedikit menulis tokoh ’kita’ disini? Tiap pagi ketika mata kita baru saja terbuka, satu pertanyaan yang kita hafal diluar kepala selalu jadi hidangan pembuka bagi hari-hari panjang kita, hari-hari lelah kita: ” Tuhan, untuk apa aku diciptakan ?” Itu kan yang selalu kita pertanyakan? Tentang eksistensi kita. Tentang kepentingan kita didunia ini. Sebuah pertanyaan yang sebenarnya sudah kita ketahui jawabannya, namun kita masih belum dan tak pernah puas dengannya. Sebuah pertanyaan paling naif sebagai bentuk halus dari cara kita menyalahkan Tuhan karena beberapa ketidak-adilan-Nya pada kita. Iya kan?   Kadang, ah tidak, sering kita merasa Tuhan begitu tak adil dengan bolak-balik memberi kita cobaan. Seolah DIA sangat suka melihat betapa susahnya kita memera...