Skip to main content

Jika Tiba Masaku


Bagaimana jika waktu tiba-tiba berhenti diujung malam? Saat gelap tak lagi memberi kesempatan pada pagi untuk menyinari duniaku..
Bagaimana bila nafas yang ku punya tinggal sepenggal, dan tak ada lagi kesempatan kedua untuk memepergunakan sisa nafas terakhirku untuk berucap segala kata cinta untuk mereka yang benar-benar ku cintai?
Bagaimana jika kematian benar-benar menari dikedua pelupuk mataku? Yang datang seperti kantuk dimalam hari, dan tidurku sebenarnya adalah matiku yang tak akan membuatku terbangun lagi keesokan harinya?
Mungkinkah kematian akan menjadi ujung benang yang membentang pada hari-hari tersakit ini?
Tuhan... aku tak sedang berusaha mempertanyakan apa yang tercatat dalam buku rahasia-Mu, hanya saja...... hanya saja aku tiba-tiba merasa takut akan datangnya batas waktuku. Berupa kematian, yang meliukkan tubuhnya dan membeliakkan matanya diujung ranjang tempatku berbaring saat ini.
Aku takut mati meninggalkan segala urusan yang belum tuntas ku kerjakan..
Aku takut mati dalam keadaan kotor karena mendurhakai-Mu,
Aku takut pada kematian yang kerap mengintip disela jendela saat aku lelap tertidur, setelah lelah menangis selama beberapa waktu menahan sakit yang begitu sering tiba-tiba datang mencengkramku erat, sedang jiwaku belum cukup kuat, sedang persiapanku belum cukup padat.
Rasa sakit ini, seperti akan merenggut kedua bola mataku, dan membuatku tak lagi mampu menatap warna pagi.. warna pelangi, bentuk wajah ibuku, keponakan-keponakanku yang lucu.......
Rasa sakit pada kepala ini, seperti akan membutakanku. Seolah Tuhan sedang berusaha menutup mataku dari rupa lain dosa-dosa yang mungkin kulakukan lagi, suatu saat nanti.
Ampuni aku Tuhan, ampuni ketidakberdayaanku ini.. ampuni semua keluhanku, ampuni semua ketakutanku. Izinkan aku mandi sebelum pergi, mensucikan hati, dan membekali diri untuk sebuah perjalanan panjang menuju-Mu....jika nanti tiba waktuku..

Bali, 22 Agustus 2013

Comments

Popular posts from this blog

Kamarku Istanaku

Aku memang lebih suka seperti ini, memaku diri dalam penjara imajiner yang kuciptakan sendiri. Kubiarkan diam mengajakku bicara semaunya, hingga ia lelah, hingga tak kudengar lagi bingar suaranya ditelingaku. Hanya di kamar ini kutemukan waktu istimewaku untuk bercakap dengan pikiranku sendiri. Apa yang ku mau, apa yang ku rasa, dan apa yang ingin ku katakan, yang sebisa mungkin tak ku ungkapkan saat berada diluar sana kini membuncah bak air bah, di kamar ini. Dan aku sangat menikmati saat-saat seperti ini... Berbeda dengan mereka, aku memang  punya caraku sendiri untuk melegakan sesaknya hati. Dan disini, di kamar ini, aku memenjara diri dan membiarkan sedihku bebas berkelana, mengudara, untuk kemudian menjelma hujan dikedua pipiku. Biarlah. Aluna Maharani

kejutan

Malam itu saya nyaris tidak bisa tidur memikirkan sebuah benda kecil yang saya beli beberapa jam sebelumnya. Pikiran saya nyaris tidak teralihkan dari benda kecil itu.. memikirkan kemungkinan apa yang akan terjadi, kejutan apa yang sedang menanti saya, dan perubahan apa yang akan dia bawa nantinya. Berjam-jam sibuk memikirkan itu hingga tanpa sadar saya pun jatuh tertidur, dengan mimpi tentang benda kecil tersebut. Subuh mengetuk jendela, dan seketika saya membuka mata. Inilah saatnya! Kata saya dalam hati. Ini saat yang saya tunggu-tunggu sejak kemarin. Saya pun beranjak dari kamar dan meraih benda kecil yang kemarin saya beli kemudian masuk ke kamarmandi tanpa pertimbangan apapun lagi. Dan benar saja, benda kecil itu memunculkan dunia garis merah yang sangat saya nantikan. Dan astaga, kalau saja saya tidak sedang berada di kamarmandi, mungkin saya sudah berteriak sejadi-jadinya!  Dengan senyum mengembang lebar saya tunjukkan benda kecil itu pada suami, dan Ia tersenyum..