Aku bertanya pada burung tentang apa yang Ia kicaukan
diatas dahan pepohonan setiap pagi, 'aku
sedang berdendang' katanya. ‘Adapun lyric yang paling indah yang paling
ku sukai adalah asma-Nya’ demikian lanjutnya.
Sesaat kemudian sayup ku dengar angin berbisik padaku, 'semesta bertasbih setiap waktu, hanya saja
kau tak tahu..'
Lebih
tepatnya, aku tak mau tahu! Bathinku berkata.
Seketika
aku merasa malu pada diriku. Burung kecil yang baru saja menetas itu telah fasih
melafadzkan segala puja dan puji bagi pencipta-Nya, sedang aku malah sibuk
dengan mengeluhkan siang yang begitu terik membakar kulitku.
Saat
tiap helai daun berucap hamdalah atas tetes hujan yang tercurah dari
langit-Nya, aku malah kerepotan mengumpat hujan yang membatalkan rencanaku.
Semesta
bersujud, menyatukan hati pada satu kepasrahan.. pasrah pada takdir-Nya.
Sungai
yang mengalir, mengalir dengan bertasbih dan senantiasa mengiba agar bermuara
pada cinta-Nya.
Samudera
yang tak pernah surut airnya, melarutkan diri pada keihlasan akan segala bentuk
karunia-Nya.
Sedangkan
aku? waktuku tersita untuk berbagai keluhan. Nafasku mengeluh. Detak jantungku
hanya terdengar suara keluh. Bahkan relung hatiku berkelabang keluh. Setiap
saat hanya mengeluh. Kapan aku bertasbih? Kapan aku berpasrah? Kapan aku
berubah.........
Kemudian
aku bertanya-tanya, siapakah aku yang berada dalam aku? Tubuhku tunduk
pada-Nya, namun hatiku bertolak menjauhi-Nya..dan bahkan tanpa kenal lelah
selalu bersyair rangkaian maki untuk-Nya yang seolah tak memihak kenyamanan hidupku,
di dunia.
Tuhan...
Ya Rabb, hati dan tubuh ini adalah milik-Mu.. Dengan segala kerendahan hati
yang menghamba dan hanya mengharap ridha pada-Mu saja, ampunilah aku.. Ampuni
tiap detik yang luput dari mengingat-Mu. Ampuni kaki yang tak melangkah menuju
rumah-Mu untuk menegakkan panji-panji kebesaran-Mu.. Ampuni aku tuhan.. Ampuni
hidup yang ku isi dengan kesia-siaan karena menduakan-Mu. Lindungi aku Ya
Allah.... lindungi aku dari sisa kehidupan yang merugi dan dari ancaman panas
siksa api neraka-Mu..
Izinkan
aku melarut, bersenyawa dengan semesta pada shaf terdepan dalam menghamba
pada-Mu Ya Rabb..
Izinkan
anganku mengangkasa vertikal pada tujuh lapis langit yang hanya memuja pada
Engkau, Yaa Rahmaan..
Tiada
kekuatan yang Maha sempurna untuk melindungi kami dari kenistaan tipu daya
dunia melainkan hanya Ridha-Mu, Allah-ku..
Hasbunallah
wani’malwakiil.. ni’malmaula wani’mannashir..
Wa, laa hawlawalaa quwwata illa billah..
Aamiin Yaa Rabbal’alamiin J
Comments
Post a Comment