Skip to main content

Semesta Bertasbih


Aku bertanya pada burung tentang apa yang Ia kicaukan diatas dahan pepohonan setiap pagi, 'aku sedang berdendang'  katanya. ‘Adapun lyric yang paling indah yang paling ku sukai adalah asma-Nya’ demikian lanjutnya.

Sesaat kemudian sayup ku dengar angin berbisik padaku, 'semesta bertasbih setiap waktu, hanya saja kau tak tahu..'

Lebih tepatnya, aku tak mau tahu! Bathinku berkata.

Seketika aku merasa malu pada diriku. Burung kecil yang baru saja menetas itu telah fasih melafadzkan segala puja dan puji bagi pencipta-Nya, sedang aku malah sibuk dengan mengeluhkan siang yang begitu terik membakar kulitku.

Saat tiap helai daun berucap hamdalah atas tetes hujan yang tercurah dari langit-Nya, aku malah kerepotan mengumpat hujan yang membatalkan rencanaku.

Semesta bersujud, menyatukan hati pada satu kepasrahan.. pasrah pada takdir-Nya.
Sungai yang mengalir, mengalir dengan bertasbih dan senantiasa mengiba agar bermuara pada cinta-Nya.
Samudera yang tak pernah surut airnya, melarutkan diri pada keihlasan akan segala bentuk karunia-Nya.
Sedangkan aku? waktuku tersita untuk berbagai keluhan. Nafasku mengeluh. Detak jantungku hanya terdengar suara keluh. Bahkan relung hatiku berkelabang keluh. Setiap saat hanya mengeluh. Kapan aku bertasbih? Kapan aku berpasrah? Kapan aku berubah.........

Kemudian aku bertanya-tanya, siapakah aku yang berada dalam aku? Tubuhku tunduk pada-Nya, namun hatiku bertolak menjauhi-Nya..dan bahkan tanpa kenal lelah selalu bersyair rangkaian maki untuk-Nya yang seolah tak memihak kenyamanan hidupku, di dunia.

Tuhan... Ya Rabb, hati dan tubuh ini adalah milik-Mu.. Dengan segala kerendahan hati yang menghamba dan hanya mengharap ridha pada-Mu saja, ampunilah aku.. Ampuni tiap detik yang luput dari mengingat-Mu. Ampuni kaki yang tak melangkah menuju rumah-Mu untuk menegakkan panji-panji kebesaran-Mu.. Ampuni aku tuhan.. Ampuni hidup yang ku isi dengan kesia-siaan karena menduakan-Mu. Lindungi aku Ya Allah.... lindungi aku dari sisa kehidupan yang merugi dan dari ancaman panas siksa api neraka-Mu..

Izinkan aku melarut, bersenyawa dengan semesta pada shaf terdepan dalam menghamba pada-Mu Ya Rabb..
Izinkan anganku mengangkasa vertikal pada tujuh lapis langit yang hanya memuja pada Engkau, Yaa Rahmaan..
Tiada kekuatan yang Maha sempurna untuk melindungi kami dari kenistaan tipu daya dunia melainkan hanya Ridha-Mu, Allah-ku..
Hasbunallah wani’malwakiil.. ni’malmaula wani’mannashir..
Wa, laa hawlawalaa quwwata illa billah..
Aamiin Yaa Rabbal’alamiin J

Comments

Popular posts from this blog

Kamarku Istanaku

Aku memang lebih suka seperti ini, memaku diri dalam penjara imajiner yang kuciptakan sendiri. Kubiarkan diam mengajakku bicara semaunya, hingga ia lelah, hingga tak kudengar lagi bingar suaranya ditelingaku. Hanya di kamar ini kutemukan waktu istimewaku untuk bercakap dengan pikiranku sendiri. Apa yang ku mau, apa yang ku rasa, dan apa yang ingin ku katakan, yang sebisa mungkin tak ku ungkapkan saat berada diluar sana kini membuncah bak air bah, di kamar ini. Dan aku sangat menikmati saat-saat seperti ini... Berbeda dengan mereka, aku memang  punya caraku sendiri untuk melegakan sesaknya hati. Dan disini, di kamar ini, aku memenjara diri dan membiarkan sedihku bebas berkelana, mengudara, untuk kemudian menjelma hujan dikedua pipiku. Biarlah. Aluna Maharani

kejutan

Malam itu saya nyaris tidak bisa tidur memikirkan sebuah benda kecil yang saya beli beberapa jam sebelumnya. Pikiran saya nyaris tidak teralihkan dari benda kecil itu.. memikirkan kemungkinan apa yang akan terjadi, kejutan apa yang sedang menanti saya, dan perubahan apa yang akan dia bawa nantinya. Berjam-jam sibuk memikirkan itu hingga tanpa sadar saya pun jatuh tertidur, dengan mimpi tentang benda kecil tersebut. Subuh mengetuk jendela, dan seketika saya membuka mata. Inilah saatnya! Kata saya dalam hati. Ini saat yang saya tunggu-tunggu sejak kemarin. Saya pun beranjak dari kamar dan meraih benda kecil yang kemarin saya beli kemudian masuk ke kamarmandi tanpa pertimbangan apapun lagi. Dan benar saja, benda kecil itu memunculkan dunia garis merah yang sangat saya nantikan. Dan astaga, kalau saja saya tidak sedang berada di kamarmandi, mungkin saya sudah berteriak sejadi-jadinya!  Dengan senyum mengembang lebar saya tunjukkan benda kecil itu pada suami, dan Ia tersenyum..