Skip to main content

Pada Satu Jeda


Baiklah, pada titik ini aku akan berhenti sejenak menyalahkan diri sendiri. Bagaimanapun juga segala kekalutan ini bukan sepenuhnya salahku. Tuhan berperan besar dan aku tau benar siapa yang paling mungkin menciptakan situasi rumit ini. KAU ingin aku belajar lagi kan, Tuhan? Tenang saja, aku belum lupa yang Kau katakan padaku beberapa masa yang lalu, bahwa "hidup ini merupakan suatu proses belajar untuk terus belajar".
Aku berusaha memahami betul makna dari Firman-Mu itu dalam tiap hela nafasku. Bahwa tiap detik dari sisa kehidupan yang bersarang dalam tubuh ini adalah sebuah proses pembelajaran, proses belajar untuk menuju perbaikan yang Kau kehendaki.
Lalu kemudian Kau ciptakan masalah, membuatku kalut dan kerap tergoda untuk meninggalkan-Mu demi segala kemudahan yang setan tawarkan padaku. Kemudian aku berdusta dengan berkata imanku masih pada-Mu, padahal hatiku enggan berkata iya..
Pada titik itu, mau tak mau aku harus menabuh genderang perang kepada diriku sendiri. Sisi gelap dan terangku saling menghunuskan pedang, keributan dalam otakku pun tak terelakkan. Satu hal yang sedang ku perjuangkan: siapakah yang harus ku persalahkan dari keadaan yang kian menghimpit ini? Aku merasa Tuhan tak adil padaku, namun sisi lain dariku berkata dengan kerumitan inilah aku malah semakin mencintai-Nya dengan segenap kepasrahan yang sepenuhnya percaya, bahwa tak ada kesulitan yang takkan membawa perubahan kearah yang lebih baik: kalau aku mau sedikit bersabar.
Pada titik itu, aku merasa lelah pada diriku sendiri. Ku pejam kedua mata namun lelahku tak kunjung reda. Yang terdengar hanya nafas yang terengah berusaha setengah mati untuk tetap mengeja asma-Nya dalam tiap hela nafasku.
Pada titik itu, Tuhan. Aku merasa lengan-Mu kembali merengkuhku dalam kedamaian yang padu.
Lalu pada titik itu, sirna segala ragu ku
cahaya keyakinan kembali terbit, dan gelapnya malam dalam rengkuhan bisik setan pun  terhapuskan.
Dan pada titik itu pula, aku berhenti menyalahkan diri lagi. Karena segala yang Kau beri, adalah kesempatan untuk berproses dalam kerumitan-kerumitan, dewasa melalui kesulitan-kesulitan, dan segala bentuk ketidakberdayaan yang tak lantas membuatku lalai dari fitrah lahirku untuk selalu dan selalu mencintai-Mu dalam tiap denyut nadiku..  

Comments

Popular posts from this blog

Kamarku Istanaku

Aku memang lebih suka seperti ini, memaku diri dalam penjara imajiner yang kuciptakan sendiri. Kubiarkan diam mengajakku bicara semaunya, hingga ia lelah, hingga tak kudengar lagi bingar suaranya ditelingaku. Hanya di kamar ini kutemukan waktu istimewaku untuk bercakap dengan pikiranku sendiri. Apa yang ku mau, apa yang ku rasa, dan apa yang ingin ku katakan, yang sebisa mungkin tak ku ungkapkan saat berada diluar sana kini membuncah bak air bah, di kamar ini. Dan aku sangat menikmati saat-saat seperti ini... Berbeda dengan mereka, aku memang  punya caraku sendiri untuk melegakan sesaknya hati. Dan disini, di kamar ini, aku memenjara diri dan membiarkan sedihku bebas berkelana, mengudara, untuk kemudian menjelma hujan dikedua pipiku. Biarlah. Aluna Maharani

kejutan

Malam itu saya nyaris tidak bisa tidur memikirkan sebuah benda kecil yang saya beli beberapa jam sebelumnya. Pikiran saya nyaris tidak teralihkan dari benda kecil itu.. memikirkan kemungkinan apa yang akan terjadi, kejutan apa yang sedang menanti saya, dan perubahan apa yang akan dia bawa nantinya. Berjam-jam sibuk memikirkan itu hingga tanpa sadar saya pun jatuh tertidur, dengan mimpi tentang benda kecil tersebut. Subuh mengetuk jendela, dan seketika saya membuka mata. Inilah saatnya! Kata saya dalam hati. Ini saat yang saya tunggu-tunggu sejak kemarin. Saya pun beranjak dari kamar dan meraih benda kecil yang kemarin saya beli kemudian masuk ke kamarmandi tanpa pertimbangan apapun lagi. Dan benar saja, benda kecil itu memunculkan dunia garis merah yang sangat saya nantikan. Dan astaga, kalau saja saya tidak sedang berada di kamarmandi, mungkin saya sudah berteriak sejadi-jadinya!  Dengan senyum mengembang lebar saya tunjukkan benda kecil itu pada suami, dan Ia tersenyum..