Baiklah,
pada titik ini aku akan berhenti sejenak menyalahkan diri sendiri. Bagaimanapun
juga segala kekalutan ini bukan sepenuhnya salahku. Tuhan berperan besar dan
aku tau benar siapa yang paling mungkin menciptakan situasi rumit ini. KAU
ingin aku belajar lagi kan, Tuhan? Tenang saja, aku belum lupa yang Kau katakan
padaku beberapa masa yang lalu, bahwa "hidup ini merupakan suatu proses
belajar untuk terus belajar".
Aku berusaha memahami betul makna dari Firman-Mu itu dalam
tiap hela nafasku. Bahwa tiap detik dari sisa kehidupan yang bersarang dalam
tubuh ini adalah sebuah proses pembelajaran, proses belajar untuk menuju
perbaikan yang Kau kehendaki.
Lalu kemudian Kau ciptakan masalah, membuatku kalut dan
kerap tergoda untuk meninggalkan-Mu demi segala kemudahan yang setan tawarkan
padaku. Kemudian aku berdusta dengan berkata imanku masih pada-Mu, padahal
hatiku enggan berkata iya..
Pada
titik itu, mau tak mau aku harus menabuh genderang perang kepada diriku
sendiri. Sisi gelap dan terangku saling menghunuskan pedang, keributan dalam
otakku pun tak terelakkan. Satu hal yang sedang ku perjuangkan: siapakah yang
harus ku persalahkan dari keadaan yang kian menghimpit ini? Aku merasa Tuhan
tak adil padaku, namun sisi lain dariku berkata dengan kerumitan inilah aku
malah semakin mencintai-Nya dengan segenap kepasrahan yang sepenuhnya percaya,
bahwa tak ada kesulitan yang takkan membawa perubahan kearah yang lebih baik:
kalau aku mau sedikit bersabar.
Pada
titik itu, aku merasa lelah pada diriku sendiri. Ku pejam kedua mata namun
lelahku tak kunjung reda. Yang terdengar hanya nafas yang terengah berusaha
setengah mati untuk tetap mengeja asma-Nya dalam tiap hela nafasku.
Pada
titik itu, Tuhan. Aku merasa lengan-Mu kembali merengkuhku dalam kedamaian yang
padu.
Lalu
pada titik itu, sirna segala ragu ku
cahaya
keyakinan kembali terbit, dan gelapnya malam dalam rengkuhan bisik setan pun terhapuskan.
Dan
pada titik itu pula, aku berhenti menyalahkan diri lagi. Karena segala yang Kau
beri, adalah kesempatan untuk berproses dalam kerumitan-kerumitan, dewasa
melalui kesulitan-kesulitan, dan segala bentuk ketidakberdayaan yang tak lantas
membuatku lalai dari fitrah lahirku untuk selalu dan selalu mencintai-Mu dalam
tiap denyut nadiku..
Comments
Post a Comment