Skip to main content

Pada Fragmen Pagi


Aku disini, berdiri menyaksikan bumi berotasi. Berputar pada poros kecintaannya yang hakiki, pada sang Maha Pencipta: ialah Ilahi..
Mentari yang sembunyi perlahan mulai menampakkan diri. Malu-malu pada mulanya, Kemudian diam-diam menebar pesona pada tiap fragmen sinarnya
Layaknya harapan yang baru saja menetas dari induk keresahan, cercah cerahnya menghangatkan tiap inci tubuh-tubuh yang bergetar oleh gigil selimut malam, yang senantiasa menciutkan balon-balon mimpi yang semestinya terbang mengangkasa kelangit luas..
Hanya saja malam tak sejahat itu, gelapnya mungkin membutakan mata untuk sekejap. Membutakannya dari kemerlap semu yang dunia tawarkan. Namun sesungguhnya diam-diam Ia memberi ruang untuk kita membasahi kedua mata dengan derasnya penyesalan hidup atas kesia-siaan yang telah kita pertahankan..
Ada celah diantara malam dan fajar yang belum lahir dari rahim ufuk timur, Rabbul Izzati menjadi lebih dekat dari jarak temu kedua alis kita. Dan dengan kedua lengan-Nya IA sambut hangat tiap untai do’a yang aku dan kau panjatkan.
Dapatkah kita merasakan hadir-Nya dalam tiap tarikan nafas kita?
Dapatkah kita benar-benar mengikhlaskan seluruhnya yang melekat dalam identitas kenamaan kita untuk-Nya saja?  
Seperti malam yang ikhlas menenggelamkan diri pada kemilau pagi, layaknya api yang melalap kayu bakar hingga berwujud abu..
Layakkah kita menjadi kekasih-Nya dan berhak duduk pada kursi-kursi kebesaran-Nya di syurga sana pada masanya nanti?

Yaa Rahmaan.. Matahari senantiasa bersujud pada-Mu jua, pun sungai yang arusnya hanya menyeru keindahan-Mu, dan angin yang menari dengan gemulai memuja asma-Mu.. izinkan hamba pun larut serta membasahi kening ini hanya untuk-Mu saja..
Alhamdulillah.. Subhanallah.. Laa ilaahaillallah, Allahuakbar..

Comments

Popular posts from this blog

Miracle

Gerimis yang sesekali diselingi gemuruh Guntur yang bersahutan dan rumah yang lengang membuat saya ingin sedikit menorah beberapa hal yang semenjak beberapa waktu ini begitu mendesak ingin segera dituliskan. Kalau diingat-ingat lagi, saya memang sudah agak lama tidak lagi duduk dan bercerita di Bale Bengong   ini kepada kalian yang tanpa sengaja tersesat disini. Dan kalau dipikir-pikir lagi, rumah ini tak terlalu lengang sekarang ini karena saya tidak sedang sendirian. Suami memang masih di kantor dan belum pulang, namun didalam rahim saya ada sesosok janin mungil yang kini genap berusia tiga bulan sedang menemani saya yang kesepian. “ Halo sayang, sehat-sehat selalu didalam perut ibu ya J ” Bicara tentang janin, hati saya mengembang lagi sekarang. Senang? Tentu saja.. tiga bulan ini telah menjadi saat-saat paling ajaib sejak kehadirannya. Janin mungil yang sebelumnya selalu kami sebut dalam do’a kini tengah meringkuk tenang didalam rahim saya, sedang tumbuh dan ter...

kejutan

Malam itu saya nyaris tidak bisa tidur memikirkan sebuah benda kecil yang saya beli beberapa jam sebelumnya. Pikiran saya nyaris tidak teralihkan dari benda kecil itu.. memikirkan kemungkinan apa yang akan terjadi, kejutan apa yang sedang menanti saya, dan perubahan apa yang akan dia bawa nantinya. Berjam-jam sibuk memikirkan itu hingga tanpa sadar saya pun jatuh tertidur, dengan mimpi tentang benda kecil tersebut. Subuh mengetuk jendela, dan seketika saya membuka mata. Inilah saatnya! Kata saya dalam hati. Ini saat yang saya tunggu-tunggu sejak kemarin. Saya pun beranjak dari kamar dan meraih benda kecil yang kemarin saya beli kemudian masuk ke kamarmandi tanpa pertimbangan apapun lagi. Dan benar saja, benda kecil itu memunculkan dunia garis merah yang sangat saya nantikan. Dan astaga, kalau saja saya tidak sedang berada di kamarmandi, mungkin saya sudah berteriak sejadi-jadinya!  Dengan senyum mengembang lebar saya tunjukkan benda kecil itu pada suami, dan Ia terseny...

Palangka Menguning

Foto diambil dari depan Polres Palangka Terhitung sejak pertengahan Agustus lalu sampai hari ini asap masih mengepung disegala penjuru hingga ke sudut-sudut kota Palangka Raya. Nggak cuma diluar, kadang asap juga masuk sampai kedalam rumah sampai-sampai untuk bernapas saja rasanya sakit. Menyalakan kipas angin sepanjang waktu juga tidak banyak menolong. Dan hari ini asap berwarna kuning kemerahan disini. Bisa dibayangkan bagaimana sesaknya kami? Dada dan mata terasa perih, tenggorokan sakit, dan kepala jadi gampang pusing. Kami rindu langit biru, kami juga rindu bernapas lega. Kalau saja paru-paru ini bisa bicara, tentu ia sudah menjerit setiap saat. Tapi kami tetap bertahan, karena kami percaya Tuhan akan segera menyudahi bencana ini. Hari ini saya menulis catatan ini agar saya selalu ingat untuk bersyukur. Ketika Tuhan mengkaruniai saya dengan udara bersih dan lingkungan yang aman serta nyaman, terkadang saya luput untuk sekadar mengucap kata terimakasih pada-Ny...