Skip to main content

Ayo Kita Bahagia! :D


Kita tidak berhak memilih untuk terlahir sebagai apa dan siapa, yang perlu kita lakukan hanyalah memilih cara yang paling tepat untuk menghabiskan hari ini, besok dan seterusnya, agar minimal penyesalan-penyesalan yang kerap kita keluhkan saat ini bisa sedikit berkurang dimasa yang akan datang.
Ada sebagian orang yang selalu diliputi rasa kurang puas sepanjang hidupnya. Entah ketidak-puasan itu berasal dari lingkungannya, orang-orang terdekat, dan bahkan dari dirinya sendiri. Dan pada titik tertentu, orang cenderung akan merasa jenuh akan rasa tidak puas itu sendiri, yang pada akhirnya kejenuhan tersebut akan mengarahkan mereka pada keinginan untuk mencari solusi untuk keluar dari masalah klise tersebut.
Sebenarnya sederhana saja, yang perlu digaris-bawahi dalam hal ini adalah keinginan yang ada dalam diri kita. Seberapa besar keinginan yang kita tumbuhkan setiap saat, dan bagaimana keinginan tersebut dapat kita cukupi. Terang saja, keinginan yang tidak terpenuhi hanya akan berakhir menjadi ketidak-puasan dalam diri seseorang. Yang mana, ketidak-puasan ini menjadi akar dari segala penyebab ketidak-bahagiaan hidup seseorang.
Dengan tubuh berisi seseorang ingin menjadi lebih langsing. Dengan hidung mancung, seseorang ingin memiliki wajah tirus. Dan segala hal ’lebih bagus’ lainnya yang selalu menjadi bahan perbandingan dengan diri sendiri tersebut adalah sebagian contoh kecil dari ketidak-puasan seseorang dalam hidupnya.
Sungguh sangat miris, jika yang disebut kebahagiaan oleh sebagian orang adalah pemenuhan keinginan-keinginan semu seperti contoh-contoh tersebut. Tentu saja, mengejar kebahagiaan akan menjadi hal yang paling melelahkan dalam hidup. Karena bagaimanapun juga, diri kita tidak akan pernah bisa sebanding dengan segala pembanding yang notabene jauh lebih baik dari diri kita sendiri.
Seperti kata pepatah, ”diatas langit masih ada langit”. Kebahagiaan yang kita kejar dalam bentuk perbandingan-perbandingan tak akan pernah ada habisnya. Bayangkan, jika makna kebahagiaan yang kita kiblati hanya sebatas mengejar kesempurnaan wujud dunia yang tak akan ada habisnya ini. Dan bayangkan, seberapa tidak-bahagianya kita jika setiap keinginan semu tersebut tidak berhasil kita penuhi seberapa keraspun upaya yang telah kita tempuh untuk memenuhinya? Tentu saja, kita hanya akan hidup menjadi budak keinginan-keinginan kita sendiri.
Mungkin sudah saatnya kita merubah sedikit mindset kita tentang makna kebahagiaan yang selama ini kita cari kemana-kemana. Mulailah berpikir dari hal-hal kecil yang memungkinkan diri kita menjadi ’bahagia’. Atau, mungkin kebahagiaan yang kita cari tersebut dapat diraih dengan merubah sedikit definisi bahagia dalam hemat kita.
Bahagia, bagi saya adalah rasa nyaman, tenang dan aman. Segala sesuatu yang dapat membuat saya nyaman adalah bentuk kebahagiaan yang tak perlu saya cari dengan susah payah. Cukup berada didekat keluarga, teman-teman terdekat, kekasih, maupun orang-orang baru yang membawa pemikiran baru dan semakin membuka wawasan saya. Bahagia yang sederhana, mungin dapat kita temukan dari orang asing yang tak sengaja kita jumpai ditengah jalan, bertegur sapa sejenak untuk selanjutnya tak bertemu lagi kecuali lewat sebuah kebetulan lain dilain waktu dna tempat. Dan masih banyak bentuk kebahagiaan lain yang dapat saya, dan kita raih tanpa harus bersusah payah menyiksa diri untuk mengejarnya setengah mati.
Saya teringat nasihat mendiang ayah saya, beliau selalu menanamkan dalam diri kami anak-anaknya, bahwa kebahagiaan itu terletak pada rasa syukur dan bagaimana kita mensyukuri segala sesuatu yang kita miliki. Saat ini saya memaknai nasihat ayah saya tersebut sebagai cara terampuh untuk membunuh keinginan yang semakin susah dikendalikan dari hari-kehari.
Bersyukur. Mungkin merupakan sebuah pekerjaan sederhana, namun sulit untuk benar-benar dilakukan kecuali bagi mereka yang benar-benar mendambakan kebahagiaan hakiki dalam diri mereka sendiri. Bersyukur karena mengenal Tuhan, mengenal diri sendiri, mengenal keinginan kita sendiri, dan mengenal bentuk kebahagiaan yang sebenarnya kira cari.
Mari kita bersyukur sejak saat mata kita baru terbuka dipagi hari. Dimulai dengan bersyukur atas udara segar yang masih leluasa masuk memenuhi rongga paru-paru kita. Bersyukur karena tubuh kita masih sehat untuk bekerja diluar rumah. Bersyukur atas segala pengetahuan yang kita dapat setiap hari. Dan bersyukur atas diri kita apa adanya. Tidak ada yang lebih dapat kita syukuri, melainkan kenikmatan terlahir menjadi diri kita sendiri, ditengah keluarga yang sekarang kita miliki, dengan bentuk fisik yang penuh keterbatasan ini, dan kesadaran untuk selalu bersyukur seperti ini.
AYO KITA BAHAGIA dengan selalu bersyukur setiap saat, sampai bersyukur itu menjadi kebiasaan yang sulit untuk tidak kita lakukan.
Karena bahagia ada ditangan kita sendiri, maka jangan sekalipun kita biarkan orang lain merusaknya, kecuali jika kita sendiri yang mengizinkannya! 

Comments

Popular posts from this blog

Untuk seorang teman yang sedang bersedih ;)

Akan ada saat dimana kamu merasa begitu rapuh, bahkan terlalu rapuh untuk sekedar membohongi diri bahwa kamu sedang baik-baik saja. Air mata itu tak dapat lagi kamu tahan dengan seulas senyum yang dipaksakan, hingga pada akhirnya wajahmu akan membentuk ekspresi bodoh dengan mata yang berulang-kali mengerjap demi menahan bulir-bulir air yang hendak membanjir dipipi, lalu mengalir kedasar hati. Itulah saatnya kamu untuk berhenti berlagak kuat. Akui saja kalau kamu sedang kalah, kalah pada penguasaan diri yang biasanya selalu kau lakukan dengan baik. Kadang, terus-menerus menipu diri dengan berkata bahwa kamu baik-baik saja -padahal kamu remuk-redam didalam- malah akan semakin membuatmu terluka. Lepaskan… tak perlu lagi kau tahan, Suarakan, untuk apa kau bungkam? Tunjukkan! Tak perlu lagi dipendam… Jujur pada diri sendiri adalah wujud penghargaan paling tinggi pada diri sendiri. Kamu tau? Walaupun seluruh dunia memalingkan wajahnya darimu, ketika kamu   jujur ...

Ini ceritaku, apa ceritamu?

Berawal dari kebencian saya terhadap sayur pare, saya jadi sensitive mendengar segala sesuatu tentang jenis sayuran tersebut. Entah apa dosa pare terhadap saya, kebencian saya terhadap sayur imut tersebut seolah sudah mendarah daging dalam diri saya sejak kecil. Tidak ada alasan mengkhusus mengapa saya begitu menaruh sikap antipati terhadap pare. Mungkin hanya karena rasanya yang sangat pahit dan penampilannya yang kurang menarik minat saya. Lagipula tidak banyak makanan olahan yang dihasilkan dari sayur pare, tidak seperti kebanyakan sayur lain seperti bayam yang juga tidak begitu menarik minat saya, tapi kemudian menjadi cemilan favorit saya ketika penampakannya berubah menjadi keripik, yang lebih tenar dengan nama ’keripik bayam’. Terlepas dari kebencian saya yang mendalam terhadap pare, ternyata diam-diam saya merasa penasaran terhadap sayur tersebut. Apalagi melihat kakak saya sendiri yang sangat menggemari sayur tersebut. Apakah rasa pare yang begitu pahit tersebut sangat w...

Mencari AKU

Dear, Lita.. Kamu adalah seorang yang sangat ku kenal, sebaik aku mengenal diriku sendiri. Namun kadang, kamu bisa menjadi seseorang yang sangat sulit dimengerti, sesulit aku berusaha mengerti diriku sendiri. Bolehkah aku sedikit menulis tokoh ’kita’ disini? Tiap pagi ketika mata kita baru saja terbuka, satu pertanyaan yang kita hafal diluar kepala selalu jadi hidangan pembuka bagi hari-hari panjang kita, hari-hari lelah kita: ” Tuhan, untuk apa aku diciptakan ?” Itu kan yang selalu kita pertanyakan? Tentang eksistensi kita. Tentang kepentingan kita didunia ini. Sebuah pertanyaan yang sebenarnya sudah kita ketahui jawabannya, namun kita masih belum dan tak pernah puas dengannya. Sebuah pertanyaan paling naif sebagai bentuk halus dari cara kita menyalahkan Tuhan karena beberapa ketidak-adilan-Nya pada kita. Iya kan?   Kadang, ah tidak, sering kita merasa Tuhan begitu tak adil dengan bolak-balik memberi kita cobaan. Seolah DIA sangat suka melihat betapa susahnya kita memera...