Kita tidak berhak memilih untuk terlahir
sebagai apa dan siapa, yang perlu kita lakukan hanyalah memilih cara yang
paling tepat untuk menghabiskan hari ini, besok dan seterusnya, agar minimal
penyesalan-penyesalan yang kerap kita keluhkan saat ini bisa sedikit berkurang
dimasa yang akan datang.
Ada sebagian orang yang selalu diliputi rasa
kurang puas sepanjang hidupnya. Entah ketidak-puasan itu berasal dari
lingkungannya, orang-orang terdekat, dan bahkan dari dirinya sendiri. Dan pada
titik tertentu, orang cenderung akan merasa jenuh akan rasa tidak puas itu
sendiri, yang pada akhirnya kejenuhan tersebut akan mengarahkan mereka pada
keinginan untuk mencari solusi untuk keluar dari masalah klise tersebut.
Sebenarnya sederhana saja, yang perlu
digaris-bawahi dalam hal ini adalah keinginan yang ada dalam diri kita. Seberapa
besar keinginan yang kita tumbuhkan setiap saat, dan bagaimana keinginan
tersebut dapat kita cukupi. Terang saja, keinginan yang tidak terpenuhi hanya
akan berakhir menjadi ketidak-puasan dalam diri seseorang. Yang mana,
ketidak-puasan ini menjadi akar dari segala penyebab ketidak-bahagiaan hidup
seseorang.
Dengan tubuh berisi seseorang ingin menjadi
lebih langsing. Dengan hidung mancung, seseorang ingin memiliki wajah tirus. Dan
segala hal ’lebih bagus’ lainnya yang selalu menjadi bahan perbandingan dengan
diri sendiri tersebut adalah sebagian contoh kecil dari ketidak-puasan
seseorang dalam hidupnya.
Sungguh sangat miris, jika yang disebut
kebahagiaan oleh sebagian orang adalah pemenuhan keinginan-keinginan semu
seperti contoh-contoh tersebut. Tentu saja, mengejar kebahagiaan akan menjadi
hal yang paling melelahkan dalam hidup. Karena bagaimanapun juga, diri kita
tidak akan pernah bisa sebanding dengan segala pembanding yang notabene jauh
lebih baik dari diri kita sendiri.
Seperti kata pepatah, ”diatas langit masih ada
langit”. Kebahagiaan yang kita kejar dalam bentuk perbandingan-perbandingan tak
akan pernah ada habisnya. Bayangkan, jika makna kebahagiaan yang kita kiblati
hanya sebatas mengejar kesempurnaan wujud dunia yang tak akan ada habisnya ini.
Dan bayangkan, seberapa tidak-bahagianya kita jika setiap keinginan semu
tersebut tidak berhasil kita penuhi seberapa keraspun upaya yang telah kita
tempuh untuk memenuhinya? Tentu saja, kita hanya akan hidup menjadi budak
keinginan-keinginan kita sendiri.
Mungkin sudah saatnya kita merubah sedikit mindset kita tentang makna kebahagiaan
yang selama ini kita cari kemana-kemana. Mulailah berpikir dari hal-hal kecil
yang memungkinkan diri kita menjadi ’bahagia’. Atau, mungkin kebahagiaan yang
kita cari tersebut dapat diraih dengan merubah sedikit definisi bahagia dalam
hemat kita.
Bahagia, bagi saya
adalah rasa nyaman, tenang dan aman. Segala sesuatu yang dapat membuat saya
nyaman adalah bentuk kebahagiaan yang tak perlu saya cari dengan susah payah. Cukup
berada didekat keluarga, teman-teman terdekat, kekasih, maupun orang-orang baru
yang membawa pemikiran baru dan semakin membuka wawasan saya. Bahagia yang
sederhana, mungin dapat kita temukan dari orang asing yang tak sengaja kita
jumpai ditengah jalan, bertegur sapa sejenak untuk selanjutnya tak bertemu lagi
kecuali lewat sebuah kebetulan lain dilain waktu dna tempat. Dan masih banyak
bentuk kebahagiaan lain yang dapat saya, dan kita raih tanpa harus bersusah
payah menyiksa diri untuk mengejarnya setengah mati.
Saya teringat
nasihat mendiang ayah saya, beliau selalu menanamkan dalam diri kami
anak-anaknya, bahwa kebahagiaan itu terletak pada rasa syukur dan bagaimana
kita mensyukuri segala sesuatu yang kita miliki. Saat ini saya memaknai nasihat
ayah saya tersebut sebagai cara terampuh untuk membunuh keinginan yang semakin
susah dikendalikan dari hari-kehari.
Bersyukur. Mungkin
merupakan sebuah pekerjaan sederhana, namun sulit untuk benar-benar dilakukan
kecuali bagi mereka yang benar-benar mendambakan kebahagiaan hakiki dalam diri
mereka sendiri. Bersyukur karena
mengenal Tuhan, mengenal diri sendiri, mengenal keinginan kita sendiri, dan
mengenal bentuk kebahagiaan yang sebenarnya kira cari.
Mari kita bersyukur sejak saat mata kita baru terbuka
dipagi hari. Dimulai dengan bersyukur atas udara segar yang masih leluasa masuk
memenuhi rongga paru-paru kita. Bersyukur karena tubuh kita masih sehat untuk
bekerja diluar rumah. Bersyukur atas segala pengetahuan yang kita dapat setiap
hari. Dan bersyukur atas diri kita apa adanya. Tidak ada yang lebih dapat kita
syukuri, melainkan kenikmatan terlahir menjadi diri kita sendiri, ditengah
keluarga yang sekarang kita miliki, dengan bentuk fisik yang penuh keterbatasan
ini, dan kesadaran untuk selalu bersyukur seperti ini.
AYO KITA BAHAGIA dengan selalu bersyukur setiap saat, sampai bersyukur itu menjadi kebiasaan yang sulit untuk tidak kita lakukan.
AYO KITA BAHAGIA dengan selalu bersyukur setiap saat, sampai bersyukur itu menjadi kebiasaan yang sulit untuk tidak kita lakukan.
Karena bahagia ada ditangan kita sendiri, maka
jangan sekalipun kita biarkan orang lain merusaknya, kecuali jika kita sendiri
yang mengizinkannya!
Comments
Post a Comment