---Innalillahi wainnailaihiroji’un---
Jika yang paling dekat dengan
makhluk adalah kematian, maka hidup ini tak lebih dari sekedar jeda untuk
bersiap dengan kedatangannya yang tiba-tiba.
Entah berapa tahun jatah kita hidup
bergelut dengan kefanaan dunia ini. Mungkinkah dalam hitungan tahun kita harus
kembali pulang pada-Nya? Ataukah
ini merupakan hari-hari terakhir kita bergelimang dengan kebahagiaan maya yang
dunia tawarkan? Bisa jadi dalam beberapa jam kedepan, atau bahkan bermenit
setelah kita baca tulisan ini, malaikat maut telah bersiap dengan tugasnya
menjemput kita. Entah dimana, dengan cara apa. Semua telah tercatat
dalam pesan rahasia yang diperintahkan padanya. Kita manusia, bagian dari
makhluk ciptaan-Nya yang hanya bisa berpasrah, dan mempersiapkan diri
sebaik-baiknya hingga waktu kita benar-benar tiba, pada saatnya.
Sudahkah kita meminta maaf hari
ini? Pada orang yang tak
sengaja kita lukai halus perasaannya. Pada banyaknya air mata yang luruh karna
sikap kita. Pada orang-orang yang telah kita kecewakan hatinya. Pada siapapun
yang berhak menerima permohonan maaf kita yang paling tulus...
Sudahkah kita memenuhi janji yang sempat terlupa, atau yang memang
sengaja kita lupakan? Mungkin bukan kita yang akan menemui mati terlebih
dahulu, bisa jadi mereka.. lalu apa lagi yang kita tunggu? Jika kematian telah
membentangkan lengannya diantara kita, tak satupun janji yang tertebus dapat
menghidupkan kita kembali..
Dan yang paling penting dari itu semua, sudahkah cukup persiapan bekal
kita untuk pulang ke pelukan-Nya? Benarkah hati kita telah ikhlas untuk kembali
kepada rumah keabadian dan pergi meninggalkan segala yang kita pinjam di dunia?
Alangkah baiknya aku bertanya pada diriku sendiri terlebih dahulu,
tentang kesanggupanku kalau-kalau malaikat maut telah berada tak jauh dariku..
Kematian. Tak ada yang lebih perih daripada ditinggalkan oleh
orang-orang terkasih dalam hidup kita. Namun kita manusia tak berdaya melawan
itu semua. Tuhan meminta kita kembali dengan berbagai cara.. entah saat kita
tertidur, tiba-tiba mata kita tak terbuka keesokan harinya. Entah pada saat
tertawa, tiba-tiba nyawa kita tercerabut melalui ubun-ubun kita. Ataukah kita
cukup beruntung dijemput pulang saat hati dan raga kita sedang bernar-benar
siap dengan kedatangan penjemput kita? Wallahua’lam bisshawab..
Semoga kita semua termasuk kedalam golongan orang-orang yang selalu
dapat memetik hikmah dibalik segala peristiwa yang terpampang nyata dihadapan
kita. Dan kita cukup beruntung dengan keinginan untuk selalu memperbaiki
persiapan kita dalam menimbun bekal yang layak untuk kita bawa dalam perjalanan
pulang nanti. Insha Allah.
Comments
Post a Comment