Skip to main content

kematian


---Innalillahi wainnailaihiroji’un---

Jika yang paling dekat dengan makhluk adalah kematian, maka hidup ini tak lebih dari sekedar jeda untuk bersiap dengan kedatangannya yang tiba-tiba.

Entah berapa tahun jatah kita hidup bergelut dengan kefanaan dunia ini. Mungkinkah dalam hitungan tahun kita harus kembali pulang pada-Nya? Ataukah ini merupakan hari-hari terakhir kita bergelimang dengan kebahagiaan maya yang dunia tawarkan? Bisa jadi dalam beberapa jam kedepan, atau bahkan bermenit setelah kita baca tulisan ini, malaikat maut telah bersiap dengan tugasnya menjemput kita. Entah dimana, dengan cara apa. Semua telah tercatat dalam pesan rahasia yang diperintahkan padanya. Kita manusia, bagian dari makhluk ciptaan-Nya yang hanya bisa berpasrah, dan mempersiapkan diri sebaik-baiknya hingga waktu kita benar-benar tiba, pada saatnya.

Sudahkah kita meminta maaf hari ini? Pada orang yang tak sengaja kita lukai halus perasaannya. Pada banyaknya air mata yang luruh karna sikap kita. Pada orang-orang yang telah kita kecewakan hatinya. Pada siapapun yang berhak menerima permohonan maaf kita yang paling tulus...

Sudahkah kita memenuhi janji yang sempat terlupa, atau yang memang sengaja kita lupakan? Mungkin bukan kita yang akan menemui mati terlebih dahulu, bisa jadi mereka.. lalu apa lagi yang kita tunggu? Jika kematian telah membentangkan lengannya diantara kita, tak satupun janji yang tertebus dapat menghidupkan kita kembali..

Dan yang paling penting dari itu semua, sudahkah cukup persiapan bekal kita untuk pulang ke pelukan-Nya? Benarkah hati kita telah ikhlas untuk kembali kepada rumah keabadian dan pergi meninggalkan segala yang kita pinjam di dunia?

Alangkah baiknya aku bertanya pada diriku sendiri terlebih dahulu, tentang kesanggupanku kalau-kalau malaikat maut telah berada tak jauh dariku..

Kematian. Tak ada yang lebih perih daripada ditinggalkan oleh orang-orang terkasih dalam hidup kita. Namun kita manusia tak berdaya melawan itu semua. Tuhan meminta kita kembali dengan berbagai cara.. entah saat kita tertidur, tiba-tiba mata kita tak terbuka keesokan harinya. Entah pada saat tertawa, tiba-tiba nyawa kita tercerabut melalui ubun-ubun kita. Ataukah kita cukup beruntung dijemput pulang saat hati dan raga kita sedang bernar-benar siap dengan kedatangan penjemput kita? Wallahua’lam bisshawab..

Semoga kita semua termasuk kedalam golongan orang-orang yang selalu dapat memetik hikmah dibalik segala peristiwa yang terpampang nyata dihadapan kita. Dan kita cukup beruntung dengan keinginan untuk selalu memperbaiki persiapan kita dalam menimbun bekal yang layak untuk kita bawa dalam perjalanan pulang nanti. Insha Allah.

Comments

Popular posts from this blog

Untuk seorang teman yang sedang bersedih ;)

Akan ada saat dimana kamu merasa begitu rapuh, bahkan terlalu rapuh untuk sekedar membohongi diri bahwa kamu sedang baik-baik saja. Air mata itu tak dapat lagi kamu tahan dengan seulas senyum yang dipaksakan, hingga pada akhirnya wajahmu akan membentuk ekspresi bodoh dengan mata yang berulang-kali mengerjap demi menahan bulir-bulir air yang hendak membanjir dipipi, lalu mengalir kedasar hati. Itulah saatnya kamu untuk berhenti berlagak kuat. Akui saja kalau kamu sedang kalah, kalah pada penguasaan diri yang biasanya selalu kau lakukan dengan baik. Kadang, terus-menerus menipu diri dengan berkata bahwa kamu baik-baik saja -padahal kamu remuk-redam didalam- malah akan semakin membuatmu terluka. Lepaskan… tak perlu lagi kau tahan, Suarakan, untuk apa kau bungkam? Tunjukkan! Tak perlu lagi dipendam… Jujur pada diri sendiri adalah wujud penghargaan paling tinggi pada diri sendiri. Kamu tau? Walaupun seluruh dunia memalingkan wajahnya darimu, ketika kamu   jujur ...

kejutan

Malam itu saya nyaris tidak bisa tidur memikirkan sebuah benda kecil yang saya beli beberapa jam sebelumnya. Pikiran saya nyaris tidak teralihkan dari benda kecil itu.. memikirkan kemungkinan apa yang akan terjadi, kejutan apa yang sedang menanti saya, dan perubahan apa yang akan dia bawa nantinya. Berjam-jam sibuk memikirkan itu hingga tanpa sadar saya pun jatuh tertidur, dengan mimpi tentang benda kecil tersebut. Subuh mengetuk jendela, dan seketika saya membuka mata. Inilah saatnya! Kata saya dalam hati. Ini saat yang saya tunggu-tunggu sejak kemarin. Saya pun beranjak dari kamar dan meraih benda kecil yang kemarin saya beli kemudian masuk ke kamarmandi tanpa pertimbangan apapun lagi. Dan benar saja, benda kecil itu memunculkan dunia garis merah yang sangat saya nantikan. Dan astaga, kalau saja saya tidak sedang berada di kamarmandi, mungkin saya sudah berteriak sejadi-jadinya!  Dengan senyum mengembang lebar saya tunjukkan benda kecil itu pada suami, dan Ia terseny...

Mencari AKU

Dear, Lita.. Kamu adalah seorang yang sangat ku kenal, sebaik aku mengenal diriku sendiri. Namun kadang, kamu bisa menjadi seseorang yang sangat sulit dimengerti, sesulit aku berusaha mengerti diriku sendiri. Bolehkah aku sedikit menulis tokoh ’kita’ disini? Tiap pagi ketika mata kita baru saja terbuka, satu pertanyaan yang kita hafal diluar kepala selalu jadi hidangan pembuka bagi hari-hari panjang kita, hari-hari lelah kita: ” Tuhan, untuk apa aku diciptakan ?” Itu kan yang selalu kita pertanyakan? Tentang eksistensi kita. Tentang kepentingan kita didunia ini. Sebuah pertanyaan yang sebenarnya sudah kita ketahui jawabannya, namun kita masih belum dan tak pernah puas dengannya. Sebuah pertanyaan paling naif sebagai bentuk halus dari cara kita menyalahkan Tuhan karena beberapa ketidak-adilan-Nya pada kita. Iya kan?   Kadang, ah tidak, sering kita merasa Tuhan begitu tak adil dengan bolak-balik memberi kita cobaan. Seolah DIA sangat suka melihat betapa susahnya kita memera...