Atas nama ketidakcocokan kau memilih pergi
Meninggalkan separuh ruang yang tak lagi berpenghuni
Sebelah cintaku kau bawa lari,
Sebelahnya lagi beranjak menuju mati
Dan yang tinggal hanyalah debar ini,
Debar ini amarah yang membuncah
bersama bayangmu yang pecah di ambang kelopak mataku
Aku memejam dan tarianmu kian nyalang meliuk-liuk jalang.
Debar ini benci yang mengunci tiap aksara cinta
yang pernah terpatri dalam tiap catatan demi ingatan.
Debar ini tak lagi rindu yang dulu
seperti saat waktu-waktu bersamamu selalu berwarna ungu,
kini tinggal abu-abu
Atas nama rasa yang t’lah hilang kau memilih pergi
Tinggalkan anak cintamu
yang beranjak dewasa dalam dadaku
Dan yang tersisa tinggalah hujan,
Hujan ini terasa hangat ketika malam-malam ku terbangun,
dan kau tiada.
Hujan ini mengalir deras dari hulu mataku
Menuju hilir ingatan yg kian usang sejak kepergianmu
Debar ini kian menuju mati
hujan ini kian terasa tajam bak belati
dan kau tetap memilih pergi,
tanpa sudi mengulur segenggam perduli
Bali, 2013
Comments
Post a Comment