Aku t’lah
terbiasa babak belur dihantam sepinya hari-hari
Dan
yang dapat mengobati sakitnya hanya dengan tidur sejenak,
walaupun
saat bangun nyeri disekujur hatiku kambuh lagi.
Mungkin
hatiku sekarang telah biru dan membusuk
karena
terlalu lama menahan sakit.
Sudah
sekian hari aku lupa caranya tidur,
aku lupa bagaimana memejamkan mata.
Aku
lupa caranya mengantuk..
Atau
malah rasa kantuk itu yang telah melupakanku?
Entah.
Insomnia
mulai ku persalahkan sebagai akar kegamanganku.
Malam
kian pudar, sepi kian samar,
dan aku
tetap menatap langit-langit putih kamarku
yang
penuh dengan aneka gambar ingatan
yang
perlahan usang oleh waktu.
Ku buka
catatan harianku.
Baru
beberapa jam tadi aku menulis betapa sakitnya hatiku,
dan
kini semakin sakit rasanya saat ku baca lagi.
Seperti
memutar kembali detik-detik
saat
hati ini benar2 tengah kambuh sakitnya.
Aku ingin minum obat.
Tapi
obat yang mana lagi yang dapat membuatku lupa akan sakitku?
Sakit hatiku?
Aku sangat
ingin tidur malam ini..
Tidurkan aku dalam pangkuan-Mu tuhan..
Karena lengan manusia terlalu mudah menipuku
dengan
kehangatan sesaat yang mereka tawarkan padaku.
Baringkan aku dalam kuasa dekapan-Mu,
karena bahu manusia tak cukup kekar untuk menopang
tubuh
ringkih dengan segala kelemahanku ini..
Obati
luka dihatiku ini dengan tidur yang maha lelap malam ini..
Agar
esok pagi tak lagi ku maki-maki diri sendiri
dihadapan
mentari yang lagi-lagi kulewatkan sinarnya
karena
telat bangun pagi.
Tuhan,
besok jangan bosan bermain denganku lagi.
Beri
aku kehidupan untuk ku permainkan,
sebelum
kau buat kehidupan mempermainkan hati yang mudah sakit ini.
Comments
Post a Comment