Masih saja ada ruang untuk sebuah kesempatan bagimu untuk
kembali, membulatkan hatimu untukku. Ataukah hanya angan-anganku? Ataukah hanya
cintaku yang bicara tentang sebuah kemungkinan yang kurasa mustahil itu?
Rupa-rupanya jeda ini tak hanya untukmu, pun dihatiku masih
ada sebongkah rasa yang patut ku pertanyakan.
29 hari
lagi aku memutuskan untuk menelan bulat-bulat jeda yang kuberikan untukmu itu. Jika
memang Tuhan tak jua menggerakkan hatimu untukku, maka sejak awal Tuhan memang
tak berencana demikian. Akan tiba hari dimana takkan ada satupun pintu yang
dapat kau ketuk dalam diriku. Akan ada hari dimana cinta ini akan menjadi
terlalu besar dan kemudian meledak, pecah menjadi serpih yang ’kan berakhir
dihempas angin.
Bukan
berarti aku menyerah, aku hanya berusaha untuk lebih adil pada diriku sendiri.
Aku berusaha untuk menepikanmu demi sebuah cinta untuk diriku sendiri yang
telah sekian lama aku abaikan. Sudah saatnya aku menjadi lebih realistis
tentangmu, sayang. Jika sebegitu besarnya keinginanmu untuk pergi dariku, maka
pergilah. Jika kebahagianmu adalah segala sesuatu selain aku, maka bahagialah
dengan kepergianku.
Kelak,
suatu saat hati kecilmu akan bertanya-tanya tentang segala janjiku dulu yang
akan mencintaimu selamanya. Maafkan aku, karena saat itu aku tengah dikuasai
oleh cinta yang begitu besar padamu. Nyatanya hati ini sama seperti hatimu, mudah
berubah-ubah ketetapannya... Nyatanya cinta ini sudah tak lagi sama besarnya. Maafkan aku..
Comments
Post a Comment