Skip to main content

Pergilah


Masih saja ada ruang untuk sebuah kesempatan bagimu untuk kembali, membulatkan hatimu untukku. Ataukah hanya angan-anganku? Ataukah hanya cintaku yang bicara tentang sebuah kemungkinan yang kurasa mustahil itu?
Rupa-rupanya jeda ini tak hanya untukmu, pun dihatiku masih ada sebongkah rasa yang patut ku pertanyakan.
29 hari lagi aku memutuskan untuk menelan bulat-bulat jeda yang kuberikan untukmu itu. Jika memang Tuhan tak jua menggerakkan hatimu untukku, maka sejak awal Tuhan memang tak berencana demikian. Akan tiba hari dimana takkan ada satupun pintu yang dapat kau ketuk dalam diriku. Akan ada hari dimana cinta ini akan menjadi terlalu besar dan kemudian meledak, pecah menjadi serpih yang ’kan berakhir dihempas  angin.
Bukan berarti aku menyerah, aku hanya berusaha untuk lebih adil pada diriku sendiri. Aku berusaha untuk menepikanmu demi sebuah cinta untuk diriku sendiri yang telah sekian lama aku abaikan. Sudah saatnya aku menjadi lebih realistis tentangmu, sayang. Jika sebegitu besarnya keinginanmu untuk pergi dariku, maka pergilah. Jika kebahagianmu adalah segala sesuatu selain aku, maka bahagialah dengan kepergianku.

Kelak, suatu saat hati kecilmu akan bertanya-tanya tentang segala janjiku dulu yang akan mencintaimu selamanya. Maafkan aku, karena saat itu aku tengah dikuasai oleh cinta yang begitu besar padamu. Nyatanya hati ini sama seperti hatimu, mudah berubah-ubah ketetapannya... Nyatanya cinta ini sudah tak lagi sama besarnya. Maafkan aku..

Comments

Popular posts from this blog

Kamarku Istanaku

Aku memang lebih suka seperti ini, memaku diri dalam penjara imajiner yang kuciptakan sendiri. Kubiarkan diam mengajakku bicara semaunya, hingga ia lelah, hingga tak kudengar lagi bingar suaranya ditelingaku. Hanya di kamar ini kutemukan waktu istimewaku untuk bercakap dengan pikiranku sendiri. Apa yang ku mau, apa yang ku rasa, dan apa yang ingin ku katakan, yang sebisa mungkin tak ku ungkapkan saat berada diluar sana kini membuncah bak air bah, di kamar ini. Dan aku sangat menikmati saat-saat seperti ini... Berbeda dengan mereka, aku memang  punya caraku sendiri untuk melegakan sesaknya hati. Dan disini, di kamar ini, aku memenjara diri dan membiarkan sedihku bebas berkelana, mengudara, untuk kemudian menjelma hujan dikedua pipiku. Biarlah. Aluna Maharani

kejutan

Malam itu saya nyaris tidak bisa tidur memikirkan sebuah benda kecil yang saya beli beberapa jam sebelumnya. Pikiran saya nyaris tidak teralihkan dari benda kecil itu.. memikirkan kemungkinan apa yang akan terjadi, kejutan apa yang sedang menanti saya, dan perubahan apa yang akan dia bawa nantinya. Berjam-jam sibuk memikirkan itu hingga tanpa sadar saya pun jatuh tertidur, dengan mimpi tentang benda kecil tersebut. Subuh mengetuk jendela, dan seketika saya membuka mata. Inilah saatnya! Kata saya dalam hati. Ini saat yang saya tunggu-tunggu sejak kemarin. Saya pun beranjak dari kamar dan meraih benda kecil yang kemarin saya beli kemudian masuk ke kamarmandi tanpa pertimbangan apapun lagi. Dan benar saja, benda kecil itu memunculkan dunia garis merah yang sangat saya nantikan. Dan astaga, kalau saja saya tidak sedang berada di kamarmandi, mungkin saya sudah berteriak sejadi-jadinya!  Dengan senyum mengembang lebar saya tunjukkan benda kecil itu pada suami, dan Ia tersenyum..