Kau lelaki linglung. Limbung dengan satu hantam
keragu-raguan yang merajam hati dan isi kepalamu. Sebegitu tinggikah benteng
ketakutanmu itu sehingga kau harus merasa pasrah jauh sebelum kau coba satu
kali saja tuk menerjangnya? Ataukah kau merasa lebih nyaman untuk berlindung
dibalik ketiak nyalimu yang penakut itu? Akh, lelaki… hidupmu tak jauh dari
kubangan bimbang dan kegamangan. Kau yang ciptakan, seharusnya kau tak turut
tenggelam! Kelak jika yang
tersisa hanyalah ruang demi ruang, adakah pintu ‘kan terbuka ketika kau
mengetuk? Lalu apakah puas ego lelakimu dengan hanya mengikhlaskan apa yang tak
pernah kau perjuangkan berada ditangan siapa saja selain KAU, lelaki-ku!!!
Akan ada saat dimana kamu merasa begitu rapuh, bahkan terlalu rapuh untuk sekedar membohongi diri bahwa kamu sedang baik-baik saja. Air mata itu tak dapat lagi kamu tahan dengan seulas senyum yang dipaksakan, hingga pada akhirnya wajahmu akan membentuk ekspresi bodoh dengan mata yang berulang-kali mengerjap demi menahan bulir-bulir air yang hendak membanjir dipipi, lalu mengalir kedasar hati. Itulah saatnya kamu untuk berhenti berlagak kuat. Akui saja kalau kamu sedang kalah, kalah pada penguasaan diri yang biasanya selalu kau lakukan dengan baik. Kadang, terus-menerus menipu diri dengan berkata bahwa kamu baik-baik saja -padahal kamu remuk-redam didalam- malah akan semakin membuatmu terluka. Lepaskan… tak perlu lagi kau tahan, Suarakan, untuk apa kau bungkam? Tunjukkan! Tak perlu lagi dipendam… Jujur pada diri sendiri adalah wujud penghargaan paling tinggi pada diri sendiri. Kamu tau? Walaupun seluruh dunia memalingkan wajahnya darimu, ketika kamu jujur ...
Comments
Post a Comment