Pagi
t’lah lelah mendongakkan kepalanya menatap langit yang tak kunjung basah.
Merasa kering dan terasing, sendiri separuh mati, pagi tetap berulang dengan
asa yang sama.
Harusnya
kau tau diri, langit!
Menunggumu
t’lah membuat pagi sekarat dalam kalimat-kalimat berkarat, berakhir hanya pada
sajak yang tak pernah tuntas.
Jika saja
kau gunakan kedua bola matamu untuk sejenak meraba kata-kata pagi yang merenda
asa hanya untukmu, dapatlah kau jumpai cinta pada bulir air mata yang hanya
jatuh ke dasar hatinya, yang sepi, yang sendiri, yang nyaris mati.
-langit
masih diam-
-pagi
semakin muram-
Comments
Post a Comment