Gara-gara
angin sibuk lalu-lalang sedari tadi, kotaku jadi masuk angin. Pohon-pohon
berantakan rambutnya, beringin sampai terbuka terus roknya. Ayam-ayam bengong
putus asa mengejar serangga yang lebih cepat terbangnya. Padi-padi yang
menguning sampai pegal-pegal dihempas angin, sebentar kekanan sebentar kekiri. Tapi
burung-burung kecil tak perduli, padi yang lemah dipatukinya sampai gundul
setengah. Ayam pun tak mau kalah, segera ia dekati padi paling pinggir yang
dapat diraihnya, namu petani keburu datang mengusirnya dengan marah. Ayam bengong
lagi, putus asa lagi. Angin menari lagi. Padi pegal lagi. Dan aku sibuk
mengoles minyak kayu putih pada punggung kota-tuaku yang gampang masuk angin.
Akan ada saat dimana kamu merasa begitu rapuh, bahkan terlalu rapuh untuk sekedar membohongi diri bahwa kamu sedang baik-baik saja. Air mata itu tak dapat lagi kamu tahan dengan seulas senyum yang dipaksakan, hingga pada akhirnya wajahmu akan membentuk ekspresi bodoh dengan mata yang berulang-kali mengerjap demi menahan bulir-bulir air yang hendak membanjir dipipi, lalu mengalir kedasar hati. Itulah saatnya kamu untuk berhenti berlagak kuat. Akui saja kalau kamu sedang kalah, kalah pada penguasaan diri yang biasanya selalu kau lakukan dengan baik. Kadang, terus-menerus menipu diri dengan berkata bahwa kamu baik-baik saja -padahal kamu remuk-redam didalam- malah akan semakin membuatmu terluka. Lepaskan… tak perlu lagi kau tahan, Suarakan, untuk apa kau bungkam? Tunjukkan! Tak perlu lagi dipendam… Jujur pada diri sendiri adalah wujud penghargaan paling tinggi pada diri sendiri. Kamu tau? Walaupun seluruh dunia memalingkan wajahnya darimu, ketika kamu jujur ...
Comments
Post a Comment