Merdeka suaraku dengan diam, jika deru hatiku yang menyeru tak mereka hiraukan. Lega jiwaku dengan bungkam, jika raut muram wajahku tak membuat mereka paham. Aku nyaman dengan diam, karena sebagian dari mereka tak berhak menjadikanku bahan obrolan belaka tanpa penghiburan yang menentramkan. Tak pantas ku perlihatkan kebodohanku dengan berbagi suara yang hanya akan menjadi angin lalu dalam ingatan mereka... Biar kesedihan ini memelukku, mungkin Ia cemburu dengan bahagia yang sekian lama menjadi teman sepermainanku. Sedih mengenalkanku pada sepi, namun tak kesepian. Sedih menjadikanku sendiri, namun tak selaluu sendirian. Tapi toh, tak ada bahagia yang ada dalam rengkuh kata ’selamanya’. Begitupun dengan kemuraman yang sifatnya hanya sementara. Aku hanya butuh waktu untuk terbiasa, dan belajar membagi cerita dengannya jua. Lama-lama aku pun akrab dengan sepi dan mulai terbiasa bersamanya. Aku lupa caranya tertawa, aku kehilangan gairah untuk merdeka. Duka yang bertubi...