Skip to main content

sudut dalam lingkaran


Seorang sahabat bertanya padaku, ”kamu mau lulus kapan sih Naz?” dengan nada bercanda dan disambut tawa lepas oleh sahabat-sahabat lainnya yang kebetulan berada ditempat yang sama denganku saat itu.
Sejenak aku biarkan mereka saling melempar canda yang tak jauh-jauh dari topik soal kapan kelulusanku sebenarnya. Aku tau, aku sangat mengerti, pertanyaan itu dilontarkan dengan niat bercanda. Tak lebih.
Namun sungguh, aku sungguh berpikir keras untuk menjawab pertanyaan sederhana itu. Sekalimat tanya yang benar-benar melontarkanku pada beberapa masa dibelakangku. Tapi tatapan mereka yang menunggu setengah memaksa mulutku untuk menjawab pertanyaan mereka dengan bercanda juga, ”Mei. Meibi yess meibi no”, dan mereka pun tertawa lagi.
Begitulah waktu mengalirkan pembicaraan kami kemana-mana. Syukurlah topik kelulusanku segera berganti dengan topik lainya. Dan sementara mereka asik bertukar opini, aku diam. Sesekali kulempar senyum agar tak seorang pun dari mereka yang menyadari betapa hatiku hancur oleh hantaman pertanyaan mereka tadi.
Ingatanku kembali pada saat pertama kali aku mengenal mereka. Dalam hatiku yang egois aku selalu berkata, meyakinkan diri sendiri bahwa kelak aku akan menjadi orang sukses bersama-sama dengan mereka.
Namun siapa sangka Tuhan menginginkan jalan lain untuk aku lalui. Tuhan memaksaku berbelok membiarkan teman-temanku berlalu, menjauh meninggalkanku. Menyesalkah aku? Jujur..iya, aku sangat menyesalkan takdir ini, pada awalnya. Tiada hari kulewati tanpa menangis. Pagi aku berangkat dengan wajah segar, berusaha keras mengukir senyum dihadapan teman-temanku. Namun basah juga pipi ini sekembaliku pulang.
Tak sanggup rasanya menerima kenyataan bahwa jalan yang kulalui harus berbeda dengan teman-temanku. Semakin banyak aku menangis, semakin jauh aku terpuruk dalam lembah kemuraman. Aku tau tangisku sia-sia karena aku masih enggan melakukan perubahan. Yang dapat ku lakukaan tiap hari hanyalah mempertanyakan kuasa Tuhan yang ku paksa-paksa agar segera menolongku keluar dari segala keputus-asaan ini.
Belum sempat aku berdiri, Tuhan kembali mengusap lembut hatiku dengan sedikit ujian lagi. Mungkin Ia agak kesal dengan macam-macam pertanyaanku tentang rencana-Nya yang tak seharusnya ku pertanyakan. Aku sakit, tepat disaat aku ingin memulai lagi menyusun prestasiku yang sempat runtuh sejak patah hati ditinggal Ayah pergi. Tuhan masih ingin melihat kesanggupanku. Tuhan begitu menyayangiku.
Lagi, ku telan bulat-bulat hasrat untuk kembali berjalan beriringan dengan teman-temanku. Beberapa yang mengerti selalu setia memelukku. Sampai terkadang aku bertanya-tanya dalam hati, apakah aku sebegitu terlihat menyedihkannya, sehingga mereka merasa selalu ingin melindungiku dari rasa sedih yang terpahat jelas dalam sorot mataku? Aktingku selalu berhasil, namun tidak jika didepan mereka. Mereka selalu tau saat yang tepat untuk mengulurkan tangan padaku.
Lama aku terdiam. Ah, tidak. Sebenarnya hatiku menjerit lewat diamku itu. Aku merasa dipecundangi oleh hidup, lewat tatapan mereka yang memandangku dengan sebelah mata. Aku merasa diludahi tepat diwajahku ketika pertanyaan-pertanyaan semacam itu dilontarkan tidak dengan nada bercanda, namun untuk mengejekku. Perih dada ini ketika aku tak tau harus menjawab apa ketika prestasiku mulai dipertanyakan.
Aku benci mereka. Namun disisi lain aku pun tak boleh menyalahkan mereka. Setidaknya, mereka tak tau apa yang sebenarnya terjadi padaku. Dan aku pun merasa tak harus membagi ceritaku pada semua orang. Aku harus pintar membedakan, mana orang yang akan hanya mengasihaniku, atau benar-benar membantuku membuka pikiran-pikiran sempitku tentang takdir-Nya.
Ah, tapi sudahlah. Itu cerita lama. Aku tak menaruh dendam pada siapapun. Malah aku bersukur pada Tuhanku. Diantara segala ujian ini, Dia hanya meminta sedikit perhatianku untuk-Nya. Tidak Tuhan.. masih Kau satu-satunya temaptku berpasrah, mengadukan lelah dan segala rupa resah dalam dadaku.
Pada titik paling bawah, aku pernah merasa aku takkan sanggup berdiri lagi setelah sekian kali terjatuh oleh berbagai hal yang mematahkan hatiku. Namun tidak, pada saat itulah sebenarnya aku hampir sampai pada titik balik menuju kekuatanku yang sebenarnya.
Pada sudut tergelap dalam hatiku, aku sellau percaya akan ada cahaya yang menuntun jalanku. Seperti malam yang selalu mengajariku untuk bersabar menanti pagi yang selalu datang setelah sepertiga gelapnya yang paling pekat.
Aku percaya, aku dan semua orang terlahir dengan kekuatan yang sama. Namun ada beberapa hati yang tak percaya pada Tuhan mereka, itulah kenapa seolah tiada daya yang tersisa. Jika saja segala pelajaran ini tak menjadikanku lebih baik, maka pantaslah aku menangisi setiap pertanyaan yang menyerempet pada kehancuran perjalananku.
Pada lingkaran hidup ini selalu ku temukan sudut untuk berhenti, berfikir dan merenung. Sudut maya yang terlihat hanya pada saat-saat nestapa terpahit dalam hidupku. Begitulah cara Tuhan menyayangiku.

Terimakasih Tuhan,
Terimakasih hidup,
Terimakasih Ibu, Ayah..
Terimakasih untuk segala kepahitan ini. Darinya aku belajar banyak tentang kepasrahan. Dan benar adanya, segalanya terasa lebih mudah sekarang. Semoga ini benar-benar menjadi titik balik menuju kebahagianku. Dan jika pun nanti aku terjatuh lagi, aku sudah tau bagaimana caranya berdiri lagi. Dengan uluran tangan-Mu tentunya.


J

Comments

  1. amin....wish for the best....do the best. get the best. give the best. love ya :*

    ReplyDelete
  2. Inaaaaz.
    Kita berdo'a sama-sama.
    Berusaha disertai do'a insyaAllah semua mudah.
    Allah akan memberi apa yang kita minta, meski tidak secepat itu, tapi janji Allah pasti akan ditepati.
    Semangat. :*

    ReplyDelete
  3. semangat terus my sister... semua pastilah jalan terbaik buat kita apabila bisa mensyukuri apapun yang di berikan atau di ujikan pada kita dalam melalui kehidupan yang penuh liku-liku

    ReplyDelete
  4. @all, hehhehe.. aaminnn Ya Robbal'alaminnn.. smoga kita smua sama2 belajar dari semua yang Tuhan kasih ke kita. Hidup cuma sekali, be the best :*

    ReplyDelete
  5. ada mahasiswa yang mengejar target lulus tepat waktu, ada mereka yang untuk beberapa alasan memutuskan lulus pada waktu yang tepat.

    setiap orang memiliki nasib dan takdirnya masing-masing Naz..dan kita tidak pernah mengerti titik-titik mana dalam perjalanan hidup kita yang akhirnya berperan dan menjadikan keberhasilan kita. tidak terkecuali untuk titik terendah yang pernah terjadi. mungkin saja !
    best wishes vo ya *mari bersulang untuk setiap kemungkinan. Toosss :)

    ReplyDelete
  6. Innazz Sayang,,,
    semua yang terjadi dalam hidup kita adalah yang terbaik untuk kita,,,
    keadaan yang kita alami tak seperti yang kita fikirkan,,
    terkadang ketika kita terjatuh, kita merasa bahwa saat itu kita sedang tersakiti atau terbuang,,,
    tetapi, sebenarnya tidak selamanya ketika kita terjatuh itu adalah musibah bagi kita,, mungkin itu cara Tuhan menghindarkan kita dari sesuatu yang lebih buruk lagi dari pada kita terjatuh...

    yang sabar ya Saudariku,,, semoga kita selalu mampu memapah diri untuk selalu tegar dalam menghadapi semua cobaan di jalan hidup ini,,,

    aku selalu menyayangimu dari kejauhan dan disetiap do'aku pada-Nya,,,

    ReplyDelete
  7. Inaazz sayang,,,
    ini aku Fitri,,,
    teman sekamar mu di Asrama dulu,,,

    ReplyDelete
  8. sukron katsirr fitri... Ya Allah, jadi kangennn sama fitrii. smoga Allah selalu jagain fitri dmanapun fitri skrg ya :*

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kamarku Istanaku

Aku memang lebih suka seperti ini, memaku diri dalam penjara imajiner yang kuciptakan sendiri. Kubiarkan diam mengajakku bicara semaunya, hingga ia lelah, hingga tak kudengar lagi bingar suaranya ditelingaku. Hanya di kamar ini kutemukan waktu istimewaku untuk bercakap dengan pikiranku sendiri. Apa yang ku mau, apa yang ku rasa, dan apa yang ingin ku katakan, yang sebisa mungkin tak ku ungkapkan saat berada diluar sana kini membuncah bak air bah, di kamar ini. Dan aku sangat menikmati saat-saat seperti ini... Berbeda dengan mereka, aku memang  punya caraku sendiri untuk melegakan sesaknya hati. Dan disini, di kamar ini, aku memenjara diri dan membiarkan sedihku bebas berkelana, mengudara, untuk kemudian menjelma hujan dikedua pipiku. Biarlah. Aluna Maharani

kejutan

Malam itu saya nyaris tidak bisa tidur memikirkan sebuah benda kecil yang saya beli beberapa jam sebelumnya. Pikiran saya nyaris tidak teralihkan dari benda kecil itu.. memikirkan kemungkinan apa yang akan terjadi, kejutan apa yang sedang menanti saya, dan perubahan apa yang akan dia bawa nantinya. Berjam-jam sibuk memikirkan itu hingga tanpa sadar saya pun jatuh tertidur, dengan mimpi tentang benda kecil tersebut. Subuh mengetuk jendela, dan seketika saya membuka mata. Inilah saatnya! Kata saya dalam hati. Ini saat yang saya tunggu-tunggu sejak kemarin. Saya pun beranjak dari kamar dan meraih benda kecil yang kemarin saya beli kemudian masuk ke kamarmandi tanpa pertimbangan apapun lagi. Dan benar saja, benda kecil itu memunculkan dunia garis merah yang sangat saya nantikan. Dan astaga, kalau saja saya tidak sedang berada di kamarmandi, mungkin saya sudah berteriak sejadi-jadinya!  Dengan senyum mengembang lebar saya tunjukkan benda kecil itu pada suami, dan Ia tersenyum..