Skip to main content

Terserah


Kalimat  tanya “Beli makan dimana?” selalu berpasangan dengan sesingkat kata ”terserah” dari mereka. Bingung kaki melengang hendak kemana, demi perut yang sedari tadi memberontak kesal minta diisi. Kenapa harus ’terserah’ yang terlontar dari mulut kalian? Bukankah ada banyak tempat disekitar kita, namun kenapa memilih terserah? Aku tak suka tempat itu.. disana tak tersedia panganan beraneka rupa, rasa. Hanya tanda tanya baru dan ketidak-puasan saru ditiap jengkal langkah kaki kita sesudahnya. Kadang aku marah dengan seringnya mendengar kata terserah. Aku kesal namun kalian masih saja bebal. Sering aku ingin berceloteh tentang marahku pada kalian yang membebaniku dengan sebuah keputusan sakral,-hendak dimana kita membeli makan untuk mengganjal perut ini-, namun aku terlalu malas untuk memperpanjang kata terserah itu tadi.

Namun waktu membuatku mulai terbiasa dengan terserah itu. Terbukti ketika tiba-tiba rindu ini merasuk begitu saja saat tak ada kalian yang berkata ”terserah” itu lagi untukku.. L



.:dedicated to all of my beloved sisters in Arkesa 15A. Bloody miss ya all:.

Comments

Popular posts from this blog

Kamarku Istanaku

Aku memang lebih suka seperti ini, memaku diri dalam penjara imajiner yang kuciptakan sendiri. Kubiarkan diam mengajakku bicara semaunya, hingga ia lelah, hingga tak kudengar lagi bingar suaranya ditelingaku. Hanya di kamar ini kutemukan waktu istimewaku untuk bercakap dengan pikiranku sendiri. Apa yang ku mau, apa yang ku rasa, dan apa yang ingin ku katakan, yang sebisa mungkin tak ku ungkapkan saat berada diluar sana kini membuncah bak air bah, di kamar ini. Dan aku sangat menikmati saat-saat seperti ini... Berbeda dengan mereka, aku memang  punya caraku sendiri untuk melegakan sesaknya hati. Dan disini, di kamar ini, aku memenjara diri dan membiarkan sedihku bebas berkelana, mengudara, untuk kemudian menjelma hujan dikedua pipiku. Biarlah. Aluna Maharani

kejutan

Malam itu saya nyaris tidak bisa tidur memikirkan sebuah benda kecil yang saya beli beberapa jam sebelumnya. Pikiran saya nyaris tidak teralihkan dari benda kecil itu.. memikirkan kemungkinan apa yang akan terjadi, kejutan apa yang sedang menanti saya, dan perubahan apa yang akan dia bawa nantinya. Berjam-jam sibuk memikirkan itu hingga tanpa sadar saya pun jatuh tertidur, dengan mimpi tentang benda kecil tersebut. Subuh mengetuk jendela, dan seketika saya membuka mata. Inilah saatnya! Kata saya dalam hati. Ini saat yang saya tunggu-tunggu sejak kemarin. Saya pun beranjak dari kamar dan meraih benda kecil yang kemarin saya beli kemudian masuk ke kamarmandi tanpa pertimbangan apapun lagi. Dan benar saja, benda kecil itu memunculkan dunia garis merah yang sangat saya nantikan. Dan astaga, kalau saja saya tidak sedang berada di kamarmandi, mungkin saya sudah berteriak sejadi-jadinya!  Dengan senyum mengembang lebar saya tunjukkan benda kecil itu pada suami, dan Ia tersenyum..