Pagi baru
saja meleleh
Menggenangkan
sebaris cahaya terang dibatas cakrawala
Dingin hati
setelah semalam tadi duguyur air mata pun terselimutinya
Hati yang
gemetar pun tenang dibuatnya
Ombak pagi
melarung jauh anganku tentangmu
Membawa perahu
kertas yang kubuat dari fotomu menjauh, kuharap kan tenggelam dengan sekali
terjang gelombang pagi, lagi
Kuharap itu
lagi dengan diam-diam berharap itu tak terjadi
Dengan satu
lambaian tangan perahumu berlalu
Membawa sebingkis
kenangan dimasa lalu, hanya kau dan aku
Akankah pagi
ini kau benar-benar kan pergi?
Atau memang
kepergianmu ini hanya untuk kembali lagi?
Mungkin nanti?
Entahlah.
Pagi
membiaskan pelangi dari kucuran air mata yang terjerembab
Membiaskan
harap yang cemas akan datangnya perahumu lagi
Sesal merasuk
seketika, ’tak seharusnya ku larung perahumu tadi’ bisik hatiku
Namun pagi
menggenang begitu saja, melarung perahumu dengan sendirinya
Aku tak
pernah melepasmu untuk pergi,
Hanya saja
keyakinan hati menghibur gundah bahwa kau akan kembali,
nanti,
entah
kapan
Pagi yang
menggenangkan kenangan tenangmu, tentang kita
Menyibak gelap
kata-kata yang lahir dari anak emosi manusia kita
Menghapus
duka air mata kelopak-kelopak payung yang kuncup saat hujan tiba
Ah,
entahlah.. cintamu membuat badai semalam tadi hanya menyisakan genangan manis
pagi ini.
Bali, 16 agustus 2012
Comments
Post a Comment