Skip to main content

Genang Kenangan


Pagi baru saja meleleh
Menggenangkan sebaris cahaya terang dibatas cakrawala
Dingin hati setelah semalam tadi duguyur air mata pun terselimutinya
Hati yang gemetar pun tenang dibuatnya

Ombak pagi melarung jauh anganku tentangmu
Membawa perahu kertas yang kubuat dari fotomu menjauh, kuharap kan tenggelam dengan sekali terjang gelombang pagi, lagi
Kuharap itu lagi dengan diam-diam berharap itu tak terjadi

Dengan satu lambaian tangan perahumu berlalu
Membawa sebingkis kenangan dimasa lalu, hanya kau dan aku
Akankah pagi ini kau benar-benar kan pergi?
Atau memang kepergianmu ini hanya untuk kembali lagi?
Mungkin nanti?
Entahlah.

Pagi membiaskan pelangi dari kucuran air mata yang terjerembab
Membiaskan harap yang cemas akan datangnya perahumu lagi
Sesal merasuk seketika, ’tak seharusnya ku larung perahumu tadi’ bisik hatiku
Namun pagi menggenang begitu saja, melarung perahumu dengan sendirinya
Aku tak pernah melepasmu untuk pergi,
Hanya saja keyakinan hati menghibur gundah bahwa kau akan kembali,
nanti,
entah kapan

Pagi yang menggenangkan kenangan tenangmu, tentang kita
Menyibak gelap kata-kata yang lahir dari anak emosi manusia kita
Menghapus duka air mata kelopak-kelopak payung yang kuncup saat hujan tiba
Ah, entahlah.. cintamu membuat badai semalam tadi hanya menyisakan genangan manis pagi ini.


Bali, 16 agustus 2012

Comments

Popular posts from this blog

Kamarku Istanaku

Aku memang lebih suka seperti ini, memaku diri dalam penjara imajiner yang kuciptakan sendiri. Kubiarkan diam mengajakku bicara semaunya, hingga ia lelah, hingga tak kudengar lagi bingar suaranya ditelingaku. Hanya di kamar ini kutemukan waktu istimewaku untuk bercakap dengan pikiranku sendiri. Apa yang ku mau, apa yang ku rasa, dan apa yang ingin ku katakan, yang sebisa mungkin tak ku ungkapkan saat berada diluar sana kini membuncah bak air bah, di kamar ini. Dan aku sangat menikmati saat-saat seperti ini... Berbeda dengan mereka, aku memang  punya caraku sendiri untuk melegakan sesaknya hati. Dan disini, di kamar ini, aku memenjara diri dan membiarkan sedihku bebas berkelana, mengudara, untuk kemudian menjelma hujan dikedua pipiku. Biarlah. Aluna Maharani

kejutan

Malam itu saya nyaris tidak bisa tidur memikirkan sebuah benda kecil yang saya beli beberapa jam sebelumnya. Pikiran saya nyaris tidak teralihkan dari benda kecil itu.. memikirkan kemungkinan apa yang akan terjadi, kejutan apa yang sedang menanti saya, dan perubahan apa yang akan dia bawa nantinya. Berjam-jam sibuk memikirkan itu hingga tanpa sadar saya pun jatuh tertidur, dengan mimpi tentang benda kecil tersebut. Subuh mengetuk jendela, dan seketika saya membuka mata. Inilah saatnya! Kata saya dalam hati. Ini saat yang saya tunggu-tunggu sejak kemarin. Saya pun beranjak dari kamar dan meraih benda kecil yang kemarin saya beli kemudian masuk ke kamarmandi tanpa pertimbangan apapun lagi. Dan benar saja, benda kecil itu memunculkan dunia garis merah yang sangat saya nantikan. Dan astaga, kalau saja saya tidak sedang berada di kamarmandi, mungkin saya sudah berteriak sejadi-jadinya!  Dengan senyum mengembang lebar saya tunjukkan benda kecil itu pada suami, dan Ia tersenyum..