Mengimani
pemberian sebagai titipan yang tak boleh ditangisi ketika hilang.
Pun,
mencintai musibah sebagaimana dalamnya kecintaan kita pada segala rupa anugerah
yang Dia limpahkan. Apakah menurut-Mu kami sekuat itu, Ya Tuhan?
Hati ini
penuh misteri.
Dan Tuhan?
Bagian terkecil yang mana dari kuasa-Nya yang bisa ku mengerti?
Aku tak
harus mengertinya, cukup mengimani, mengimani dengan hati, dengan hati ini
lagi, dengan hati yang penuh misteri ini lagi.
Rasa berupa-rupa
warna yang membuat manusia mengiba-iba, menghamba. Apakah kami hanya boneka? Rasa
ini tak mudah kami mengerti. Rasa ini terlalu ajaib untuk kami pahami. Haruskah
kami Kau beri untuk kemudian Kau ambil lagi, baru Kau izinkan kami mengerti
sedikit tentang misteri hati kami ini?
Kau ambil
ayah kami..ibu kami..anak-anak kami, sahabat-sahabat kami.. mereka yang paling
kami cintai, namun tak Kau izinkan kami menangis berlama-lama untuk sepotong
hati yang turut dibawa serta oleh mereka?
Katanya
DOSA.
Kata siapa?
Kata mereka
yang sepertinya telah mengerti hati mereka.
Kata mereka
yang nampaknya begitu mengimani Kau, sebagai Tuhan mereka.
Kataku aku
tak mengerti. Masih tak mengerti.
Dangkalnya
hati membuat aku sulit ’tuk menggapai kunci dari misteri hati ini.
T’lah berulang
kali Kau uji kami. Dengan rasa merah muda cinta, kemudian abu-abu ketika mulai
terasa pahitnya kehilangan. Kau pun uji kami dengan sakit, kemudian sembuh,
kemudian sakit lagi, dan kemudian mati meninggalkan orang-orang yang kami
kasihi. Begitu banyak warna hati yang harus kami pelajari untuk bisa menjadi
Hamba kesayangan-Mu. Ada begitu banyak rasa yang harus kami coba setelah banyak
tawa dan air mata, untuk menjadi apa? Untuk
mendapat apa?
Katanya SURGA.
Kata siapa?
Kata mereka
yang sepertinya telah mengerti hati mereka.
Kata mereka
yang nampaknya begitu mengimani Kau, sebagai Tuhan mereka.
Tuhan. Aku
bukannya meminta mereka untuk bertanya-tanya tentang hati. Aku tau pertanyaan
ini tak akan menemui ujungnya.
Bukan jawaban
yang kami maui, melainkan kekuatan. Kuatkan kami saja. Cinta kami kepada-Mu tak
usah lagi Kau pertanyakan. Kami hanya kadang tersesat dalam kebingungan dangkal
otak-otak manusia kami, keterbatasan kami. Jangan biarkan kebodohan kami ini,
kebodohanku ini, menjadi kunci jawaban misteri hati yang malah menjerumuskan
kami dalam lembah kenistaan yang Kau benci.
Katanya IMAN.
Maka seharusnya
tak ada pertanyaan.
Hanya YAKINI.
Hanya
PAHAMI.
Karena kuasa
Tuhan bukanlah suatu yang harus dipertanyakan.
Kuasa Tuhan
bukanlah suatu yang harus dijabarkan.
Mungkin.
Sampai
mati, hati ini hanya akna menyisakan misteri.
pas banget naz... good job
ReplyDeleteTulisan ini terinspirasi dr omku yg baru aja kehilangan anak kesayangannya. namanya Rizky. trlahir cacat, lumpuh total, 12 tahn seumur hdupnya cm bs berbaring. tapi si om g prnah malu ngenalin dy k org2..
ReplyDeletengeliat dy depresi gtu kehilangan Rizky, aq jd brasa berkaca, flashback ke taun2 awal ayahku ga ada. aku ngrasain rasa yg sama, kehilangan yg sama. Tuhan yg ambil mereka, tapi Tuhan melarang kami sedih berlama-lama.
ujung2nya segala peristiwa berakhir mnjadi persoalan hati ttg kuasa Tuhan-nya. perlukah? gak perlu, tp hati ini tetap butuh jawaban yg pasti. entahlah.
:P
jangan lupa mampir ya! http://sesarjackson.blogspot.com
ReplyDelete