Kuasa Malam
Permadani t’lah digelar dipelataran bumi
beralaskan ilalang. Tidak indah, melainkan gersang. Belum lagi pelita
dinyalakan, angin sudah datang padamkan semuanya. Ini saatnya malam duduk di
singgasananya. Jangan ada pelita, jangan ada penerangan. Biarkan malam
merangkul bumi dengan kemilau gelapnya. Biarkan tubuh-tubuh kita telanjang
digerayangi dan digeliati kesepian.
Apa lagi yang bisa aku, kau, lakukan etika
malam membungkam kita dalam diamnya? Kunci rapat-rapat mulutmu! Jangan ada
suara, jangan ada tawa. Biarkan malam berbicara. Biarkan angin
yang bersuara. Bumi t’lah sepenuhnya hitam. Semuanya nampak kelam.
Disini dingin dan sepi. Tak ku temu
siapapun, tak kuraih apapun. Hanya tubuh-tubuh telanjang, berlari-lari tanpa
alas kaki diatas permadani ilalang. Dibawah naungan kaki-kaki sang malam.
Apa algi yang bisa aku, kau, lakukan? Tidak!
Tak ada yang bisa kita lakukan. Disini, saat ini, segalanya adalah kepunyaan
malam. Karena saat ini adalah waktu milik sang malam.
Bali, 2007
Bali, 2007
Comments
Post a Comment