Skip to main content

Posts

Showing posts from 2014

La Tahzan!

Duhai gaduh suara-suara di kepala, tenanglah sejenak Biarkan tenang mendekap hati yang sedari tadi meledak-ledak   Aku ingin mendengar hening do’aku sendiri Meski ku tau Tuhan pastilah tidak tuli, tapi biarkan hening ini kian bening Untuk ku perdengarkan do’aku yang paling do’a pada-Nya Duhai diri yang kerap dirasuk amarah Wajahmu memerah, darah Tak terlihat lagi senyummu itu, yang ramah Duduklah disampingku dan mari kita bicara Pejamkan mata, dan biarkan detak jantungmu seirama tarikan nafasmu yang memburu Pejamkan matamu dalam-dalam dan jumpai kegelapan itu begitu terangnya Lihat, kemarahanmu itu bukanlah apa-apa melainkan kerugian yang maha rugi Duhai diri, ladang segala ilmu yang Ia tanam Tumbuhkanlah keyakinan bahwa aku tak pernah sendirian Buat ia merimbun rindang hingga tak lagi ada kesepian dalam diri ini bersemayam Buahkan keyakinan yang manis rasanya, hingga tak kurasakan lagi pahitnya keragu-raguan Lapangkan dada seluas samudera dan a

Time Machine

Hujan sore ini membuatku lupa. Pada suara-suara lain selain bingar suaranya yang berkerumun ditelinga; pada ingatan-ingatan selain ingatan tentangnya yang memasung diri sekian lama; dan pada segala keinginan selain keinginan untuk bertemu dengannya sekali lagi, menyentuh wajahnya dan merasakan hangat genggamnya mengalir dari telapak tangan menuju sekujur raga. Sepertinya memang benar adanya bahwa mesin waktu dapat ku buat sendiri. Lewat bulir demi bulir yang berjatuhan, hujan.. selembar foto tua nan usang, pun rindu yang menusuk tajam, Tuhan meminjamkan padaku selajur jalan untuk pulang sejenak ke masa silam.. Dan saat aku sampai diujung jalan itu, ku harap bayangnya ada diujung sana telah bersiap memeluk puteri kecilnya ini,  ayah.

wake up!

Sometimes I feel like I’m not ready. And that’s a bad thought to have. Because once you get that thought into your brain, it goes into your body and your whole body shuts down. Ini tentang bagaimana cara aku menghipnotis diri sendiri. Memanipulasi ketakutan menjadi keberanian, atau sebaliknya..memberikan kesempatan pada sekecil apapun ketakutan untuk merusak puing-puing kepercayaan diri yang telah susah payah ku bangun setelah runtuh berkali-kali. Ini tentang bagaimana aku meyakinkan diri sendiri. Dan inilah bagian tersulit dari sebuah proses pencapaian sebuah mimpi. Bukankah mimpi selamanya akan menjadi mimpi saat aku tetap memilih berlindung pada selimut hangatku daripada beranjak pergi untuk mewujudkannya? maka Tuhan, ku mohon kabulkan do’aku ini: …………………………………………………………. Aamiin  :) 

Distance

Hujan deras sejak kemarin malam telah menggenangi pekarangan rumahku, pun kelopak mataku. Apakah juga dihatimu rinduku tercurah? Sedikit saja.. tidakkah ia membuat ingatanmu kembali basah? Tentang satu dua kali kita yang pernah berdua membelah senja dengan tangan yang saling menggenggam. Atau, kita yang pernah menyusuri pantai sembari   mendengar ombak yang bersorak atas kemesraan kita yang bergejolak?  Jarak. Ia   terkadang begitu jahat pada dua hati yang ingin tetap dekat dan saling mengaitkan lengan dalam hangatnya dekap.