Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2014

Time Machine

Hujan sore ini membuatku lupa. Pada suara-suara lain selain bingar suaranya yang berkerumun ditelinga; pada ingatan-ingatan selain ingatan tentangnya yang memasung diri sekian lama; dan pada segala keinginan selain keinginan untuk bertemu dengannya sekali lagi, menyentuh wajahnya dan merasakan hangat genggamnya mengalir dari telapak tangan menuju sekujur raga. Sepertinya memang benar adanya bahwa mesin waktu dapat ku buat sendiri. Lewat bulir demi bulir yang berjatuhan, hujan.. selembar foto tua nan usang, pun rindu yang menusuk tajam, Tuhan meminjamkan padaku selajur jalan untuk pulang sejenak ke masa silam.. Dan saat aku sampai diujung jalan itu, ku harap bayangnya ada diujung sana telah bersiap memeluk puteri kecilnya ini,  ayah.

wake up!

Sometimes I feel like I’m not ready. And that’s a bad thought to have. Because once you get that thought into your brain, it goes into your body and your whole body shuts down. Ini tentang bagaimana cara aku menghipnotis diri sendiri. Memanipulasi ketakutan menjadi keberanian, atau sebaliknya..memberikan kesempatan pada sekecil apapun ketakutan untuk merusak puing-puing kepercayaan diri yang telah susah payah ku bangun setelah runtuh berkali-kali. Ini tentang bagaimana aku meyakinkan diri sendiri. Dan inilah bagian tersulit dari sebuah proses pencapaian sebuah mimpi. Bukankah mimpi selamanya akan menjadi mimpi saat aku tetap memilih berlindung pada selimut hangatku daripada beranjak pergi untuk mewujudkannya? maka Tuhan, ku mohon kabulkan do’aku ini: …………………………………………………………. Aamiin  :) 

Distance

Hujan deras sejak kemarin malam telah menggenangi pekarangan rumahku, pun kelopak mataku. Apakah juga dihatimu rinduku tercurah? Sedikit saja.. tidakkah ia membuat ingatanmu kembali basah? Tentang satu dua kali kita yang pernah berdua membelah senja dengan tangan yang saling menggenggam. Atau, kita yang pernah menyusuri pantai sembari   mendengar ombak yang bersorak atas kemesraan kita yang bergejolak?  Jarak. Ia   terkadang begitu jahat pada dua hati yang ingin tetap dekat dan saling mengaitkan lengan dalam hangatnya dekap.  

Serpih

Aku adalah pecahan dari Satu keakuanku Serpih yang tercecer tak kunjung menyatu Ku cari penggal bagianku yang lain, namun tak ku temu Hingga satu persatu aku, Kian remuk sebelum sempat ku lengkapi kejanggalan yang menggelisahkanku aku jatuh. Tercecer dalam serpih terkecil lalu aku debu yang ditiup keadaan angin membawaku hinggap di kornea mataku lalu jatuh menjadi hujan di pipiku