Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2014
Sekarang aku paham kenapa bapak dan ibu jarang bilang IYA terhadap semua permintaan kanak-kanakku dulu. Mereka cuma ingin membuatku mengerti bahwa tidak semua keinginan HARUS aku dapatkan. Ada kalanya aku harus ikhlas dan puas dengan apa yang aku miliki saat ini, tanpa harus memaksakan diri untuk bermimpi mendapatkan kelebihan yang diluar batas kemampuanku untuk mendapatkannya. Itu cara mereka mengajarkanku tentang kesederhanaan____I LOVE YOU MOM, DAD____

Saat Tuhan Bicara Lewat Sebuah Kehilangan

Kali ini ku mengerti hidup sebagai sesuatu yang berbeda. Bukan lagi sekedar penjabaran betapa perihnya luka demi luka, atau sesuatu yang hanya sekedar menguras air mata. Tidak. Hidup tak sejahat itu untuk tak selalu berpihak pada kita: manusia yang seolah diciptakan untuk mau tak mau terlibat di dalamnya. Kehidupan adalah suatu yang niscaya, sebuah amanah yang dititipkan untuk membentuk kita menjadi seorang yang bertanggung jawab, ataukah lalai pada akhirnya. Ia adalah sebuah madrasah tempat kita belajar dan belajar dari segala hal, dari segala yang hidup ini berikan pada kita untuk kemudian kita menjadi pandai melihatNya dengan akal, juga dengan hati yang tak lagi dangkal. Jika dihatimu masih ada nama Tuhan, masihkah telunjukmu akan menuding kehidupan dengan gurat muka penuh kemarahan? Pernah ku rasakan betapa hidup tak adil padaku. Saat ayah sedang meregang nyawa diujung usianya yang ke tujuh puluh Sembilan, aku yang berduka layaknya sebuah buku yang kehilangan h

Alfie & Sepeda Barunya

Sore ini aku lagi duduk sambil ngeliatin Alfie, keponakanku yang baru saja naik ke kelas dua Sekolah Dasar, lagi main sepeda sendirian. Sepedanya terlalu gede untuk ukuran tubuhnya yang mungil. Tapi biar kegedean gitu, Alfie tetep ngotot pengen main sepeda. Pas pertama kali nyoba, sepedanya cuma dituntun muter-muter halaman rumah, beberapa kali putaran. Setelah ngerasa cukup berani, pelan-pelan Alfie coba ngayuh sepedanya. Ibarat balita yang baru belajar jalan, selangkah demi selangkah..itupun dengan tertatih dan rawan jatuh sewaktu-waktu. Alfie juga gitu, udah nggak kehitung berapa kali dia nyungsep dari sepedanya. Habis jatuh, bangun sendiri, jatuh lagi, bangun lagi. Dengan lutut terluka dan berdarah-darah, paling nangisnya bentar.. trus nyoba lagi. Aku jadi mikir, ini Alfie yang keras kepala atau memang semua anak kecil punya karakter yang sama kayak alfie? Ketakutannya dan ketidak-mampuannya itu seakan kalah oleh keinginan yang di dorong kuat oleh rasa penasarannya p

tentang yang datang dan meninggalkan

Ada yang bergegas pergi meninggalkan, dan ada yang diam-diam mengintip melalui celah retakan dikejauhan. Sedangkan aku, kamu dan mereka belum paham tentang apa-apa yang harus kita lakukan. Siapa suruh malam begitu cepat datang? Sedang belum ada yang merasa sanggup menutup mulut-mulut pemabuk yang meracau tak karuan. Mereka memaki dibawah mantra alcohol yang membius kesadaran, dengan ringan dan tanpa bersalah, menuding langit yang katanya sakral: langit yang sama yang mereka percayai dimana Tuhan berada. Waktu dan kematian layaknya sepasang sandal yang melekat ditelapak kaki. Yang kita pakai kemana-mana, selalu ada didekat kita. Lihatlah betapa cepat waktu menua dan kita masih tak menyadari entah dari sudut mana kematian tengah mengintai kita. Menanti waktu dan ia bersepakat untuk membawa kita kepada langit yang dicaci oleh pemabuk yang kerap melolong sumbang dimalam hari. Udara begitu pekat oleh warna-warna, menciprati sebagian kemeja mereka yang pada pagi harinya disetrik

pada suatu sore di puncak bukit asah

Kini aku berbaring di bibir tebing yang cukup curam untuk membuat tulang-tulangku remuk redam jika aku menghempaskan diri kedalamnya. Namun anehnya, tak sedikitpun kengerian terlintas di benakku saat melongok memastikan kedalaman jurang tersebut. Hanya rasa penasaran, dan kelegaan yang entah bagaimana ku rasakan tiba-tiba saat berada didekat di bibir jurang tersebut. Aku hanya ingin berbaring seperti ini lebih lama lagi. Membiarkan segala kegelisahanku sejenak melarut dalam pekatnya udara kebebasan disekitarku. Merasakan aroma ketakutan sekaligus keberanian diwaktu yang sama. Aku menantang diri untuk tinggal lebih lama disini. Bersikap seolah akulah satu-satunya manusia yang hidup ditempat ini.    Sendiri tak selalu membuatku merasa sepi. Kau tau? Terkadang yang kita butuhkan hanyalah jeda dari interaksi dengan siapa saja, dengan apa saja. Kamu dan aku butuh waktu untuk menepi dan menyepi dari hiruk pikuk yang kian terasa penat dikepala. Dan terkadang, menepi dari diri s