Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2013

Malaikat Itu bernama 'Ibu'

Dia yang dalam tiap do'aku namanya selalu kusebut, mencintainya adalah perjuangan paling menyenangkan yang tak boleh tak kulakukan disepanjang hidupku. Ia tak pernah bilang padaku seberapa besar tepatnya Ia mencintaiku, karena katanya.. Cinta itu bukan suatu yang dapat diukur dengan sejumlah bilangan angka. Lalu bagaimana dengan aksara? Tanyaku. Ia jawab dengan selengkung senyum dibibir keriputnya, sembari menatapku dalam. Dan tatapan itu, adalah satu jawaban dari sejuta tanya yang berhamburan dalam benakku, bahwa tanpa angka-angka, tanpa harus menyusun aksara.. Cintanya utuh, penuh, seluruhnya untukku. Dia yang sedihnya membuatku berduka berlama-lama., melihatnya menangis adalah sebuah petaka maha besar dalam hidupku, apalagi jika tangis itu disebabkan olehku. Aku rela menghukum diri demi melihat ia tersenyum lagi, lalu memaafkanku. Namun entah karena memang dia seorang malaikat, atau hatinya memang baik, atau karena ia begitu mencintaiku..maaf itu selalu dia beri jauh seb

Gak Usah Dibaca...

Ku akhiri malamku dengan gelas susu yang telah tandas isinya, dan buku bacaan yang ku biarkan tengkurap di lantai serta beberapa kertas berisi catatan yang ku tulis setengah malas. Jarum jam yang sedari tadi berkejaran kini memaku diri di angka dua, dini hari. Aku lelah. Aku terlalu mengantuk untuk meletakkan kembali semua barang yang berserak ini ketempat aslinya. Kemudian mataku memejam. Ku biarkan kantuk memelukku perlahan. Lalu aku mati suri dan hidup kembali di dunia yang kusebut mimpi. Kaki tak menjejak bumi, sedang tangan tak menggapai awan. Aku berada diambang pertengahan diantara dua alam. Melayang, dan sesekali bergoyang diterpa angin dingin. Suara-suara perlahan menjauh dari telingaku. Dan waktu, entah harus ku sebut pagi atau malam, aku tak tau. Dalam dunia mimpi waktu berhenti. Tak lagi berlari-lari seperti saat kakiku menjejak bumi. Aneh. Aku merasa sesak saat waktu berhenti berputar disini. Dadaku meronta minta diisi udara. Tapi rasanya, aku hanya tak terbias

Rakus

Setelah satu, aku ingin dapat dua lalu tiga , empat, lima dan seterusnya tak cukup mencintai, aku ingin dimiliki bukan oleh dia, mereka, tapi kamu Tak cukup dicintai, inginku juga punyaimu tak hanya sekarang, mauku selamanya mungkin aku begitu serakahnya, tapi.. Mau bagaimana lagi, aku cuma manusia Yang tak pernah ada puasnya.

Angin Membawamu

Dan angin bisikkan namamu ditelingaku Saat tak ada suara lain yang kudengar, hanya namamu. Dan kubiarkan sepi kian menjadi Agar bingar namamu satu-satunya yang dapat kudengar ditelingaku

Later better than Never..

Dengarkan dia saat kalimat yang keluar dari mulutnya hanya diam. Ulurkan tangan padanya saat Ia tak mampu lagi berjalan dengan kedua kakinya. Peluk tubuhnya saat Ia minta padamu sebuah ruang untuk sendirian. Dan hapus air matanya saat tak seorangpun mau meluangkan waktu mereka untuk melihatnya bersedih. Karena tak ada yang dapat kamu percayai melainkan hanya waktu. Suatu saat Ia tak akan ada lagi. Ia mungkin pergi dengan semua kesedihan yang Ia pendam dalam diamnya. Suatu saat kamu dan dia akan terpisah oleh sekat yang takkan memungkinkan lagi untuk kalian saling bersentuhan, tak lagi saling mendengarkan, dan tak pula saling berucap kata-kata penghiburan. Bisa jadi ini hari-hari terakhirnya.. atau hari-hari terakhirmu.. Bukankah dia, kamu, dan aku terlahir menjadi makhluk yang begitu rindu akan kematian namun terlalu takut untuk membayangkan kedatangannya? Dia pun sama sepertimu, memiliki ketakutan yang sama. Sama-sama takut menjemput mati. Namun bukan hal itu yang sekara