Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2013

Jika Tiba Masaku

Bagaimana jika waktu tiba-tiba berhenti diujung malam? Saat gelap tak lagi memberi kesempatan pada pagi untuk menyinari duniaku.. Bagaimana bila nafas yang ku punya tinggal sepenggal, dan tak ada lagi kesempatan kedua untuk memepergunakan sisa nafas terakhirku untuk berucap segala kata cinta untuk mereka yang benar-benar ku cintai? Bagaimana jika kematian benar-benar menari dikedua pelupuk mataku? Yang datang seperti kantuk dimalam hari, dan tidurku sebenarnya adalah matiku yang tak akan membuatku terbangun lagi keesokan harinya? Mungkinkah kematian akan menjadi ujung benang yang membentang pada hari-hari tersakit ini? Tuhan... aku tak sedang berusaha mempertanyakan apa yang tercatat dalam buku rahasia-Mu, hanya saja...... hanya saja aku tiba-tiba merasa takut akan datangnya batas waktuku. Berupa kematian, yang meliukkan tubuhnya dan membeliakkan matanya diujung ranjang tempatku berbaring saat ini. Aku takut mati meninggalkan segala urusan yang belum tuntas ku kerjakan..

Cerita Pada Sepotong Senja

serpih senja yang tercecer itu berkisah tentang dia yang selalu menjadi matahariku..... Tak banyak yang dapat ku katakan ketika ayah memalingkan wajahnya dan kemudian pergi menjauh dari tempatku berdiri. Ku pandangi punggungnya dengan teliti. Ada lipatan kecil pada kerah kemeja lusuh yang ia kenakan. Dan pada ujung celananya, ada noda lumpur yang enggan dibersihkan walau telah di cuci berkali-kali. Begitulah ayah, selalu kurang hati-hati memeriksa pakaiannya saat hendak beranjak pergi. Biasanya dengan sigap ku rapikan kemejanya, kemudian ku cium tangannya sebelum benar-benar melepasnya pergi. Ayah adalah seorang yang tak banyak bicara. Sore hari sepulang dari bekerja, ayah tak segera menghampiriku. Pertama-tama ia letakkan semua perkakas yang selalu dibawanya bekerja dengan rapi, kemudian segera Ia membasuh kedua kaki dan tangannya dibawah kucuran air yang mengalir dari kendi yang sengaja ia letakkan persis disisi pagar rumah kami. Setelah itu, barulah ia mau ku salami. Ayah