Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2013

Hanya Soal Waktu

Sekejap mata, waktu melaju sebelum sempat kita menyadarinya ia berlalu. Tiba-tiba hari   berganti dan menjadikan kita tua, bertambah usia..atau berkurang usia bagi sebagian orang yang mengartikannya dari sudut pandang berbeda. Toh, sama saja. Yang kita maksud tua adalah mati jua akhirnya. Entah dimana titik mulanya, tak bermula dan sulit diterka ujungnya, begitulah cara kerja waktu. Waktu adalah titian maya yang kita susuri. Katakan saja kita bermula dari sebuah janin, maka waktu dimulai dari saat itu, dan kematian adalah ujung yang menjadi akhir titian waktu kita di dunia. Dengan kata lain, waktu adalah hidup kita. Setiap detik adalah sepotong nafas yang kita hela. Setiap detik adalah detak dalam dada. Setiap detik adalah wadah peristiwa yang membawa kita lebih jauh dalam menyusuri titian waktu menuju penghujung usia yang tak pasti kapan datangnya. Sang pemilik waktu seperti diam, namun bicara lewat diamnya.   Ia bicara lewat usia kita yang menua. Lewat bumi yang Ia pu

a note to myself

Manusia dan masalah adalah satu koin dengan dua sisi berbeda yang tak dapat dipisahkan. Setiap manusia diciptakan dengan takdir masing-masing yang telah ditulis-Nya dengan sedemikian rupa, tanpa cela dan tanpa alpa. Sejak ruh baru ditiupkan pertama kali kedalam janin yang kelak mewujud kita (manusia), garis kehidupan telah dimulai untuk kita jalani dengan segenap kekuatan hati yang kita miliki. Inilah titik yang membedakan manusia satu dengan yang lainnya. Ketika masalah yang telah ditakar sedemikian rupa tak menjadikan kita belajar untuk menjadi lebih baik, saat itulah kita menjadi manusia yang gagal. Namun ketika sebuah masalah berhasil menjadikan kita lebih kuat untuk mendaki anak tangga yang lebih tinggi, maka saat itulah kita dikatakan berhasil dalam hidup. Tuhan memberikan masalah kepada manusia-Nya dengan takaran yang tak mungkin melebihi kapasitas kemampuan manusia itu sendiri. Hanya saja, banyak dari kita yang terlalu cepat berputus asa, menyerah dengan takdir yang diber

takdir tak datang tiba-tiba

Semua terjadi begitu cepat. Begitu tiba-tiba. Tiba-tiba aku berada disebuah ruangan bercat putih dengan seseorang berjas putih tengah sibuk membebat kakiku dengan perban berwarna putih. Tiba-tiba kurasakan sakit disekujur tubuh, mulai dari ujung jejari kaki sampai akar rambut yang satu-persatu terasa seperti tercerabut. Beberapa menit mataku hanya mengerjap, berusaha mengumpulkan serpih ingatan yang tercecer dalam jeda ketidak-sadaranku tadi. ”dok, pasien sudah sadar.” seorang wanita muda disebelahku berkata. Lelaki yang dipanggilnya dokter tersebut kemudian menghampiriku, memeriksa bola mataku, dan menyentuh pergelangan tanganku, memeriksa denyut kehidupan pada nadi yang tadi sempat melemah. ”kepalanya masih sakit?” Ia bertanya dengan suara lembut sembari memeriksa kepalaku. Aku diam. Ingatanku melesat melampaui segala tiba-tiba yang baru saja aku alami. Baru beberapa saat lalu aku berada diruangan lain, menunggui ayah yang belum sadar dari koma-nya setelah beberapa hari

Ingatan

Tentu, masih ada malam untuk ku berbaring Untukku sejenak melerai penat yang memelukku erat Sejenak mengusap peluh yang tak henti-henti meluruh Sejenak membasuh kaki yang lelah mendaki hari-hari Bayang-bayangmu, bilakah kau menghilang dari benakku? Mata yang terpejam ini kian nyata melihatmu dalam gelap Kian pekat gelap merapat, kian erat pesonamu menjerat Dengan mata terbuka bayangmu mewujud tubuh yang lama tak ku sentuh, Mencipta debar yang utuh Mengunci tiap aksara dari bibir yang biasanya lantang bersuara Bisu, lidahku kelu karenamu ingatanku tentangmu, bilakah ia kan sirna? Beberapa malam berlalu dengan kepenatan yang sama Kantuk yang t'lah lama kulupakan Kantuk yang selalu ku sisihkan demi mantra yang ku rapal untuk mengutuk ingatan yang tak jua beranjak dari ruang sadarku, Ingatan tentangmu Tak pernah terfikir olehku bahwa mencintaimu akan begini menyakitkan.. Sejenak saat kau ada, aku mengeja kata-perkata agar kalimatku selalu s